Tuesday, July 31, 2007

Berpasang-pasangan

Bulan ini gue mendapat enam undangan pernikahan, Teddy, Kiki, Afifi, AA, Mba Vera, dan Selly. Dari keenam pernikahan itu, cuma pernikahan Teddy dan Mba Vera yang gue hadiri. Kiki berbarengan dengan Teddy. Afifi ngadain acara di luar Jakarta, yaitu di Padang. Begitu juga dengan AA, di Palembang. Sementara pada saat pernikahan Selly, gue sedang berada di RS International Bintaro menjenguk Obeng yang sedang dirawat karena operasi usus buntu.

Selain itu, sekarang gue juga tercatat sebagai salah satu panitia pernikahan sepupu gue bulan depan. Umm... kayanya banyak banget undangan yang gue dapet bulan ini. Dalam setiap undangan, hampir tertulis sebuah ayat dari Al Quran yaitu surat ArRum ayat 21 yang isinya tentang penciptaan manusia yang berpasang-pasangan. Terkadang gue setuju dengan isi ayat itu, tapi terkadang gue juga menolak.

Setiap manusia sudah diciptakan berpasangan, tapi kenapa masih ada yang dapat double, atau bahkan lebih? Apakah two in one, three in one, and four in one termasuk sepasang? Karena menurut gue yang namanya sepasang itu one by one. Jumlah dari sepasang adalah 2. Atau mungkin, four in one itu dianggap sebagai empat pasang meskipun secara fisik jumlahnya lebih kecil dari 2n. Jadi, pola pikir dudul seperti inilah yang membuat gue terkadang kurang bisa menerima konsep berpasang-pasangan.

Selain rumusan 2n untuk konsep sepasang, hal lain yang membuat gue kurang setuju dengan konsep berpasang-pasangan adalah pola berantai. Dalam kasus umum, jika a maka b dan jika b maka a, maka a identik dengan b. Dengan kata lain, a merupakan pasangan dari b. Namun dalam kehidupan sebenarnya, terutama untuk sebuah proses perjuangan, hukum tersebut tidak berlaku mutlak. Terkadang terjadi hubungan jika a maka b, jika b maka c, jika c maka d, dst... Dalam hal ini, tidak pernah tercipta sebuah hubungan dua objek yang saling berpasangan. Yang ada adalah hubungan yang bertepuk sebelah tangan ataupun hukum karma.

Hubungan yang bertepuk sebelah tangan terjadi pada hubungan yang positif sementara hukum karma terjadi pada hubungan yang negatif. Terkadang, ketika seseorang (a) menyukai orang lain (b), orang tersebut (b) tidak sama-sama menyukai. Tetapi orang tersebut (b) justru menyukai orang lain lagi (c). Hubungan seperti inilah yang biasa disebut dengan hubungan bertepuk sebelah tangan. Ketika seseorang (a) menyakiti orang lain (b) dan orang lain (b) tidak mampu untuk membalas menyakiti orang itu (a), terkadang akan ada orang lain (c) yang akan menyakiti orang itu (a). Inilah yang biasa disebut dengan hukum karma.

Dua konsep tersebutlah yang terkadang menjegal masuknya konsep berpasang-pasangan dalam kehidupan ke dalam pemikiran gue. Tapi... kalo dipikir-pikir lagi, kedua konsep tersebut ternyata merupakan dua konsep yang saling melengkapi. Jadi nggak salah juga kalo gue sebut kedua konsep tersebut merupakan pasangan yang serasi. Jadi meskipun seseorang tidak / belum memiliki pasangan, pada hakikatnya bisa saja dia sudah dipasangkan dengan sepasang takdir yang saling melengkapi.

Argh... kenapa gue jadi merasa hidup ini nggak adil ya? Nggak boleh gitu kan? Akhirnya gue sendiri jadi bingung dengan pemikiran gue sendiri. Mungkin gue kebanyakan mikir. Tidur aja kali ya, biar nggak pusing mikirin pemikiran yang nggak perlu dipikirin.


===
Isi di luar tanggung jawab penulis. Jangan jadikan tulisan di atas sebagai pedoman hidup. Bila kebingungan berlanjut setelah membaca tulisan di atas, segera hubungi psikiater anda.

2 comments:

Anonymous said...

Hehmmm...trus ayip kapan nyusul tuhh....:P...kekekkeke

arifi said...

Kapan? May. May be yes, may be no.
Siapa? May. May be her, may be him.
hahaha...