Thursday, June 29, 2006

A Rifi Code (tm)

Siang ini terasa begitu panas. Apalagi daerah tempat tinggalku memang termasuk daerah yang panas. Minggu siang seperti ini biasanya aku tidak ada di kos. Aku lebih memilih pergi. Entah sekedar main dan bermalam di rumah teman atau bersilaturahmi ke rumah salah satu saudara yang tinggal di Jakarta. Tapi minggu ini berbeda. Sabtu kemarin aku diminta masuk kantor. Aku pikir, mungkin ini saat yang tepat untuk tune-up kamarku. Sudah beberapa bulan kamarku tidak mendapatkan "perawatan rutin" sehingga mulai tampak kurang nyaman. Apalagi sekarang di kamarku bertambah dua perabot listrik yang cukup memakan tempat, Dispenser dan TV 21".

Setelah pagi ini membersihkan kamar, aku baru bisa beristirahat menjelang naiknya mentari tepat di atas ubun-ubun. Aku hanya tiduran ditemani angin-angin yang berlarian seakan berlomba untuk keluar dari putaran kipas angin di pojok kamar. TV yang kunyalakan menyajikan berita-berita selebritis yang membosankan. Tapi entah kenapa aku tidak berniat untuk mengganti channel-nya. Daripada mati kebosanan, aku akhirnya memutuskan untuk keluar setelah duhur. Aku ingat, kemarin ketika ngebrowse di kantor, aku sempat melihat film-film yang diputar di bioskop. Salah satu film yang cukup menarik adalah Da Vinci Code yang diputar di Sunter 21. Dan akupun akhirnya memutuskan untuk menonton film tersebut yang diputar jam 2.00.

***

Tempat pertama yang aku tuju di mall Sunter adalah ATM center karena uang dalam dompet sudah menipis. Tempat berikut yang aku tuju adalah bioskop untuk membeli tiket terlebih dahulu. Aku membeli tiket terlebih dahulu meskipun film baru dimulai satu setengah jam lagi. Aku takut kehabisan tiket karena film ini termasuk dalam jajaran film box office yang tiketnya seringkali sold out sebelum film dimulai.

Setelah mendapatkan tiket, aku bergegas ke supermarket Hero yang terletak di depan pintu masuk lantai 1. Di tempat minuman dingin, aku melihat-lihat sambil mempertimbangkan minuman apa yang akan aku ambil. Ketika aku mengulurkan tangan untuk mengambil satu botol (benar-benar tinggal satu) teh hijau, seorang perempuan sebaya yang kebetulan juga sedang berniat membeli minuman dingin juga melakukan hal yang sama. Kami pun saling menoleh dan terdiam. Dalam kebisuan itu, aku menarik tanganku

"Silakan"

"Yah... tinggal satu. Jadi nggak enak nih. Udah buat mas aja. Mas kan duluan." Tawar perempuan itu.

"Nggak papa kok. Aku yang ini aja." Kataku sambil mengambil minuman yang lain." Padahal dalam hati ingin sekali menikmati minuman itu. Tapi biarlah mengalah demi seorang perempuan. Akupun kemudian mencari snack untuk teman menonton nanti.

Jam masih menunjukkan pukul 1.15 yang berarti aku masih harus menunggu kurang lebih tiga perempat jam lagi untuk menyaksikan film tersebut. Daripada hanya duduk menunggu di lobi bioskop, aku pikir lebih baik ke gramedia dulu yang terletak di lantai 2. Di sana, iseng-iseng aku menuju ke tempat buku-buku sastra untuk membaca buku-buku Gibran. Ketika sampai di tempat yang kumaksud, aku melihat sesosok perempuan yang sepertinya pernah aku lihat sedang membaca salah satu buku Gibran juga. Tidak salah lagi, ternyata dia adalah peprempuan yang tanpa sengaja tadi kutemui di supermarket. Aku mengambil posisi berdiri di sebelahnya. Aku mengambil salah satu buku Gibran dan membacanya. Dan kami pun sama-sama menyelami tulisan-tulisan gibran ditemani tembang "Kenangan Terindah" yang terdengar di seluruh ruang baca itu.

Saat dia meletakkan kembali buku yang telah dia baca, bukunya menyenggol setumpukan buku yang tampak berdiri dengan rapuhnya. Beberapa bukupun terjatuh. Melihat itu, secara reflek aku langsung membantu mengambil buku-buku yang berjatuhan di dekat kakiku.

"Maaf ya mas. Jadi ngerepotin... lagi" katanya sambil tersenyum dengan penekanan pada kata lagi yang berbeda seolah-olah memang menekankan bahwa dalam waktu yang cukup singkat dia telah melakukan hal yang sama dua kali, minta maaf.

"Nggak papa kok, cuma ngangkat buku segini aja. Kalo bukunya satu dus sih... mikir-mikir juga" candaku.

"Iya nih, dua kali ketemu aku selalu bikin repot aja ya. Tapi tenang aja, keluar dari gramed ini, aku nggak bakalan 'nggangu' kamu lagi deh." Katanya meyakinkan aku.

"Emang mau kemana abis ini?" tanyaku penasaran.

"Mau nonton Da Vinci Code." Jawabannya membuatku tersenyum.

"Oya, by the way yakin nih nggak bakal ganggu aku lagi?" godaku lagi

"Ya iyalah... Tapi tunggu... jangan-jangan... kamu mau nonton film itu juga ya?" selidiknya untuk memastikan dugaannya. Dan aku pun hanya mengangguk. "Hahaha... bioskop begitu luas, masa sih..." lanjutnya, dan kami pun tertawa kecil...

***

Hp menunjukkan pukul 13.55. Kami berdua sedang berada di depan pintu masuk bioskop untuk antri masuk. Setelah memberikan dua tiket, kami mencari tempat duduk seperti yang tertera dalam tiket, F1 dan F2, tepat di pinggir.

"Aku bener-bener nggak ngerti deh." Katanya sambil berjalan menuju ke kursi tujuan. "Pertama, kita menyukai minuman yang sama. Kemudian kita menyukai buku yang sama juga, buku-buku sastra karangan Gibran. Kita sama-sama penasaran dengan movie dari buku yang pernah kita baca, Da Vinci Code. Dan terakhir, kita juga sama-sama menyukai tempat duduk yang paling pojok untuk nonton di bioskop. Tapi kali ini aku kurang beruntung. Ketika memesan tiket, semua tempat duduk yang terletak di pojok semuanya habis. Akhirnya aku hanya dapat tiket di 'sebelah pojok'. And now, untuk ketiga kalinya, dalam pertemuan pertama kita, aku harus ngerepotin kamu karena 'mengkudeta kursi pojokmu'."

"Hahaha... thats life." Jawabku sambil tertawa. Dunia begitu sempit untuk orang-orang yang memiliki kesamaan meskipun berada di tengah-tengah lautan perbedaan.

***

"OK, sampai ketemu lagi. Thanks for everything. See you next time." Katanya sambil melambaikan tanggannya.

"OK, nice to know you. See you... when I see you." jawabku.

Dan kakinya pun mulai melangkah, menjauh, dan menghilang dari pandangan mata. Inilah akhir dari pertemuan kami. Cukup lama kami berseda gurau. Membicarakan hobi, film, buku dan banyak lagi. Tapi, sampai perpisahan itu, aku belum tahu namanya. Aku hanya tahu dia tinggal di daerah Salemba. Yang aku tahu dan aku ingat tentang dia, hanya wajahnya, dan tentu saja, senyum dan canda tawanya.

***

Pagi ini, seperti pagi biasanya, sebelum jam kantor, aku melalang buana menyelami dunia maya. Blogging! Itulah salah satu aktifitas favoritku di pagi hari di tempat kerja. Aku membaca blog teman-teman dan iseng aku buka juga link-link yang ada di blog tersebut. Sebagian besar memang aku tidak mengenal si empunya blog. Aku hanya sekedar membaca-baca. Hingga ketika aku membuka salah satu blog, aku seperti melihat foto yang tampak tidak asing lagi buatku. "Princess Sophie" gumamku. Setelah pertemuan di sunter itu, aku menyebut perempuan itu "Princess Sophie", seperti tokoh dalam Da Vinci Code. Tertera jelas yahoo id dia tuliskan di profilenya. Entah kenapa, aku ragu untuk menambahkan yahoo id-nya di dalam list yahoo meessanger-ku. Aku tak tahu apa yang membuatku ragu. Padahal ini hanya sekedar menambah list ym, hanya menambah teman. Tapi yang aku tahu pasti. Jika aku melakukannya, cerita yang terhenti setelah Da Vinci Code, akan terbangun kembali. Inikah kode-kode alam yang harus kupecahkan? Oh my God, help me.

Dalam keraguan itu, akhirnya aku menambahkan ym id-nya.
I believe, the story will go on...

*The End*

Serendipity! Mungkin kata itu cukup mewakili kisah di atas. Kata tersebut adalah salah satu judul film yang pernah saya tonton. Ceritanya tentang orang yang percaya dengan takdir. Ceritanya mirip kisah di atas. Pertemuan tanpa nama, tanpa petunjuk. Satu-satunya petunjuk yang ada dalam kisah Serendipity tersebut adalah nomor telp si cewe yang dituliskan dalam buku. Buku tersebut kemudian di jual. Jika kedua orang tersebut memang berjodoh, si cowo pasti akan menemukan buku itu dan kemudian, the story goes on... Cukup mirip kan dengan kisah di atas? Bedanya, cerita itu tidak ditimbulkan oleh nomor telp, tapi oleh ym id.

Percaya atau tidak, kisah-kisah serendipity memang ada. Umumnya itu berawal dari obrolan. Seorang teman juga pernah curhat dengan saya, sebut saja May. Kisahnya berawal ketika May ngobrol dengan seorang penumpang di bis yang duduk bersebelahan, sebut saja Febri. Mereka ngobrol begitu asiknya. Mereka sempat berkenalan. Tapi setelah keluar dari bis, mereka tidak pernah lagi berhubungan. May merasa aneh, dia seperti ingin bertemu dengan Febri. Tapi dia tidak memiliki petunjuk apapun untuk menemukannya.

Suatu hari, May membuka buku wisuda milik temannya. Ketika dia membuka salah satu halaman, dia melihat salah satu foto yang tidak asing buatnya, Febri. Diapun menanyakan tentang orang tersebut pada temannya. Dan menurut temannya, ternyata Febri teman kuliah dan teman SMUnya. Wow! Dunia begitu sempit. Akhirnya May memiliki petunjuk yang sangat jelas tentang Febri. Telp, email, atau petunjuk-petunjuk lainnya pasti dapat membawanya ke cowo yang dicarinya itu. Tapi, seperti kisah di atas, May juga ragu untuk menghubunginya. Di satu sisi dia menginginkan pertemuan itu kembali, tapi di sisi lain dia ragu untuk melakukannya.

Entah apa sebabnya? Kejadian-kejadian yang kita alami seringkali memunculkan kode-kode yang membuat kita ragu untuk memutuskan. Kalau boleh saya sebut dan saya lisensikan, ini adalah A Rifi Code. Kode-kode yang pertama kali saya paparkan dalam blog ini. Contoh lain dari A Rifi Code ini adalah 14 Agustus seperti dalam kisah "14 Agustus".

Believe it or not, its up to you...

Monday, June 26, 2006

Kontes Miss Waria

Tadi pagi saya melihat berita di Seputar Indonesia yang menurut saya cukup unik. Kontes Miss Waria di TMII. Dulu, kaum minoritas ini sangat 'malu-malu' dalam memperlihatkan eksistensi dirinya. Tapi entah kenapa, belakangan ini mereka mulai berani unjuk gigi. Demokrasi? Hak Asasi? Pengakuan masyarakat? Bisa jadi.

Sekarang saya bukan mau membicarakan soal kenapa mereka lebih berani. Apalagi soal kontes miss waria. Tentu saja, karena itu bukan bidang saya. Saya tidak memiliki kompetensi untuk melakukan penilaian terhadap kontes-kontes seperti itu. Tapi saya ingin menuliskan tentang keberadaan mereka di sekitar kita.

Dari acara-acara di tv yang pernah saya lihat, memang ada banyak sekali alasan yang melatarbelakangi keberadaan mereka. Ada yang bilang itu pilihan hidupnya. Ada yang bilang karena kecenderungan dari masa kecilnya. Ada yang bilang karena trauma. Dan masih banyak lagi alasan-alasan lain.

Tuhan telah membuat konsep yang jelas dalam menciptakan alam ini. Berpasang-pasangan! Ada lelaki, tentu ada wanita. Dan ketika manusia dilahirkan, kita memang tidak diberi kekuasaan untuk memilih, menjadi lelaki atau wanita. Manusia hanya diberi akal untuk memilih. Seiring perkembangannya, setelah bisa mempergunakan akal, manusia mulai bisa memilih. Dan celakanya (tapi benarkah ini suatu kecelakaan?), manusia juga merasa bebas memilih jenis kelamin yang sudah dibawa sejak lahir. Hingga muncullah para lelaki yang 'feminim' yang sekarang lazim kita sebut dengan waria. Tapi, benarkah ini suatu kebebasan? Bukankah Tuhan telah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan? Tunggu! Sekarang saya ingat satu hal. Dalam islam ada konsep imam-makmum ketika solat. Laki-laki bisa menjadi imam bagi semua orang. Waria bisa menjadi imam bagi waria dan wanita. Dan terakhir, wanita hanya bisa menjadi imam bagi wanita. Dari sini, waria sepertinya telah 'diakui' dalam agama sehingga muncullah konsep seperti itu. Tapi, bukankah kebebasan seperti itu katanya tergolong melawan takdir? Ah... Sudahlah! Saya bukan ulama yang bisa menjustifikasi suatu kasus. Itu keputusan mereka yang akan mereka tanggung sendiri suatu saat nanti. Dan keputusan saya adalah seperti kata samson, "Aku adalah lelaki yang tak pernah lelah mencari wanita. Naluriku sebagai lelaki membuatku ingin berjuta wanita di sisiku."

Sebagian dari kita mungkin 'kurang beruntung'. Masa kecilnya tidak seperti anak-anak lain yang sebaya. Yang lelaki bermain berlari-lari mengejar bola, naik pohon, hingga berpura-pura menjadi superhero seperti superman, batman, power ranger atau yang lainnya. Sementara yang wanita bermain dengan boneka-bonekanya, bersandiwara menjadi ibu rumah tangga yang mengurus anak-anaknya, atau menjadi ibu dokter yang merawat pasiennya. Namun ada sebagian yang memiliki kecenderungan berbeda. Mereka berlaku sebaliknya. Bagi yang 'lemah' dan hanya bisa mengikuti apa kata takdir, kecenderungan untuk tampil 'berbeda' terbawa sampai dewasa dan akhirnya sadar atau tidak akhirnya membawanya ke dunia yang berbeda pula. Mungkin kecenderungan tersebut bila diikuti dengan semangat juang yang tinggi sejak dini untuk berubah, bisa membuat dunia menjadi berubah pula. Tapi sekali lagi, mungkin itu akan terbentur pada pemikiran tentang takdir, "Untuk apa melawan rencana alam yang sudah menentukan seperti itu(kecenderungan dini)? Takdir tidak perlu dilawan".

Masa kecil memang dapat dibilang masa yang menentukan. Keluarga yang hancur di masa kecilnya, orang tua yang hanya mementingkan kepentingannya sendiri, membuat masa kecil menjadi masa yang suram. Lihatlah bagaimana seorang kepala keluarga yang bertindak semena-mena terhadap istrinya di depan anak-anaknya. Kebiasaan seperti itu dapat menimbulkan trauma yang dahsyat bagi anak-anak. Dan cobalah ambil efek terburuk dari trauma tersebut. Seorang anak akan membenci kelakuan bapaknya, membenci bapaknya. Hingga akhirnya, dia tidak ingin menjadi seperti bapaknya, tidak ingin menjadi seorang lelaki. Wow! Inikah efek dari sebuah trauma masa kecil? Ini bukan cuma cerita atau skenario, tapi ada di acara tv tentang masa kecil seorang waria. Kisah nyata! Mungkin jiwa besarlah yang dapat menyelamatkan masa kecil dari trauma. Memaafkan orang lain dan kembali pada takdir bahwa kita manusia yang telah ditentukan (gendernya).

Takdir? Trauma? Semangat juang? Oh no... Mengapa hari ini saya banyak menuliskan soal takdir seolah saya satu-satunya orang yang tahu soal takdir. Saya juga bukan psikolog ataupun psikiater yang tahu banyak soal trauma, semangat hidup, atau kondisi kejiwaan seseorang. Saya menulis di sini semata-mata karena saya telah 'ditakdirkan' untuk menulis. Di blog ini!

Btw, ini hari pertama saya training SAP-functional. Inilah takdir saya. Dua bulan mengikuti training yang sudah ditentukan takdir. Saya hanya pengikut takdir yang tidak memiliki sedikitpun kemampuan untuk melawannya. Lagipula, takdir yang saya alami sekarang termasuk takdir yang ditunggu-tunggu sebagian orang. So, have a nice day... have a nice training...

Friday, June 23, 2006

Adikku Sayang Adikku Malang

Beberapa minggu ini, seringkali saya baca di internet dan saya lihat di televisi kisah-kisah anak manusia yang malang. Mereka bukan anak-anak bodoh. Di sekolahnya, peringkat kelas sudah menjadi rutinitas. Beasiswa untuk kuliah, PMDK, ataupun tawaran meneruskan ke luar negeri terhidang di depan mata. Tapi tiba-tiba semua itu hanya tinggal mimpi. Semuanya sirna karena nilai matematika UAN di bawah 4,26 padahal nilai lainnya (Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris) nyaris sempurna. Namun apa hendak dikata, semua telah terjadi dan sekarang mereka hanya bisa meratapi nasibnya. Sebagian yang masih memiliki sisa-sisa kekuatan (setelah habis untuk menutupi rasa malu) beramai-ramai menghadap ke KOMNASHAM untuk memperjuangkan haknya.

Entah kenapa? Tiba-tiba saja saya ingin menuliskan kisah ini. Padahal biasanya tidak ada minat dalam benak saya untuk menuangkan isi kepala sehubungan dengan isu-isu sosial yang terjadi di sekitar. Terungkit kembali memori beberapa tahun silam, ketika saya mengalami hal yang sama (mengerjakan EBTANAS). Di sekolah saya, memang semuanya tampak wajar. Paling hanya ada teman yang ngomel-ngomel mengeluarkan sumpah serapah setelah mengerjakan matematika. Tapi menurut cerita seorang rekan yang kebetulan beda sekolah, di sekolahnya sempat diwarnai dengan acara isak tangis murid-muridnya. Tapi kami beruntung, meskipun nilai kami hancur, kami semua masih bisa lulus karena belum ada syarat nilai kelulusan. Sepertinya hidup di jaman keemasan p*nc*s*l* memang lebih enak. Tapi apa kata rekan uyo nanti :p

Tidak ada orang yang mau menjadi orang yang sama di masa depan. Begitu juga pemerintah kita, dengan dalih untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas siswa-siswa sekolah, dibuatlah standar nilai kelulusan untuk tiga mata pelajaran. Bagus! Tujuannya memang bagus. Tapi entah kenapa tujuan yang mulia ini justru memporak-porandakan cita-cita yang telah dirangkai dengan manis oleh para siswa. Hancurnya masa depan itu, rasa malu itu, telah membuat mata hati sebagian siswa tertutup. Bunuh diri! Itu adalah salah satu solusi. Cara lain untuk melampiaskan kekesalan itu adalah dengan membakar sekolahnya sendiri, sekolah yang telah membakar hamparan impiannya.

Kematian dan penjara adalah efek dari standar nilai itu. Entah salah siapa? Nilai itu ternyata berimbas pada kehidupan seorang anak manusia. Standar terlalu tinggi? Cara mengajar yang salah? Sarana yang kurang mendukung? Lagi pula, sekarang mungkin bukan saat yang tepat untuk mencari-cari siapa yang salah. Apalagi ngomongin soal dosa siapa. Seperti kata seorang petinggi kita, "Soal dosa urusan saya dengan Tuhan". Entahlah... Saya hanya bisa berdoa semoga adik-adikku diberi ketabahan dan kesabaran.

Mungkin sekarang sudah saatnya seorang satpam juga harus memperhitungkan dengan matang apa yang akan dilakukan untuk melakukan pengamanan. Perhitungan yang eksak dengan menggunakan angka-angka yang pasti. Sehingga setiap satpam bisa melihat beberapa langkah ke depan untuk menjaga keamanan. Jadi, mereka harus lulus matematika sebelum menjadi satpam. Mungkin inilah jawaban dari pertanyaan seorang guru,
"Apa ingin jadi Satpam harus pandai Matematika? Kan tidak. Dia tidak lulus hanya gara-gara matematikanya jeblok. Coba bayangkan dia hanya ingin jadi satpam, karena kemampuan ekonominya tidak mampu untuk melanjutkan kuliah"

Wednesday, June 21, 2006

The next step

Last month, I have accomplished SAP-ABAP training for a month. I think, maybe sometime, I dont know when, I'll be allocated for SAP project as ABAPER. But I'm wrong. Yesterday, I was invited for the next training, SAP-Functional training, especially in Finance. I'll spend my time to learn about SAP-Functional for two months.

I'm very happy because not all of us get the invitation. I feel that I'm the lucky one :D But, during the training, I also have to accomplish my job, my target. Wow... how a busy day! Training and job. Two months ahead, (maybe) I'll go home after dinner (again) and I'll write (blogging) rarely (again).

Yeah... welcome to my live

Reuni

Senen malam, sepulang dari gading, gw iseng sms temen ngabarin kalo di la piazza ada twenty one baru (ember banget ya... :p). Setelah sms-an, buntutnya akhirnya telp2an juga deh. Yah... biasa lah, kalo dah ngorol biasanya jadi nggak jelas temanya, ngalor ngidul ora nggenah. Tapi ada satu tema yang akhirnya cukup berguna :D. Apa itu? Berawal dari rencana buat ke PRJ bareng, akhirnya malah muncul ide untuk bikin reuni di PRJ. Reuni temen2 P3M UI tempat dulu gw bekerja sewaktu masih kuliah.

Akhirnya gw pun bagi2 tugas ma dia buat ngubungin temen2 yang lain. Hasilnya, ternyata sebagian besar bersedia meluangkan waktunya tanggal 2 Juli buat ngumpul2 lagi setelah sekitar hampir 2 tahun nggak pernah ngumpul bareng. Yup, sekarang tinggal nunggu waktunya. Mudah2an aja pada bisa.

Tuesday, June 20, 2006

Orang Gila

Gila! Kata ini mungkin memiliki banyak makna di benak setiap orang. Ya, begitu denger kata gila, yang ada dalam benak saya adalah Itali dan AC Milan. Kok bisa? Lah, Gila kan striker dari kedua tim (maksudnya Gilardino :p). Cukup deh, cukup intronya :p

Hidup ini memang sudah gila. Kata orang, kalo sekarang tidak gila, susah untuk hidup. Tapi gila yang mana ya? Masuk RSJ kah? Ah... tuh kan, definisi gila memang banyak. Entah gila atau tidak, tapi dalam mengambil beberapa keputusan, saya seperti merasa dicap gila oleh orang lain. Padahal, apa yang saya putuskan, cuma keputusan biasa yang memang seharusnya saya putuskan. Just that. I think it was a common desicion.

Tapi, kalo dipikir-pikir, meskipun kata gila sudah memiliki definisi tersendiri, kita bisa bersama-sama meredefinisi kata tersebut. Seperti kata seorang teman, opini publik, itulah tools yang bisa membantu kita meredifinisi suatu kata.

Ya! Kalo melihat ke belakang, sepertinya dunia ini memang makin gila. Coba saja! Seandainya saya ingin menjadi Tuhan, apakah mungkin? Apakah saya akan dianggap orang gila? Bisa jadi. Tapi tunggu dulu, lihat saja di blog mamat. Di situ ada tips (atau lebih tepatnya cara) menjadi 'Tuhan'. Dengan cara tersebut, kita bisa membuang atribut gila dari diri kita. Tapi, apa itu berlaku untuk semua orang? Tentu tidak. Hanya orang-orang yang berhasil kita 'cuci otaknya' yang tidak akan menganggap kita orang gila.

Ketika seseorang tetap teguh mempertahankan prinsipnya di tengah-tengah dunia yang mulai gila ini, mungkin akan dianggap gila. Misalnya dalam hal pekerjaan. Orang-orang yang mengikuti proses alias es-o-pe mungkin akan dianggap gila karena dinilai tidak akan 'menghasilkan' apa-apa yang bernilai buat dirinya. Tapi, mungkin karena opini yang terbentuk memang sudah seperti itu, orang yang menerobos aturan, ataupun orang licin dan gesit yang mencari 'celah' untuk mendapatkan apa yang dia mau akan dianggap hal biasa. Bukan orang gila.

Hmm... susah jadi manusia. Pasti kalo saya ingin menjadi sesuatu yang lain selain manusia pasti akan dianggap gila.
Jadi, sebenernya siapa yang gila ya?

Monday, June 19, 2006

Gaya Bebeto

Semalem pas nonton Brazil vs Australia, gw jadi inget piala dunia 94. Apa yang bikin gw inget lagi piala dunia yang itu? Perayaan golnya itu lho. Setelah Adriano bikin gol, dia menuju ke pinggir lapangan dan merayakan gol, seperti yang biasa dilakukan oleh para pemain setelah mencetak gol. Dia menggoyangkan kedua tangannya persis seperti gaya Bebeto waktu abis mencetak gol di piala dunia 94 itu. Waktu itu sih katanya Bebeto abis punya anak, jadi selebrasinya seolah dia sedang menimang anaknya yang artinya dia persembahkan gol tersebut untuk anaknya. Waktu itu seinget gw jamannya Brazil dengan Bebeto - Romario nya.

Nggak tau deh selebrasi Adriano yang kemarin malam buat siapa. Buat sapa ya? Ih, nggak penting banget sih nanya-nanya gitu ya... Gw kan bukan infotainment :p

Monday, June 12, 2006

OST Weekend

Tolong baca (nyanyikan maksudnya) dengan irama lagunya sinchan :p

Setiap weekend
merupakan waktu bermain yang asik
Menendang kejar bola
lari tiada henti-hentinya
Si manto diem
dan tak ada yang bisa lewati
Oh sibuknya
aku senang sekali...

Esok paginya main bulutangkis
Melompat-lompat sambil ayunkan raket
Matahari menyinari semua perasaan ini
Aduh senangnya
menghabiskan pagi ini

Abis badminton
maen pe-es ato dota
Oh sibuknya
aku senang sekali...

Thursday, June 08, 2006

Lets Save!

This morning, I send email to milist 2k. I confirm that I will be at Cepy's house on saturday. I think, its imposible, go to office on saturday. As usually, I have to meet 'my mother', giving my progress report. Suddenly, she asks us (me and dino), "Would you go to office on saturday? I hope you will be along day in office. But, dont worry, it will be saved as your leave."

Oh, d**n! Soccer, reunion, bye...bye...
Badminton? I'll definitely be there... for-sure :p

~is experience (still) the best teacher :p

Wednesday, June 07, 2006

Kenapa sih?

Arghh...

Kenapa sih e**a bapuk banget? Baru nelp berapa detik udah mati. Mana nyambungnya susah banget lagi!

Kenapa sih pagi-pagi di musim kemarau masih ujan? Bikin males kerja tau! Jalanan basah. Nggak enak buat naik motor. Untung masih ada angkot.

Tapi kenapa sih angkot lama banget. Biasanya gw cuma 20 menit sampe kantor. Tapi tadi pagi gw 1 jam lebih baru sampe kantor. Hampir aja gw telat. Sampe kantor, gw baca email dan email yang pertama gw baca adalah undangan meeting buat hari jumat jam 17.00 sd selesai. D**N!@#$$%^$%&^%^

Kenapa sih harus ada meeting di akhir minggu? After office hour lagi. D**N again!!!*&^^%^%$%$

Jadi pengen nyanyi lagunya Enno Lerian dulu.

To be to be d**n d**n
To be to be d**n
To be to be d**n d**n
To be to be d**n
...


Pasti udah pada lupa ya. Kenapa sih bisa lupa ama lagu terkenal kaya gitu.

Argh.....

Kenapa sih?


Underground voice:
Hahaha...
Wanna to know why it could be happen?
The seal protect you from the black one, The King Of Pain is broken. I did it.
Do you still think, its real you?
Hahaha...

The Gold

Yeah... its my 50th posting. Some people called it golden, golden posting :)

Now, I'll try to write in English. Not for all, but, just a variation :) Yapz, this is the one of my resolutions in this year. Learning to write, read, listen, and speak English well. Learning, just learning! Not to be able to! :p

OK, Im sorry if the grammar is acak adul :))

Tuesday, June 06, 2006

Kenangan Terindah

Aku yang lemah tanpamu
Aku yang rentan karena...


Pasti deh yang baca ini langsung inget samson. Ngaku aja deh! Nggak bakal gw denda kok. Hehehe...

Sebenernya gw mau nostalgia nih, mengingat-ingat kenangan terindah jaman kuliah dulu. Dulu, waktu kuliah, ada rutinitas 'unik' yang gw alami hampir tiap tahun, tepatnya bulan februari.
Ulang tahun?
Bukan!
Bukan itu!
Tapi sakit.
Sakit?

Iya, hampir tiap bulan februari gw mengalami pilek + demam + batuk. Mungkin sih karena pancaroba alias pergantian musim. Taun ini, februari, gw 'aman-aman' aja tuh. Tapi masuk bulan Juni baru gw ngalamin itu. Gw pikir sudah 'sembuh', ternyata cuma pindah :p Biasanya kalo lagi sakit gitu paling cuma beli obat 'warungan'. Paling abis 2000 perak. Kalo agak parah dan nggak mau keluar duit, biasanya ke PKM. Dan kalo ke PKM, pasti dapet amoxilin. Obat wajib! :D

Berhubung sekarang di kantor gw dah dapet fasilitas obat dan sekarang juga lagi ngurusin medical management, jadi gw iseng-iseng mo manfaatin fasilitas itu. Niatnya sih cuma pengen tau gimana prosesnya dan input ke proses payrollnya. Pas udah selese dan gw ambil obatnya, ternyata gw ngabisin 142ribu cuma buat obat gitu doank. Padahal kalo beli di warung cuma 2000 :D Gapapa deh, mumpung dibayarin perusahaan :D

Hmm...
lemah tanpa obat
rentan tanpa obat
sehat itu emang kenangan terindah :)

060606 + 01

Senin kemarin, gw empat kali mendapat pesan melalui vypress dan ym. Isinya
"Menurut CNN,disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang bergerak ke utara menuju asia. Diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di selatan pulau jawa. Diperkirakan 11 hari setelah gempa jogja, atau rabu besok(7 juni) akan ada gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami. Mohon doanya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus di tangan kamu"
Sebenernya gw nggak yakin dengan berita ini. Makanya gw nggak ikut-ikutan forward. Dan teman-teman yang forward juga sebenernya nggak yakin karena menambahkan pertanyaan yang menunjukkan ketidak yakinannya itu. Bener nggak sih? Masa sih? Dan hari ini, gw baca di detik, ternyata isu ini diangkat juga di detik. Tapi yang gw baca merupakan bantahan untuk isu tersebut. Ini linknya.

Yah... gempa, tsunami, ato tsubasa kan bagian dari sunnatullah juga. Manusia cuma bisa memprediksi dengan ilmunya. Tapi yang penting, kita kembalikan semuanya ke sang Pemilik. Kalopun terjadi, itu adalah gejala alam yang memang tidak bisa kita hindarkan. Kita hanya bisa mengantisipasi dan berserah diri. Dan kalopun tidak terjadi, syukurlah. Tapi sepertinya kita memang sudah banyak yang lupa. Hanya musibah yang kita anggap sebagai ujian. Tapi kesehatan, keselamatan, dan segala macam kenikmatan lainnya seringkali terlewatkan sebagai ujian yang 'lebih samar'. Terkadang gw berpikir mungkin kita sebaiknya mendapatkan musibah terus supaya selalu ingat. Tapi jangan juga dink, sekali-kali seneng-seneng boleh donk :D Main bola, main ps, main badminton...

Impulsif VS Dewasa

Ada satu kata yang menarik perhatian gw waktu ngobrol dengan seorang teman di telpon. Impulsif!

Setelah ngobrol ngalor ngidul ngomongin tentang kehidupan (frase yang cukup 'manis' untuk menggantikan sebutan nggosip :p) dia melontarkan kalimat yang kurang lebih isinya:

"Ya, emang orang seumuran kita terkadang masih impulsif dalam memutuskan sesuatu."
"Impulsif?" tanya gw penasaran. Dia pun segera menambahkan.
"Iya, orang seumuran kita terkadang memutuskan sesuatu yang menjadi keinginan karena belum melihat kehidupan. Jadi yang muncul dalam pikiran kita itu keinginan, bukan tujuan atau target sebenernya yang seharusnya lebih realistis. Misalnya ketika seorang mahasiswa memutuskan untuk menikah muda, namun setelah 'membuka mata' dan 'melihat dunia', kemudian mulai mengkaji ulang keputusannya yang dulu. Mungkin karena dulu sering 'dipengaruhi' oleh pihak lain. Ya... mungkin itu suatu hal yang wajar."

Menikah! Contoh yang sangat gampang untuk 'kalangan kita' :p Pasti ada yang setuju dan tidak setuju dengan pernyatan teman gw itu. Tapi setelah gw melihat kembali ke belakang, gw merasa sepertinya memang banyak hal yang seperti dikatakan temen gw itu. Beberapa (atau bahkan banyak) keputusan yang gw ambil dulu memang kurang sesuai dengan realita yang ada sekarang. Mungkin dulu memang terpancing dengan keinginan saja. Bisa jadi.

Dewasa! Mungkin itu yang belum gw miliki saat ini. Apa yang gw ambil dulu, mungkin hanya keputusan impulsif, keputusan reaktif, yang muncul sebagai reaksi atas yang terjadi saat itu. Mungkin gw memang masih harus banyak belajar untuk proaktif, dewasa. Seperti dalam salah satu ilmu jawa, DEWASA diartikan sebagai geDE, daWA, lan roSA (kalo diartikan ke Indonesia menjadi Besar, Panjang dan Kuat). Hayo!!! Jangan pada ngeres ya. Kalo ngeres beresin dulu tuh otak :p

Kalo menurut gw, tiga kata tersebut kalo dihubungkan dengan kedewasaan memang ada benarnya. Orang yang dewasa setidaknya memiliki pikiran yang luas (besar), pandangan ke depan (panjang), dan tekad yang bulat (kuat). Sehingga tentu saja keputusan-keputusan yang muncul akan menjadi lebih realistis, tidak sekedar impulsif atau reaktif.

Hmm... gw suka ngiri sama seorang teman yang umurnya lebih muda tapi gw liat dia bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan daripada gw. Memang benar kata sebuah iklan,
"Jadi tua itu pasti. Tapi jadi dewasa adalah pilihan."

note:
Gw lupa salah satu nama ilmu jawa yang gw maksud. Beberapa contoh kata yang lain adalah
1. Mantu = dieman-eMAN pan ngei puTu (Disayang karena mau memberikan cucu)
2. Piring = sePI yen miRING (Sepi / bersih kalo dimiringkan)
3. dll = Dan Lain-Lain

~ga penting banget ya :p
~nomor 3 ngarang sendiri :p

Monday, June 05, 2006

Semangat 45

Beginilah jadinya kalo olah raga pake semangat 45, badan pada pegel :D

Sabtu pagi main bola dari jam 1/8 sampe jam 2 siang (tapi istirahatnya jauh lebih lama dari mainnya). Minggu paginya main badminton dari jam 7an sampe jam 11an. Lumayan buat ngeluarin keringet. Tapi lumayan juga buat bikin badan pada pegel :D