Thursday, August 30, 2007

Menjemput Ibu

Hari ini Ibu datang ke Jakarta. Ada sepupu yang mau nikah besok. Tadinya aku pikir Ibu berangkat jam 8-an karena waktu jam 7-an kutelpon sudah ada di bis. Ternyata bis berangkat jam 10-an. Berarti kira-kira sampai Jakarta jam 5-an. Wah... nggak jadi IMP deh. Tadinya kalo ibu berangkat jam 8-an sampai Jakarta mungkin jam 3-an. Berarti harus ijin dan cabut jam 2-an buat menjemput ibu. Ternyata nggak jadi :( Ya sudahlah, ngelarin blueprint dulu. Nanti pulang tenggo aja, langsung ke Pulo Gadung.

Wednesday, August 29, 2007

Nggak Mood

Tadi pagi kayanya nggak mood banget buat kerja. Tapi ternyata akhirnya kelar juga (jam kerja maksudnya, hehehe...). Tapi sekarang malah jadi males balik. Berhubung 'dipaksa' sama Febry buat nomat di Gading XXI, akhirnya gue luluh juga. Balik dulu ah...

Tuesday, August 28, 2007

Nonton Gerhana

Ini bukan gerhana yang di tipi itu lho. Tapi gerhana bulan beneran. Dari sini nggak keliatan gerhananya. Y a iyalah. Orang sekarang gue di dalam ruang projek, gimana mau keliatan, hehehe... Yang keliatan nasi padang sama bika ambon doang. Udah ah, balik dulu.

Bintang Kecilku

Purnama-purnama tlah berlalu
Ku masih di sini
Menanti bintang kecilku yang meredup

Kembalilah bintang kecilku
Bersinarlah bintang kecilku
Hadirmu obati rinduku
Terangi malam-malamku

Cobalah kau mengerti
Mengapa kudisini
Cobalah kau pahami
Mengapa kumenanti

Setulusnya aku
Ingin menggapaimu
Mendekap erat cahyamu
Hingga tiada malam menjemput

Sabit-sabit tlah mengembang
Meski kutahu
Gelap kulihat
Dingin kurasa
Sunyi kudengar
Kumasih disini, menanti, dan bermimpi
Kau hadir dan membelai malamku

Wahai peri malamku
Bangkitkan jiwaku
Jika bintang kecilku
Bukan lagi milikku

Monday, August 27, 2007

Gerhana Bulan

Tadi baru baca di detik. Besok katanya ada gerhana bulan yang berlangsung sekitar pukul lima sampai pukul tujuh. Hmm... sebenernya enakan kalo liat dari planetarium di TIM. Tapi kalo ngeliat jadwal proyek, kayanya nggak mungkin kalo jam segtu gue bisa berada di planetarium. So, salah satu pilihannya adalah ngeliat dari 'helipad' yang ada di atas gedung (ya iyalah, masa bawah gedung sih :p). Kliatan nggak ya?

Over Budget

Gara-gara ada barang baru di kosan, meskipun gue nggak ngeluarin duit, tapi efeknya luar biasa bikin kantong jebol. Sekarang gue jadi berpikiran buat beli eksternal harddisk, perangkat ngenet (hp maupun perangkat lain seperti wimode), mouse, colokan kabel, dan teman-teman yang lainnya. Wadaw!!! Siap-siap over budget nih...

Capsa

Kemarin, gue, uyo, dan mamat berencana menculik abiep buat ngadain touring lagi. Tujuan kali ini adalah ke puncak. Nginep di sana sambil maen kartu sepuasnya. Tapi sampe berita ini diturunkan, gue belum menghubungi abiep buat ngasih tau rencana ini, hehehe... Dia kan 'cowo gampangan', pasti mau lah kalo diajak touring gitu. Tapi mungkin mamat atau uyo sudah menghubungi dia. Who knows? OK biep? Hari Sabtu, tanggal 8 Sept, abis subuh kita cabut ya. Malam Sabtunya kita nginep di kosan lay.

Friday, August 24, 2007

Notebook

Hari ini adalah jadwal gue untuk mengambil notebook di gudang. Yuhuu!!! Akhirnya pake notebook juga. Cape mindahin komputer terus. Emang kita OB? Hehehe... Jadi yang harus dipikirin sekarang adalah nyari installer-installer, game-game, lagu-lagu, dan perangkat buat ngenet, hehehe...

Wednesday, August 22, 2007

Mutilasi

Mulai Senen kemarin, gue memutilasikan diri untuk posting. Karena mulai Senen kemarin, tim project baru saja me-launching sebuah blog sebagai sarana komunikasi antar anggota tim. Karena itu, sekarang gue mungkin jadi jarang ngeblog nih.

Tuesday, August 21, 2007

Ilusi

Apakah kau seperti fatamorgana
yang menghampar asa
dan fana dalam perjumpaan

Ataukah kau seperti kabut
yang menghijab pelita
dan membutakan

Atau....
mungkin kau hanya ilusi
tapi terasa begitu nyata
senyata rindu di ruang hati

Monday, August 20, 2007

Tampilan Baru

Yuhuu!!! Nyobain tampilan baru nih.

Generasi Anjing dan Kucing

Aku punya anjing kecil
Kuberi nama Heli
Heli, guk guk guk
Kemari, guk guk guk
Ayo lari lari...

Itulah sepenggal bait lagu Heli yang sering kita mainkan dulu waktu kecil.

Kelakuan si kucing garong
kalau lihat mangsa mengeong
Main sikat main embat
mangsa yang lewat

Kalo yang ini adalah sepenggal bait lagu Kucing Garong.

Generasi Anjing dan Kucing. Itulah kata yang pas menurutku. Dahulu, aku dan teman-teman suka menghafal dan melafalkan lagu anak-anak. Heli adalah salah satu lagu favorit yang dinyanyikan bersama. Sekarang juga demikian. Anak-anak kecil sekarang suka menyanyikan lagu-lagu 'anak-anak' dan bergoyang mengikuti irama lagunya. Namun, berbeda dengan dahulu, 'standar' lagu anak-anak jaman sekarang sudah berubah. Sekarang anak-anak lebih mudah menghapal lagu-lagu yang sedang trend, seperti lagu-lagu Ungu, dan lagu di atas, Kucing Garong. Rupanya anak-anak sekarang sudah cepat berkembang (?). Memang hal ini tidak terjadi pada semua anak. Namun telah terjadi kecenderungan yang dapat 'dimaafkan' oleh publik.

Lihatlah televisi jaman sekarang. Kalau melihat anak kecil dengan fasihnya menyanyikan lagu Kucing Garong, aku jadi rindu dengan masa kecilku, di mana masih banyak lagu anak-anak yang sebenarnya. Tariannya pun masih 'tarian anak-anak'. Tapi wajar saja. Mungkin lagu-lagu seperti bintang kecil, naik-naik ke puncak gunung, dan yang sejenisnya memang sudah tidak laku di pasaran. Karena itulah lagu-lagu seperti itu jarang sekali (atau bahkan tidak pernah) muncul di di televisi dalam acara musik anak-anak. Tapi, ternyata lagu-lagu itu sesekali masih muncul dalam iklan-iklan produk untuk perkembangan anak kecil atau bayi. Bahkan dengan improvisasi anak kecil (dalam iklan-iklan tersebut), lagu-lagu itu dijadikan sebagai salah satu simbol kecerdasan dalam perkembangan anak. Kenapa bukan lagu seperti kucing garong yang dijadikan lagu dalam iklan-iklan tersebut? (Tanya kenapa?)

Pola pikirku sebagai orang awam kemudian membuat kesimpulan tersendiri. Para pembuat iklan sadar bahwa lagu anak-anak dapat menjadi simbol kecerdasan emosional dan intelektual anak. Tapi para pembuat acara musik sadar bahwa lagu-lagu yang sedang trend saat ini dan kemudian disulap menjadi 'lagu anak-anak' lebih menjual daripada lagu anak-anak sebenarnya. Dari sini, sepertinya konsumsi lagu dapat menjadi salah satu faktor perkembangan anak yang dengan mudahnya menyerap apa yang dia lihat, dia suarakan, dan dia praktekan.

Entah kenapa sekarang aku merasa beruntung menjadi anak kecil di jaman dulu waktu aku masih kecil. Beruntung sekali anak-anak yang menjadi anak-anak di jaman dulu. Kasihan sekali anak-anak jaman sekarang. Umm... ternyata susah menjadi orang tua ya (halah... mikirnya kejauhan nih, hehe...)

Thursday, August 16, 2007

Bosen

Bener-bener bosen! Coba tadi ngajak Cassandra ke sini, mungkin nggak sebosen sekarang :(

Tong Sampah

Bukan tong sampah yang biasanya ada di tiap ruangan atau di tempat-tempat publik itu yang mau gue tulis. Tapi 'tong sampah'. Tempat 'membuang sampah', ato kerenan dikitnya, tempat berbagi dan *mungkin* meminta saran.

Banyak orang bilang gue orangnya tertutup, pemalu, introfert. Jadi, wajar kalo gue suka menutup diri dari pihak luar, terutama mengenai hal-hal pribadi. Tapi, ternyata gue nggak gitu-gitu banget kok. Buktinya, nggak tanggung-tanggung, setidaknya gue punya empat kategori 'tong sampah'.

Tong sampah pertama adalah 'orang tua'. Kenapa pake tanda petik segala? Karena orang tua yang gue maksud bukan orang tua kandung gue. Mungkin sudah bawaan keluarga. Orang tua gue orangnya pendiem, makanya wajar kalo gue juga pendiem. Orang tua yang menjadi 'tong sampah' gue adalah tante gue. Dia orangnya emang care banget sama 'anak-anaknya'. Makanya gue juga nggak sungkan kalo mau cerita hal-hal yang pribadi sama dia. Dengan berbagi sama beliau, gue jadi mendapatkan banyak petuah dan pengalaman hidup sekaligus melihat sebuah permasalahan dari sudut pandang orang tua yang sepertinya sekarang sudah jarang digunakan oleh anak-anak muda jaman sekarang (sotoy banget yak :D)

Temen cowo menjadi 'tong sampah' kedua. Inilah 'tong sampah' pertama yang gue miliki. Gue mulai memilikinya semenjak kuliah. 'Tong sampah' yang satu ini biasanya gue pake biar gue bisa bebas mengekspresikan diri gue sebagai cowo. Dari sini, gue bisa dapat sudut pandang cowo dalam menghadapi pilihan-pilihan hidup yang cukup rumit ini. Meskipun terkadang emang agak ancur-ancur gitu tapi justru karena itulah gue jadi merasa enjoy, hahaha...

Yang ketiga, 'tong sampah' yang biasa gue pake adalah temen cewe. Tong sampah generasi yang ini baru gue temukan setelah lulus kuliah. Mungkin karena mulai muncul kebutuhan untuk memahami mereka (cie...). Yup, berbekal pola pikir dan sudut pandang cowo saja tentu tidak cukup untuk menjalani kehidupan yang satu itu. Apalagi pola pikir dan sudut pandang cewe itu emang beda secara mendasar. So, kalo nggak ada integratornya pasti susah nyambungnya (halah, bahasanya rek...). Karena itulah tong sampah itu dibutuhkan (bahkan lebih dari satu lho). Ternyata gue bisa rame juga kan... Masih berpikir gue introfert?

Blog adalah sarana terakhir dalam berbagi suka duka. Bisa dibilang bahwa media terakhir ini merupakan gabungan dari ketiga media sebelumnya. Di sini gue bisa menceritakan apapun dengan bebas sesuka hati.

Merdeka

Merdeka! Masa sih, kapan ya?

Wednesday, August 15, 2007

Seminar Sehari [2]

Seminar yang gue pikir menjemukan, ternyata ada baeknya juga buat gue. Soalnya di akhir sesi pertama, sebelum makan siang, gue mendapatkan dorprais sebuah topi. Lumayan lah, hehehe...

Seminar Sehari

Hari yang menjemukan. Hari ini gue mendapat undangan untuk mengikuti seminar SOA. Seharian! Dari pukul delapan pagi sampai pukul setengah lima sore. Fiuh... cape deh... ngantuk deh... b**o deh... Apalagi... yang ngasih seminar you-know-who and team.

Tuesday, August 14, 2007

Arti Nama Kota & Negara

Hasil blogwalking nih. Gue jadi pengen ketawa sendiri baca tulisan ini (eh, udah ding). Tulisan berikut diambil dari sini.

***

Berikut ini adalah kepanjangan dari nama-nama negara/kota di dunia:

H.O.L.L.A.N. D
Hope Our Love Lasts And Never Dies

I.T.A.L.Y.
I Trust And Love You

L.I.B.Y.A.
Love Is Beautiful ; You Also

F.R.A.N.C.E.
Friendships Remain And Never Can End

C.H.I.N.A.
Come Here..... I Need Affection

B.U.R.M.A.
Between Us, Remember Me Always

N.E.P.A.L.
Never Ever Part As Lovers

I.N.D.I.A.
I Nearly Died In Adoration

K.E.N.Y.A
Keep Everything Nice, Yet Arousing

C.A.N.A.D.A.
Cute And Naughty Action that Developed into Attraction

K.O.R.E.A.
Keep Optimistic Regardless of Every adversity

E.G.Y.P.T.
Everything's Great, You Pretty Thing !

M.A.N.I.L.A.
May All Nights Inspire Love Always

P.E.R.U.
Phorget (Forget) Everyone... Remember Us

T.H.A.I.L.A. N.D.
Totally Happy, Always In Love And Never Dull

J.A.K.A.R.T. A
Jambret Ada, Koruptor Ada, Rampok Tentu Ada

Ngeblog

Hari ini masih nggak ada kerjaan. So, gue cuma blogwalking. Soalnya kalo posting terus ntar takut ngalahin detik. Makanya cuma blogwalking.

Salah satu kesamaan tema dari blog-blog yang gue kunjungi adalah mengenai blogging. Jadi tertarik nih, hehehe...

Lima alasan ngeblog:
1. Mencatat sejarah (anggap aja my e-diary).
2. Mencetak para pembaca sejarah (alias blogwalker).
3. Menciptakan para pemerhati sejarah (alias ABC, Ayipi' Blog fans Club).
4. Mengajarkan orang untuk belajar dari sejarah (ambil aja yang baik-baik dari blog gue ya).
5. Mengajarkan orang untuk tidak mengulangi sejarah yang suram (biar pengalaman buruk gue tidak diulang sama blogwalker / ABC).

Lima tipe blog yang disukai:
1. Sering diupdate.
2. Tentang kehidupan.
3. Filosofis.
4. Lucu.
5. Nggak jelas.

Lima blog yang sering dikunjungi:
1. Blog gue dong.
2. Amir.
3. Ali (update dong Li).
4. Gita (update juga dong Git).
5. Detik (ini yang paling sering diupdate, meskipun bukan blog, tapi terserah gue dong!)

Futsal 180807

Entah ini untuk yang keberapa kalinya. Setelah kemarin rehat menyambut Isra Miraj, Saturday Futsal Fever kembali berlanjut.

Hari / Tanggal : Sabtu, 18 Ags 2007
Tempat : Metro Futsal, Pd Indah
Pukul : 9-11 am

So, be there prens...

Pembagian Jatah

Setelah enam belas hari mengikuti training SAP - HR, akhirnya tibalah saatnya pembagian 'jatah'. Kemarin para peserta training dikumpulkan. Pada meeting tersebut, pihak management mengalokasikan resource-resource yang ada untuk bergabung dalam tim SAP - HR. Di tim ini, gue mendapatkan dua tempat, yaitu di tim MD dan OM.

Umm... sejauh ini kegiatan project masih santai karena belum ada kerjaan yang bisa dikerjain. Tapi nggak tau deh ntar. Kayanya bakalan sering absen di saturday futsal fever nih. Mudah-mudahan Sunday futsal fever yang sedang di develop bisa go live dalam waktu dekat, biar ada alternatif lain.

Monday, August 13, 2007

Hukum Kekekalan

Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Tapi energi dapat berubah dari suatu bentuk energi ke bentuk energi lain (hukum kekekalan energi).

Begitu juga dengan kepribadian. Kepribadian tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Tapi kepribadian dapat berubah dari suatu kepribadian ke kepribadian lain (ayip).

Oleh-oleh dari Citarik [3]

Cerita sebelumnya

Jam tiga pagi, saung tampak seperti pasar pagi. Rame! Hal yang jarang terjadi di saung. Biasanya pada bangun cuma buat sholat Subuh, terus tidur lagi. Ternyata, saat itu fasilitator meminta kami untuk bangun dan ada acara dini hari. Wakz!!! Masih ngantuk bro! Ngapain lagi nih, tanya gue dalam hati.

Semua peserta outbound dikumpulkan di sebuah aula (?). Kami diberikan petunjuk untuk melakukan sebuah tugas. Menjawab tiga pertanyaan. Sebenernya pertanyaan-pertanyaan itu bisa juga dijawab jam tujuh pagi setelah makan pagi. Namun karena alasan kekhsyukan, kami diminta menjawab tiga pertanyaan itu di sebuah tempat yang sepi dan hanya diterangi sedikit cahaya bulan dan sebuah lampu badai ataupun lilin.

Sepanjang perjalanan menuju tempat 'bersemedi' Yoko ada di belakang gue. Beberapa kali dia nyolek (atau ngapain? gue ngga gitu sadar, masih ngantuk). Sampai pada suatu saat, ada seorang yang nyolek gue dari belakang.

"Apa sih lo, rese banget!" secara reflek gue langsung ngomong gitu sama si penyolek.

"Mas, ngerjainnya di situ tuh, yang ada cahaya kecil." Ternyata dia fasilitator yang mau nunjukkin tempatnya. Duh... malu banget gue...

"Oh, iya mas, maaf mas." kata gue seraya nyelonong ke arah yang ditunjuk.

Setelah menjawab tiga pertanyaan itu, kami diminta untuk menunggu di situ hingga fasilitator memanggil kami. Gue cuma tiduran di bawah pohon (meskipun akhirnya tidur beneran, hehehe). Entah kenapa kalo gue memejamkan mata, gue merasa kalo pohon di sebelah gue bergerak dan berjalan menjauhi gue. Tapi pas gue melek lagi, pohon itu masih di samping gue. Huh! Gara-gara nonton Harpot 2 sebelum outbound nih.

Akhirnya saat itu tiba. Fasilitator menjemput gue dan mengarahkan gue ke tempat berkumpul kembali. Hidangan sudah menunggu kami. Ubi, pisang, dan bandrek. Gue cuma minum bandrek karena masih merasa kenyang akibat perbuatan semalam.

Seperti biasa, kebiasaan sulit setelah Subuh adalah tidur lagi (hal ini tidak berlaku di kosan Lay). Beruntung, Pak Wahyu ngajakin gue jalan-jalan ke belakang. Di sana ada sawah dan hutan. tapi kami cuma berjalan-jalan di sawah. Masuk hutan? Makasih deh, tenaganya buat nanti aja. Masih ada game lain hari ini. Di sawah gue melihat kaki seribu terbesar yang pernah gue lihat. Hi... gede banget. Di sawah ternyata juga ada helipadnya lho. Keren kan? Bo'ong ding, kayanya itu bukan helipad, tapi tempat buat jemur padi. Tapi bener kok, kalo ada helikopter mini yang mau mendarat di situ kayanya juga bisa. Terserah deh.

Sambil menunggu game hari ini, setelah makan pagi gue dan beberapa peserta outbound menyempatkan diri membuat sesi pemotretan dengan sang fotographer (Nyo, mendingan lo bikin web pribadi buat menampung hasil jepretan lo deh). Sekitar pukul delapan, akhirnya kami diminta berkumpul kembali untuk game terakhir di outbound ini.

Untuk game terakhir, semua kelompok dijadikan satu menjadi satu tim besar. Tugas kali ini adalah membuat jembatan untuk menyeberangi anak sungai dan tangga untuk menaiki tanah terjal yang tinggi. Kamipun dibagi menjadi dua bagian besar, tim tangga yang diketuai Pak Afi dan tim jembatan yang dikomandani Pak Gauss. Kami diberi waktu lima belas menit untuk membentuk tim, design dan perkiraan harga material. Ternyata waktunya tidak cukup dan kami juga belum mengetahui kondisi sebenarnya. Nego pun dilakukan. Kami mendapat lima belas menit lagi untuk melakukan survei lokasi dan mematangkan rencana detailnya. Gue, Donny, Pak Do, dan Pak Wahyu menyeberangi sungai untuk melihat kondisi real-nya. Meskipun air sungai sedang 'kering', namun arusnya masih cukup deras untuk dilewati. Kami mancari titik teraman dan akhirnya berhasil menembus aliran deras itu.

Lima belas menit berlalu. Kami mulai belanja material. Gue, Donny, dan Yoko, membuat sebuah jembatan dari tali untuk menyeberangi sungai yang cukup deras itu. Sementara, yang lain berbelangja dan menyiapkan semua material dan peralatan untuk membuat tangga dan jembatan dari bambu. Setelah siap dirakit, material itu dikirim ke seberang untuk dipasang di lokasi. O iya, di sekitar anak sungai itu, ada sebuah peraturan aneh yang melarang para pembuat jembatan untuk menyentuh air. Barang siapa terkena air itu, dia akan terkutuk dan menjadi gagu. Halah, bikin susah aja.

Akhirnya, waktu deadline pun tiba. Tangga sudah berdiri, namun jembatan baru selesai setengah. Itupun masih reyat-reyot. Semua jadi ikutan sibuk, termasuk para cewe yang gemar sekali memaku anak jembatan (kalo ditangga namanya anak tangga, jadi kalo di jembatan namanya anak jembatan). Kalo menunggu sampai benar-benar berhasil, bisa-bisa sampai malampun masih belum berhasil. Akhirnya sebagian dari tim mengutukkan diri dan membatu mendirikan jembatan itu. Setelah bersusah payah, akhirnya jembatan berhasil di selesaikan (dengan hasil yang... yah... gitu deh... hehe...).

Kami tidak kembali ke base camp melalui sungai, tapi melaui udara. Udara? Yup, kami mendapat jatah untuk flying fox. Sesampai di base camp, kami langsung mandi dan makan siang (jam 4 sore lho, baru makan siang). Sekitar satu jam kami mengadakan 'acara penutupan' outbound. Pukul setengah tujuh, kami baru berangkat menuju Jakarta kembali. Uh... Cape banget!!!

Selesai

Kelewatan

Entah apa kegiatanku kemarin, semalam aku jadi ngantuk banget di bis. Ketika terbangun, aku melihat sebuah papan iklan sebuah perumahan di Bekasi dan ada jalus busway di bawahnya. "Sepertinya aku pernah lihat papan ini deh. Habis ini jangan-jangan ada 'jembatan'". Begitu pikirku ketika terjaga dari kantukku. Dan ternyata benar. Sesaat setelah aku memikirkannya, bis yang aku naiki pun melewati sebuah 'jembatan'. "Yup, kelewatan lagi! Cempaka Putih sudah lewat. Sekalian aja lah turun di Pulo Gadung." Dan akhirnya, dari Pulo Gadung aku naik bis kota ke arah cempaka putih dan naik ojek.

Lagi? Untuk di Jakarta, ini memang pertama kalinya aku kelewatan karena tertidur. Tapi sebelumnya, aku sudah pernah mengalami hal seperti ini ketika dalam perjalanan ke Tegal. Ketika terbangun, aku seperti baru melewati jalanan yang seperti itu. Ternyata feelingku benar. Aku sudah sampai di Pemalang, setengah jam dari Tegal. Akhirnya aku turun dan kembali naik bis malam ke arah yang berlawanan. Sepanjang perjalanan, aku terus berusaha untuk membuka mata supaya tidak sampai di Brebes. Syukurlah, akhirnya aku berhasil dan turun di tempat yang semestinya.

Friday, August 10, 2007

Masa SD

Aku masuk SD ketika berumur enam tahun, yaitu tahun 1988. Tahun pertama di sekolah, tidak ada yang spesial. Menjelang akhir sekolah, aku tidak bertemu dengan seseorang yang ditakuti seperti you-know-who. Namun ada yang patut aku pertahankan. Prestasi alias peringkat kelas. Aku, Lola dan Untung, selalu mengisi peringkat tiga besar. Yang aku ingat, di kelas satu aku mendapatkan peringkat 2-3-3 untuk tiga catur wulan.

Memasuki tahun kedua, untuk pertama kalinya aku merasakan 'shift' dua. Aku berangkat siang. Karena ruang kelasku sedang direnovasi. Terpaksa aku sekolah menggunakan ruang kelas satu setelah siswa-siswa kelas satu pulang. Di tahun inipun aku hanya menjalani tahun yang biasa. Dalam petualanganku menelusuri ruang-ruang yang sedang direnovasi, aku tidak pernah menemukan buku harian maupun ruang rahasia yang dihuni oleh sesosok monster menyeramkan. Yang aku ingat, di kelas dua aku mendapatkan peringkat 3-2-2 untuk tiga catur wulan.

Tahun ketiga menjadi salah satu tahun yang tak terlupakan buatku. Untuk pertama kalinya, aku berhasil menjadi juara kelas. Peringkatku di tahun ketiga adalah 2-1-1. Tentu saja, dengan kebahagiaan seperti ini, tidak mungkin ada sesosok dementor pun yang mampu menyerap habis semua aura kebahagiaan menjadi kegelapan. Yang ada hanya euforia bahwa akhirnya aku bisa menjadi juara kelas. Di akhir tahun ini, salah satu temanku keluar dari sekolah karena mengikuti orang tuanya yang pindah ke luar kota, yaitu Beni. Kelak, aku bertemu kembali dengan Beni ketika aku duduk di bangkku SMP.

Memasuki tahun keempat, masa-masa SD ku mulai kompleks. Untuk pertama kalinya aku mengikuti program Dokter Kecil. Sebuah program yang memperkenalkan tentang dunia dokter, atau dunia kesehatan pada umumnya kepada siswa SD. Setiap SD diwakili oleh dua orang. Aku lupa siapa yang menemaniku. Selain Dokter Kecil, program lain yang aku ikuti adalah Porseni (Pekan Olah Raga dan Seni). Ini adalah perlombaan olah raga dan seni seperti sastra tingkat SD yang diawali tingkat kelurahan. Untuk mengikuti perlombaan ini, siswa tidak perlu meletakkan kertas yang bertuliskan namanya ke dalam Goblet of Fire. Justru kebanyakan, siswa dipilih oleh guru setelah dimintai keterangan apakah bisa bermain untuk olah raga yang bersangkutan atau tidak. Pertandingannya juga tidak memakan banyak energi. Yang jelas, tidak segarang Triwizard Tournament. Hanya pertandingan antar siswa SD tingkat kelurahan. Para pemenangnya kemudian akan diadu di tingkat kecamatan dan seterusnya. Saat itu, aku terpilih menjadi salah satu wakil untuk pertandingan catur.

Selain kegiatan-kegiatan, kehidupan tahun keempatku di SD juga diwarnai dengan datangnya teman-teman. Setelah kehilangan salah seorang teman di kelas tiga, di kelas empat ini aku kedatangan teman baru dari luar kota, Guntoro. Satu orang lagi yang datang dalam kehidupanku adalah Santi. Dia bukan pindah dari sekolah lain ke sekolahku. Tapi dia datang dalam kehidupanku yang sebenarnya. Ya! Dia masuk dalam kehidupanku karena di tahun keempat ini kami menjadi sepasang kekasih (cie...). Pencarian pasangan ini tidak didasari pencarian teman dansa seperti tradisi dansa sebelum Triwizard Tournament dimulai. Ini hanya sebuah proses kehidupan dimana cinta monyet tumbuh seumur jagung di dalam kehidupan anak-anak. O iya, di tahun keempat ini, aku mendapatkan peringkat 2-3-1.

Di tahun kelima, aku berpisah dengan Santi. Entah apa alasannya, aku lupa. Tapi yang pasti, aku tidak melewati tahun ini dengan Santi. Setelah berpisah dari Santi, tiba-tiba datang sesosok wanita lain yang sebenarnya sudah lama aku kenal. Tiba-tiba kami menjadi dekat (bukan secara fisik, tapi melalui surat). Akhirnya dia pun menggantikan sosok Santi yang sudah usang kisahnya. Dia adalah Lola, teman SD yang sudah bertahun-tahun satu kelas. Dialah salah satu pesaingku dalam menempati posisi tiga besar di kelas. Namun aku tidak terlalu sering berkumpul dengan Lola dan teman-teman seperti Dumbledore's Army. Kami hanya berkirim surat melalui seseorang, bukan melalui Hedwig.

Tahun terakhir tentu menjadi tahun tersibuk. Selain mempersiapkan EBTA dan EBTANAS, aku juga mengikuti dua lomba, yaitu lomba Matematika dan lomba paduan suara antar SD. Dalam lomba matematika itu, aku berhasil menduduki peringkat dua tingkat kecamatan. Namun setelah dilakukan seleksi ulang terhadap lima besar, aku tidak berhasil masuk ke posisi tiga besar untuk mengikuti lomba tingkat kotamadya. Sementara itu, 'horcrux' ku, Lola, berhasil menembus ke tingkat kotamadya dalam perlombaan mengarang. Semua kegiatanku di dua tahun terakhir ternyata tidak membuatku turun peringkat. Di dua tahun terakhirku, aku selalu mendapatkan peringkat 1.


===
In memorial:
Untung - Sekarang sudah menikah dan dikaruniai satu anak. Sekarang tinggal di Tegal.
Lola - Sekarang juga sudah menikah dan dikaruniai dua anak (kabar terakhir yang aku dengar). Sekarang tinggal di Tegal.
Beni - Sekarang tinggal di Tegal dan sedang menanti 'hari H'.
Santi - Sama seperti Untung.
Guntoro - Nasibnya sama seperti aku, merantau, demi sesuap nasi dan segepok berlian. Sekarang tinggal di Jogjakarta. Dan aku yakin, kamu pasti baca blog ini. Karena nama kamu sudah ada di shoutbox blog ini. Semangat untuk skripsinya ya Gun.

Karangan Bebas

Sekarang aku jadi merasa muda lagi, seperti anak SD lagi. Biasanya setelah liburan, begitu masuk sekolah, aku diminta untuk membuat essay atau karangan tentang liburan itu. Sama seperti sekarang. Hampir setiap kali jalan-jalan entah kemana (Bandung, Kepulauan Seribu, Citarik, atau lainnnya), aku membuat karangan tentang perjalanan itu. Bedanya, kalau dulu dikumpulkan ke Ibu / Bapak Guru dan mungkin hanya dibaca oleh beliau. Tapi sekarang, karangan itu dikumpulkan dalam salah satu media online (blog) dan dapat dibaca siapa saja.

Jadi kangen dengan masa SD. Terakhir mengadakan reuni tiga tahun setelah lulus SD, yaitu tahun 1997. Sudah sepuluh tahun tidak berkumpul bersama. Tiga tahun aku di Tegal, dan sisanya aku habiskan untuk merantau mencari kehidupan yang lebih baik, di Jakarta. Empat setengah tahun menuntut ilmu dan dua setengah tahun menuntut penghasilan.

Kemana wahai teman-teman lamaku?

Oleh-oleh dari Citarik [2]

Cerita sebelumnya

Pagi hari -mungkin sekitar pukul satu-, udara menjadi dingin sekali. Gue yang hanya memakai celana pendek dan kaos biasa, mengigil setengah mati. Mungkin inilah hawa dingin terparah yang pernah menusuk tulang rusuk. Gue hanya bisa meringkuk karena tidak adanya pelindung dingin yang menempel di badan. Kaki ditekuk, paha menempel pada tangan yang tertekuk di depan dada. Anjrit! Masih dingin. Gue nggak bawa jaket. Ada celana training panjang di tas. Tapi hawa dingin itu telah membunuh hasrat untuk keluar tenda menuju tempat tas berada.

Sekitar pukul empat -mungkin-, terdengar riuh suara monyet -di sini bukan ayam yang jadi petugas buat bangunin orang tidur-. Dan salah satu monyet -sepertinya- membuat suara aneh di sekitar tenda. Febri yang pertama mendengar.

"Pak, denger suara aneh gitu nggak? Takutnya monyet tuh, mo ambil barang-barang kita." Tanya dia sama gue.

"Nggak tau tuh," kilah gue yang masih terkantuk-kantuk dalam hawa dingin yang begitu dahsyat.

Akhirnya Febri keluar tenda dan menanyakan hal serupa pada Sulkhan. Dengan tegas Sulkhan juga menjawab nggak. Akhirnya Febri pun masuk lagi ke dalam tenda. Tiba-tiba Sulkhan mengikuti jejak Febri memasuki tenda. Hahaha... sepertinya Sulkhan tidak yakin dengan jawabannya sendiri barusan. Daripada tidur ditemani monyet, akhirnya dia memilih tidur di dalam tenda. Dia melepas sleeping bagnya. Kebetulan, sleeping bag itu gue pakai buat penangkal dingin. Lumayan, ada perubahan.

Sekitar pukul lima, ketika para ibu mulai memasak sarapan -nasi, mie, kornet, ikan sarden- gue bangun dari tidur dingin gue -bukan tidur pules-. Seumur-umur, baru kali ini lah -di hutan ini- gue solat tanpa wudhu, tapi dengan tayamum. Di sekitar sini tidak ada sumber air. Satu-satunya sumber air adalah air mineral beberapa botol yang kami bawa dari base camp -caldera-. Itupun untuk minum, masak, dan cuci peralatan makan.

Hal yang cukup merepotkan di pagi hari di tempat yang tidak ada air adalah -sebenernya mungkin terlalu 'vulgar' untuk menceritakan ini, tapi kayanya sayang kalo nggak diceritain, seru banget sih, hehehe- memenuhi panggilan alam. Gue sudah berusaha menahan diri. Tapi apa daya perut terlanjur protes. Akibatnya, gue langsung mengambil senter untuk mencari koordinat yang pas. Akhirnya, lega juga. Lain lagi cerita Febri, ketika melewati 'dapur', dia diminta untuk melakukan sesuatu. Tapi dengan tangkas dia langsung menepis request itu dan berlari mencari koordinat juga. Yang lainpun segera mengerti dengan apa yang barusan terjadi, hahaha. Di kelompok lain juga terjadi hal yang sama. Ada Nyanyo dan Pak Wahyu yang juga berlomba mencari koordinat di gelapnya pagi. Nyanyo mungkin menjadi salah satu peserta outbound terajin karena dia menggunakan golok untuk mengubur sisa-sisa kehidupannya. Dan goloknya... ah... sudah lah, terlalu dalam untuk dibahas, hahaha...

Sekitar pukul tujuh, setelah makan dan bebenah -tas, tenda, matras, dan sleeping bag- kami berkumpul semua -semua tim- untuk melanjutkan perjalanan. Perjalanan kali ini adalah pencarian azimut dengan kompas. Kami diberi dua puluh lima azimut untuk mencari target akhir. Sebuah saung di atas kolam yang dialiri air yang begitu menyegarkan. Setiap tim dibekali dua buah kompas dan secarik kertas dimana tersimpan kedua puluh lima azimut yang harus kami temukan.

Kami berjalan menyusuri jalan setapak selama kurang lebih setengah jam. Akhirnya kami tiba di sebuah 'pasar air'. Pasar air adalah pasar kaget yang menjual air mineral -isi ulang- dengan harga empat ribu dolar caldera per botol ukuran satu setengah liter. Mahal! Tapi tak ada pilihan. Karena itu adalah sumber kehidupan kami. Di tempat ini, berkuran glagi salah satu Badakers, Mba Valy, karena ada keperluan di Jakarta. Perjalanan dilanjutkan dengan alat transportasi darat, mobil bak. Tapi itu tidak diperoleh secara gratis. Kami harus membayar dua puluh ribu dolar caldera. Tapi kami beruntung memiliki ibu-ibu yang pandai menawar, terutama Femmy. Perjuangannya untuk mendapatkan harga miring sungguh fantastis. Ketika kelompok lain tetap membayar dua puluh ribu, kami 'hanya' membayar lima belas ribu. Akhirnya kami pun menggunakan transportasi darat menuju titik awal pencarian jejak.

Pada pencarian titik A, Donny dan Febri bertugas sebagai explorer yang mencari target -kertas kotak kecil berwarna ungu yang menempel di sebuah pohon-. Setelah ditemukan, semua tim pun menyusul ke titik A. Pada pencarian titik B, terjadi kesalah pahaman. Donny melihat sebuah kertas di pohon. Semua tim pun beranjak dari titik A menuju titik B. Namun ternyata kertas yang dilihat Donny milik kelompok lain. Akhirnya gue dan Donny kembali mencari titik A untuk memulai lagi pencarian titik B. Sementara itu, yang lain masih mencoba mencari-cari di sekitar ditemukannya 'salah kertas' tadi. Dalam pencarian titik B ini, gue sempat jatuh terjerembab karena kaki gue masuk lubang yang tidak kelihatan di tanah miring. Untung lah tanah miring itu tidak terlalu tinggi sehingga tangan yang mencoba menahan dada ketika terjatuh tidak terlalu sakit. Tapi tetap saja sakit itu cukup menggangu perjalanan.

Mulai pencarian titik C, kemampuan Esti menggunakan ajian mata elang sangat membantu pencarian kertas ungu itu. Dalam jarak yang cukup jauh -mungkin lebih dari lima puluh meter, atau bahkan seratus meter lebih-, dia dapat melihat target. Luar biasa! Makan apa sih ini anak. Matanya kok bisa tajam banget. Puncaknya adalah menjelang akhir. Sebelum kompas mendekat ke mata gue, dia sudah teriak, "Woi... ketemu!!!" Gila ini anak. Gue belum 'nembak', dia sudah nemuin duluan. Wah... pokoke T-O-P-B-G-T deh si Esti.

Di bawah titik terakhir, ada kolam yang airnya sungguh menyegarkan. Kami beristirahat di kolam tersebut. Gue membasahi tangan, kaki, muka, dan kepala. Swueger!!! Ternyata pencarian jejak ini bukan game terakhir. Setelah menyegarkan diri, kami bermain spider web. Itu lagi-itu lagi. Sudah lebih dari tiga kali gue mengikuti game seperti ini. Sebenernya bosen juga sih. Tapi kalo berhasil melewati tantangan ini, kami diiming-imingi uang sebesar tujuh puluh lima ribu. Lumayan buat tabungan, hehehe.

Hari itu hari jumat. Masih ada setengah jam untuk menuju perkampungan terdekat yang ada masjidnya. Setengah jam kami berjalan, ternyata yang kami temukan bukan masjid, tapi sebuah madrasah. Dan untuk menuju masjid, kami masih harus berjalan setengah sampai satu jam. Kalaupun berangkat, mungkin solat jumat sudah selesai. Akhirnya, kami para lelaki muslim solat duhur dan asar bersama di madrasah itu sementara yang lain menyiapkan makan siang, nasi dan mie -lagi?-.

Perjalanan berikutnya, kami menggunakan transportasi darat kembali. dan seperti biasa, sang penawar dari tim Badak, Femmy, berhasil membayar lima belas ribu dari harga yang sudah dipatok, dua puluh ribu. Kami berangkat menuju 'pelabuhan', transportasi terakhir menuju base camp. Dan di sini, sang penawar juga berhasil menego harga lagi. Sebenernya, kalau air sungainya berlimpah, perjalanan ini dapat disebut sebagai rafting. Tapi sayang, sungai sedang kering. Kami lebih banyak mendayung daripada bertualang menaklukan jeram. Instruktur berkali-kali turun dari perahu karena perahu nyangkut di antara bebatuan.

Ternyata perahu bukanlah transportasi terakhir. Dari 'pelabuhan' kami masih harus menggunakan transportasi darat lagi menuju base camp yang sebenarnya. Kami merupakan tim pertama yang berangkat menuju base camp kembali. Kami turun di tengah jalan dan kemudian meneruskan perjalanan melewati jembatan gantung yang bergoyang-goyang. Ketika sampai di base camp, ternyata ada kelompok lain yang sudah sampai di base camp. How Come? Kami berangkat duluan dari pelabuhan. Ternyata mereka diantar sampai depan base camp. Sementara kami diturunkan di pinggir jalan dan harus melewati jembatan gantung. Damn! Inikah penghargaan terhadap tim yang seharusnya sampai base camp duluan?

Lelah! Seru! Itulah rasanya. Untunglah malamnya tidak ada acara lagi. Hanya makan malam, kambing guling, kue putu, kelapa muda, dan jagung bakar -yang gagal keluar karena orangnya sudah pada tidur-. Biasanya gue kalo makan dikit. Tapi malam itu, adalah malam pembalasan. Gue beberapa kali bolak balik menuju meja hidangan mencoba semua menu yang disediakan. Ah... kenyang sekali!!!

Bersambung...

Thursday, August 09, 2007

Usang

Lembaran itu telah usang
menyisakan kisah indah
dan terselip goresan duka

Tidak...
bukan terselip
tapi menghantui

Entah mengapa begitu sulit
melipat lembaran usang itu

Perlahan mengusik
ketika membuka lembaran baru

Atau...
kubakar saja lembaran itu

Tapi...
terlalu indah untuk dibakar
meskipun harus dibayar dengan luka

Tuesday, August 07, 2007

Oleh-oleh dari Citarik [1]

Out bound = out of boundaries

Itulah asal kata outbound. Keluar dari lingkungan kebiasaan. Sebenernya outbound bisa dilakukan dimana saja. Tapi untuk sebagian orang sepertinya outbound sudah terlalu identik dengan bertualang ke alam bebas semacam pantai, gunung, bukit, ataupun alam bebas lainnya. Kemarin, selama tiga hari, dari Kamis sampai Sabtu, gue mengikuti acara outbound yang diadakan kantor. Acara ini merupakan salah satu sarana untuk team building sebelum menjalankan sebuah project.

Kamis pagi, rombongan berangkat menuju Citarik. Siangnya, rombongan sampai di tujuan. Acara pertama adalah makan siang (pasti dong). Setelah makan siang, kami dibagi menjadi tiga kelompok, Badak, Cheetah, dan Elang. Tiap kelompok diberikan uang sebesar lima ratus ribu dolar caldera. Uang itu digunakan untuk membelanjakan perlengkapan selama menginap di hutan. Perlengkapan yang dijual beraneka ragam dari mulai tenda, sleeping bag, sampai urusan logistic seperti mie instan, telor, beras, dan sebagainya. Perlengkapan yang dibeli para Badakers dapat dilihat di sini.


Ayo belanja...

Sore harinya, petualanganpun dimulai. Semua HP dan dompet diminta dikumpulkan oleh fasilitator. Sepertinya perjalanan kali ini akan menjadi perjalanan pertama gue tanpa alat komunikasi yang bernama HP itu. Ditambah lagi, gue akan menginap di hutan. Benar-benar jauh dari peradaban. Kami menelusuri jalan setapak yang berkelok-kelok dan menanjak menuju hutan tempat kami menginap. Hutan Balata. Itu nama hutannya. Perjalanan menuju hutan tersebut cukup memakan waktu. Kami tiba di sana setelah satu jam berjalan. Tentu saja bukan seperti satu jam jalan-jalan di mall, tapi satu jam yang dipenuhi dengan pendakian.


Mejeng dulu sebelum berangkat ke hutan

Sesampai di Balata, kami mendirikan tenda. Jarak antar kelompok mungkin sekitar seratus meter. Kelompok gue mendapat view paling bagus (menurut gue). Soalnya gue dapetnya di sebelah jurang, jadi pemandangannya seru abis. Apalagi suara monyetnya rame banget (monyet
beneran lho). Tidak ada acara besar di malam harinya. Setelah mendirikan tenda dan memasak mie instant + kornet dengan bumbu rahasia ala Kelompok Badak (katanya kembali ke alam, tapi makanannya kok ya instant semua ya, hehehe...), fasilitator hanya mengumpulkan kami untuk mereview perjalanan sore tadi menuju gunung dan mengambil insightnya.


Senja di Balata

Malam itu, Ketua Badak, Pak Setia, pulang ke Jakarta. Beliau meninggalkan anak-anaknya, gue, Febri, Donny, Sulkhan, Esti, Mba Valy, Femmy dan menunjuk Febri menggantikan posisinya. Acara malam hanya diisi obrolan malam para Badakers. Kehangatan dalam kebersamaan itu mengusir hawa dingin yang memang belum terlalu dingin itu (ceile... bahasanya...). Ketujuh Badakers itu tidur di tiga tempat. Para cewe tidur di tenda cewe. Sulkhan tidur dengan sleeping bag dengan alasan suka berlatih kungfu kalo lagi tiduran. Sementara sisanya tidur di tenda cowo. Eh, tunggu dulu deh. Emang tenda cewe sama tenda cowo itu beda ya? Pasti beda. Soalnya tenda cewe itu ditempatin cewe, tapi tenda cowo ditempatin cowo. Iya kan? Nggak penting banget sih :p

Bersambung...

Nulis cerita outbound

Pengen nulis cerita outbound kemarin, abisnya seru banget sih.
Tapi males...
Tunggu ya, sampe batas waktu yang tidak ditentukan

Golput

Besok gue ikutan liburnya aja ah... tapi nggak ikut nyoblos buat pilkada DKI. Mau tahu alasan gue kenapa mau liburnya aja dan memutuskan nggak ikut nyoblos? Itu karena gue warga Depok yang kerja di Jakarta coy, bukan warga DKI. Makanya gue nggak ikutan nyoblos, hahaha...

Wednesday, August 01, 2007

Early Weekend

Yuhuu!!! Hari ini merupakan weekend buat gue. Soalnya besok nggak kerja. Besok sampe sabtu "jalan-jalan" ke citarik setelah dua setengah minggu training SAP-HR. Tapi Senennya ujian euy...

Work Hard!
Play Hard!
Sleep Hard!

Ganbatte!!!

Menghajar Fantasi

Entah kenapa hari ini hasrat untuk menghajar fantasi begitu dahsyat. Mungkin karena fantasi-fantasi itu begitu telaten menggodaku. Fantasi-fantasi itu terus menantangku untuk melakukan sesuatu yang dia tahu aku tidak mampu. Lambat laun, tantangan-tantangan itu mengikis habis benteng kesabaranku hingga kuingin menghajar fantasi-fantasi itu. Ya! Menghajar fantasi! Tapi aku tak tahu bagaimana melakukannnya.