Wednesday, February 21, 2007

Ketakutan

Ketakutan merupakan salah satu bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam setiap masa-masa kehidupan, ketakutan itu akan muncul dalam format yang berbeda-beda. Anak-anak, remaja, orang tua, tentunya memiliki ketakutannya masing-masing. Namun sisi manusiawi kita seringkali membuat kita takut terhadap suatu hal yang sebenarnya belum tentu terjadi.

Lihatlah bagaimana anak-anak ketakutan dengan imajinasi yang mereka buat sendiri. Cerita-cerita yang dia dengar, film-film yang dia lihat, membuat anak-anak menjadi kreatif dalam berimajinasi. Namun tidak jarang pula kreatifitas itu justru menakuti mereka sendiri. Tap itulah dunia anak. Tanpa imajinasi, tentu hidup mereka akan hambar.

Tumbuh berkembang menjadi remaja, dengan segala aktifitas dan kehidupannya, ketakutan-ketakutan akan muncul kembali dengan bentuk yang berbeda. Ketatnya persaingan mendapatkan tiket ke perguruan tinggi negeri yang bagus, dapat menjadi salah satu obor ketakutan tersendiri. Meskipun kegagalan belum menjadi harga mati, namun auranya sudah menebarkan ketakutan. Berbagai usaha pun dilakukan untuk memupuskan ketakutan itu. Mengikuti beberapa bimbel sekaligus pun tidak masalah. Waktu yang tersita mungkin akan sebanding dengan hasil yang diperolehnya nanti. Bahkan jika kita dapat sedikit membuang nurani, kita dapat saja 'menyingkirkan' peluang orang lain dengan melewati 'jalan belakang'. Tapi, siapa yang akan menjamin bahwa kita masih bisa merasakan hari dimana masa kuliah dimulai? Siapa yang akan menjamin bahwa pengorbanan kita tidak akan sia-sia

Kasus lain yang menjadi menu wajib bagi kaum muda, tentu saja urusan berumah tangga. Terlebih jika di usia yang yang memasuki area krisis (twenty-x syndrome?). Desakan orang tua, candaan teman-teman, akan menambah kepanikan jomblowan-jomblowati. Pencarian cinta akan dilakukan entah melalui media teman, keluarga, maupun internet. Tidak hanya media yang konvensional, bahkan segala media pun dapat menjadi pilihan. Biro jodoh, paranormal, dukun dan sebagainya merupakan alternatif lain. Tapi, siapa yang akan menjamin bahwa kita masih bisa merasakan hari dimana kita bersanding dengan pasangan kita? Bahkan untuk yang sudah berpasangan pun, tidak ada yang menjamin bahwa itu akan berakhir di pelaminan. Perlukah kita setakut itu? Mengapa kita begitu takut dengan apa yang belum tentu kita alami?

Orang tua mana yang tidak peduli dengan masa depan anak-anaknya? Di kehidupan yang keras ini, orang tua pasti akan menyiapkan segala sesuatu untuk anak-anaknya. Termasuk masa depannya. Dan orang-orang pun akan membungkus ketakutan akan masa dapan anak-anaknya dengan kata-kata indah seperti rencana masa depan, tabungan pendidikan, maupun asuransi. Kata-kata tersebut memang sudah lazim dalam kehidupan sekarang. Sehingga ketakutan-ketakutan tersebut akan menjadi kabur. Tapi, siapa yang akan menjamin bahwa anak-anak kita masih bisa merasakan hari dimana mereka mengenyam indahnya masa sekolah? Siapa yang dapat menjamin bahwa sang masa tidak akan merampas semua cita-citanya? Perlukah kita setakut itu? Mengapa kita begitu takut dengan apa yang belum tentu kita alami?

Sebaliknya, ada sebuah moment yang sudah pasti akan kita alami. Tidak ada satupun makhluk yang bernyawa yang dapat menghindari moment ini, apalagi menolak. Moment itu bisa datang kapan saja dia mau. Namun sedikit sekali orang yang mempersiapkan, sedikit sekali orang yang mau menyambut masa-masa itu. Moment itu hanya dianggap angin lalu. Pengorbanan yang hakiki hanya akan dianggap sebagai pengorbanan sia-sia saja. Nanti sajalah! Mungkin begitu orang pikir. Tidak sedikitpun ketakutan yang menghantui. Kalaupun ada, mungkin mereka akan berkata "Ah, masih lama." Padahal moment itu bisa menghampiri tiba-tiba. Mengapa kita begitu ketakutan terhadap sesuatu yang belum tentu terjadi, hingga bersemangat melakukan apa saja. Tapi... mengapa kita begitu acuh tak acuh terhadap kematian, sesuatu yang pasti terjadi. Kemana semangat itu? Mungkinkah karena kita belum pernah mati? Kalau begitu, mungkin ada baiknya kalau kita belajar mati sebelum mati.

Seorang atlit akan dapat memenangkan pertandingan jika dia sering berlatih.
Seorang penyanyi akan dapat menyanyi dengan suara indah jika dia sering berlatih.
Dan seseorang akan dapat 'memenangkan' pertarungannya dengan ajal jika dia sering berlatih.
-someone-

Friday, February 09, 2007

Balada Seorang Pengungsi

Hari Jumat Jakarta diterjang banjir. Perjalanan ke kantor yang biasanya cuma 10 menit, pada hari jumat dibutuhkan lebih dari satu jam untuk sampai ke kantor. Bukan masalah macet, tapi karena muter-muter mencari akses ke kantor. Naik bajai hanya sampai sebelah kantor. Lewat samping tidak mungkin karena kedalaman air mencapai kira-kira perut orang dewasa (lagi berdiri, bukan tiduran). Lewat Cempaka Mas juga tidak bisa, menurut informasi orang AHM yang kebetulan naik motor dan sudah mencoba berbagai alternatif akses ke kantor. Akhirnya jalan menuju kantorpun ditemukan, lewat belakang (toyota). Di kantor hanya setengah hari karena sekitar pukul setengah dua ada instruksi dari atasan untuk pulang karena khawatir banjir semakin menggila dan karyawan tidak dapat pulang.

Sabtu pagi sekitar pukul setengah enam listik di kos mati. Sementara air sudah menggenangi jalan di depan kos, hampir menyentuh pagar depan. Akhirnya diputuskan untuk mengungsi karena tidak mungkin tetap tinggal di kos dalam keadaan tanpa listrik. Tempat pertama yang dituju adalah kos Lay di Depok. Di sana listrik masih normal dan airpun berlimpah. Selama di tempat pengungsian, kegiatan yang saya lakukan adalah main we di kompi nura, nonton D'Bijis di Detos bareng Edi, dan nonton berita-berita di televisi. Tidak ada yang spesial.

Saya baru pulang ke kos minggu siangnya dengan harapan listrik sudah menyala kembali. Tapi sesampai di kos, ternyata listrik masih padam. Akhirnya saya menyiapkan pakaian kembali, packing, dan berangkat ke Depok lagi. Kali ini tujuannya adalah rumah saudara. Meskipun air pam mati, setidaknya listriknya tidak mati. Untuk suplai air, di rumah saudara memang hanya mengandalkan air pam. Beruntung ada tetangga yang menggunakan jetpump dan baik hati. Tetangga-tetangganya yang kekurangan air, dipersilakan mengambil air dengan menggunakan selang panjang sehingga bisa digunakan untuk rumah yang jaraknya cukup jauh.

Hari Senin saya meliburkan diri. Bosan berdiam diri di rumah saudara, tempat yang menjadi pelampiasannya adalah Gramedia dan plasa Depok. Pakaian di kos masih pada belum kering. Kalaupun kering pasti belum disetrika karena setrika tidak dapat digunakan. Sepertinya selain menyediakan lilin untuk penerangan, harus ada juga setrika tradisional yang menggunakan arang, hehehe... Jadi kunjungan ke plasa sekaligus untuk menambah stock pakaian selama mengungsi.

Saya kembali ke kos membawa harapan kembalinya pasokan listrik di daerah kos. Tapi ternyata harapan tinggal harapan. Listrik masih padam. Datangnya pesan SMS dari atasan bahwa Selasa masih libur, membuat saya untuk kesekian kalinya mengepak pakaian dan kembali ke Depok, kos Lay. Tapi sore hari kos masih sepi. Penghuninya masih di kantor. Jadi sekalian menunggu penghuninya pulang, saya mampir dulu ke Blok M 21 untuk nonton Primeval. Setelah nomat, saya meneruskan perjalanan ke Depok.

Hari Selasanya saya habiskan di kos Lay dan di Detos. Sekali lagi, untuk membeli pakaian selama mengungsi. Selain membeli pakaian, saya juga mampir ke Detos 21 untuk sekedar menghabiskan siang. Malamnya saya diajak ke Detos sama Edi ke Detos 21 lagi untuk sekedar menghabiskan malam, hehehe...

Keesokan paginya, saya kembali ke kos untuk siap-siap ke kantor. Kali ini jalan sudah dapat dilalui motor sehingga saya ke kantor naik motor dengan Firman. Lumayan, jalan sudah mulai bebas banjir. Air di dalam pabrik juga sudah mulai surut. Hanya saja akses ke AHM Sunter baru dapat dilalui dengan bebas lewat samping karena kalau lewat depan masih banjir di daerah Kelapa Gading dan perempatan Cempaka Mas atau yang sering disebut perempatan Coca Cola.

Daerah Sunter masih bebas listrik, AC dan lampu di kantor tidak menyala. Panas! di kos juga masih belum menyala. Entahalah apakah setelah pulang akan mengungsi lagi atau tidak. Tapi setelah sampai kos sore harinya, ternyata listrik sudah kembali normal sehingga saya tidak perlu mengungsi lagi.

Friday, February 02, 2007

Februari MOP

Kemarin, saat sedang bermilad-ria, saya dikerjain teman-teman saya. Dua kali. Dua-duanya teman waktu freelance di P3M.

Rabu siang, saya chat dengan Puput. Seperti biasa, yang diminta dari yang mau berulang tahun pasti traktiran. Karena hari Kamis saya ada rencana sendiri, jadi saya tawarkan Rabu malam aja di Cempaka Mas. Maksudnya biar terlalu jauh dari tempatnya bekerja, jadi kemungkinan besar pasti BATAL, hehehe. Di tengah-tengah chat, tiba-tiba dia ada urusan dan menghentikan chat.

Sore harinya, sepulang kerja, karena saya pikir acara traktirannya tidak jadi, saya memutuskan untuk pergi ke Atrium karena memang ada keperluan. Ketika saya sedang di supermarket, tiba-tiba Puput mengirim SMS katanya dia sedang di Cempaka Mas sendirian. Gubrak!!! Saya pikir tidak jadi. Saya merasa bersalah kalau dia harus menunggu lama karena tawaran yang sudah saya buat. Akhirnya saya kembalikan sebagian barang-barang yang sudah saya pilih supaya lebih gampang bawanya dan cepat bayar di kasirnya. Sambil menuju tempat parkir, saya telepon dia tapi tidak diangkat. Tiba-tiba datang SMS dari dia dengan isi "31 Jan mop!! Huahahahaa...!!" Sialan! Batin saya. Saya cuma tersenyum dengan ulah iseng teman yang satu itu. Kalo bukan 31 Jan sudah saya sobek-sobek mulutnya. Ndeso!!! Katro!!! Puas??? Puas???

Keesokan harinya, tanggal 1 Februari, banyak SMS dan telepon ucapan selamat Ulang tahun. Salah satunya adalah Miss X dengan nomor 0818 sekian sekian. Karena nomornya tidak tersimpan di phone book, saya tidak tahu siapa dia. Suaranya juga tidak begitu saya kenal (dengan orang yang sudah saya kenal pun juga belum tentu dapat saya kenali dari suara di telepon :D). Dia mengaku sebagai teman saya dan dia meminta saya menebak siapa dia (emangnya kuis siapa dia? hehehe). Setelah berSMSria dengan Miss X, akhirnya dia mengajak untuk ketemu di Gading. Tapi ternyata dia juga tidak tahu seperti apa saya ini. Nah lho.. katanya temen? Jadi curiga deh, jangan-jangan dia cuma melihat saya di Friendster atau blog. Jadi saya tolak ajakannya. Karena saya memang ada rencana ke Carrefour, jadi saya iseng-iseng mengajak bertemu di Cempaka Mas. Ternyata dia mau saja dan malah menunjuk satu tempat. Wah, jangan-jangan orang ini tinggal atau kerja di sekitar Sunter. Soalnya tahu banget sekitar Gading-Cempaka Putih.

Sepulang kerja, saya langsung menuju ke Carrefour. Di depan pintu masuk Carrefour, Miss X menelpon kembali untuk memastikan apakah jadi atau tidak. Saya jawab terserah dia karena sekarang saya sudah sampai di Carrefour. Berikutnya dia bilang akan menuju ke tempat yang dia tunjuk dalam waktu sekitar 15 menit. Nah lho... kok cepat banget ya? Dari kantor saya ke Cempaka Mas memang sekitar 15 menit jalan kaki. Kalau memang dia teman kantor yang mau ngerjain saya, tapi sapa? Apa teman-teman lagi pada ngerjain saya. Tapi dia bilang juga sendirian. Ah, sudahlah.

Keluar dari Carrefour, saya iseng-iseng liat-liat DVD sambil menunggu SMS dari Miss X kalau dia sudah sampai. Begitu SMS dari dia sampai, saya langsung menuju tempat dia berada. Di sana, saya dipanggil oleh seorang cewe dan saya pun menghampiri dia. Dia memang Miss X (dari ciri-ciri pakaian yang dia ceritakan), tapi saya merasa tidak mengealnya. Anehnya, dia malah minta maaf duluan dan dia bilang sebenernya punya misi. Sesaat dia ambil sepucuk kertas dan memberikan ke saya. Gubrak!!! (lagi). Untuk kedua kalinya saya dikerjain oleh teman saya. Ternyata Miss X yang bernama Niken itu adalah agen rahasianya April yang bertugas untuk ngerjain saya. Seumur-umur, baru kali ini saya dikerjain di hari ulang tahun. Apalagi sampai dua kali!!!

Btw, terima kasih buat teman-teman yang sudah mengirim ucapan Selamat Tahun baik melalui SMS, telepon, YM, secara langsung maupun cuma dalam hati :D

-Puput (SMS): Ayiiip..!! Sori gw dah dg TEGAnya ngebokisin bin ngerjain lo td. Sorrii buanget... (dst)
-Rahma (Telp)
-Aprill (SMS): I wish 4 U. Love like a new comfortable house... (dst)
-Catur (SMS): Slamat Ulang tahun. Semoga kamu selalu dalam lindunganNya... (dst)
-Someone 08180843xxxx (SMS): Yip, met ulang tahun.. makin sukses di tiap langkah... (dst)
-Mba Rini (SMS): Happy b'day.. Semoga yang dicita-citakan dapat dicapai... (dst)
-Anita (SMS): Happy birthday. Kapan traktirannya? :p
-Christian (YM)
-Penghuni ABAPER (langsung)
-Nico (Friendster)
-Wuri (Telp)
-Niah (Shoutbox@blog)
-Miss X aka Niken (Telp)
-Mba Siti (SMS): Rif slamat ultah, moga sehat selalu tambah sukses... (dst)
-Apotik Century (Telp)
-Dan semua yang mengucapkan dalam hati saja. Saya bisa merasakan itu kok :p

Banjir... Banjir... Banjir...

Hari ini pertama kalinya gue ke kantor naek bajai. Abisnya, naek motor takut pulangnya banjir. Hujan sudah mengguyur Jakarta dari tadi malam. Ditambah hujan sepagian ini dan sesiang nanti (kalo masih), Jakarta pasti banjir dan motor gue pasti mblebek kalo gue paksain jalan. Akhirnya gue putusin naik angkot aja. Ternyata pagi ini angkot juga jarang banget. Jadinya naik bajai deh.

Bajainya nggak nyampe depan kantor. Cuma sampe sebelah aja. Tapi masalahnya gimana caranya sampe ke kantor. Akses jalan ke kantor banjir semua. Sempet ketemu orang-orang AHM yang senasib juga. Dan gara-gara ada yang ngusulin lewat toyota, akhirnya sampe juga ke kantor. Coba kalo nggak ada yang ngusulin, lengkap sudah alasan untuk kembali ke rumah. Hiks... gapapa deh, setidaknya bisa ngebrowse di kantor, hehehe...

Di kantor sepi. Gue dateng jam 8 cuma ada Yoko. Padahal biasanya ada sekitar 10 orangan. Budi sama kaya gue, dah sampe samping tapi nggak bisa masuk, akhirnya balik. Dino telp dari rumah nggak masuk kantor. Kumoro diajak bokapnya naik mobil nggak mau. Dia milih naik motor dan akibatnya sampe sekarang belum nyampe. Puter balik kali.

Thursday, February 01, 2007

Tahun Perak

Hari ini, seperempat abad yang lalu, adalah waktu ketika saya diturunkan ke bumi ini.

Masa yang lewat...
Banyak sudah masalah yang saya buat. Semoga membuat saya semakin berpikir.
Banyak sudah kesalahan yang saya ciptakan. Semoga tidak terulang untuk kesekian kalinya.
Banyak sudah musibah yang saya alami. Semoga membuat saya semakin kuat.

Terlalu sedikit prestasi yang saya raih. Semoga masih ada kekuatan untuk mencapai bintang.
Terlalu sedikit amal yang saya lakukan. Semoga masih ada umur untuk menjadi ladang yang subur.
Terlalu sedikit cita-cita yang saya idamkan. Semoga masih ada mimpi yang bisa saya bangun.

Ya Robbi...
Sematkanlah kesabaran dalam setiap musibah yang Kau berikan.
Tanamkanlah kearifan dalam setiap ujian yang Kau turunkan.
Siramkanlah kesejukan dalam panasnya hidup.
Taburkanlah kelembutan dalam kerasnya hati.

Amin...

ps.
Sebenernya pengen nulis banyak tapi males nulisnya :D
Lagi pula saya harus kerja kan?