Monday, December 18, 2006

Tour de Depok

Hari minggu kemarin, gw punya acara Tour de Depok. Acara ini adalah acara berkeliling Depok dan sekitarnya.

Acara dimulai pukul 8 dari kosan. Tujuan pertama ada gang Material, tempat gw ngekos selama sekitar 3 tahun lebih. Di sana gue hanya bertemu dengan dua orang penghuni Material 21, Obing dan Anggi. Di kos Anggi gue sudah melihat undangan yang mau dia sebar. Tidak lama lagi dia memang akan menikah. Acaranya di Malang dan di Tegal. Setelah mengunjungi Material 21, gue berniat untuk mengunjungi sepupu gue yang di Jatijajar, Depok. Tapi berhubung sepupu lagi nggak balik (dia kerja di Kalimantan), yang ada hanya istrinya. Gue hanya menelpon saja. Niat untuk bersilaturahim pun gue tunda. Mungkin natal atau tahun baru, dia ada di rumah. Tapi masalahnya, natal gue di Tegal (rencananya) dan taun baru gue di kantor (hiks...).

Selain gagal berkunjung ke Jatijajar, tempat yang kecil kemungkinan didatangi adalah kosan Lay. tapi di alagi di Lampung dan Abiep juga lagi di rumah. Paling-paling ada Nura dan Manto. Itupun kalo Nura nggak keluar dan Manto di situ. Kalo nggak? Praktis kosan tersebut sepi total. Akhirnya rumah berikutnya yang menjadi target Tour de Depok adalah rumah teman di Pd Labu. Tapi tidak ada balasan sms yang gue kirim sebagai 'ajuan' terlebih dahulu. Akhirnya, gue pun memutuskan rencana sore hari diajukan menjadi siang hari. Sepulang dari Material, gue langsung cabut ke Blok M buat nonton Eragon dan De Javu.

Ada kejadian yang cukup mengagetkan waktu solat asar di Blok M Mall. Sepatu gue tau-tau raib dari depan mushola. Gue langsung panik. Panik karena kehilangan dan panik karena gue nggak tau harus pake apa buat kembali ke bioskop dan pulangnya nanti. Akhirnya gue tanya dulu ke penjaga di situ. Ternyata penjaga itu telah 'mengamankan' sepatu gue. Hmm... selamet... ternyata... Lain kali bilang-bilang ya bang kalo mau mengamankan barang orang. Gue kan jadi panik.

Dua film sudah gue tonton. Jam 12.45 dan 16.00. Sebenernya gue masih pengen lanjut buat meneruskan Tour de Depok (kalo dah gitu sih namanya dah ganti jadi Tour de Twenty One ya :p). Tapi berhubung nggak ada film lagi yang pengen gue tonton, akhirnya gue mengakhir tour setelah solat maghrib dulu. Tour pun diakhiri dengan rintik hujan di tengah perjalanan pulang. Untunglah rintiknya masih bisa ditolerir. Jadi pakaiannya nggak basah-basah amat begitu sampe kosan.

Friday, December 15, 2006

MRP

Gara-gara harus nyediain data buat MRP, aktifitas gue jadi sibuk bukan main. Tapi hari ini, giliran gue yang bersante ria, hahaha...

Hari ini adalah hari H dimana tombol untuk MRP ditekan. Dan ini pertama kalinya gue terlibat dalam proses MRP dari awal sampe akhir. Yah... sebenernya sih sekaligus persiapan go live aplikasi baru. Pekerjaan gue sekarang tinggal menunggu dan menunggu. Tapi... bete juga sih kalo sabtu tetep masuk. Cuma nungguin data yang kurang :(

Tapi nggak apa-apa lah. Mulai minggu depan, mudah-mudahan aktifitasnya nggak seribet persiapan MRP ini. Karena (katanya) tinggal migrasi semua data. Ternyata ada untungnya juga gue ikutan proyek ini karena jadi tau proses dari awal sampe akhir proses penyediaan part sampe jadi motor. Paling nggak, sekarang gue sudah mengenal dunia manufaktur. Udah satu tahun kerja lho, tapi baru tau sekarang :D

Selepas proyek ini, (sepertinya) gue bakalan dilempar ke HR. Lumayan lagi, nambah ilmu. Berarti tinggal (?) area finance dan sales & distribution yang belum. Kalo udah semua, berarti siap-siap dilempar donk dari IT, hahaha... Becanda ding. Tapi kalo emang dilempar sekarang juga nggak apa-apa. Pengen ngerasain "murtad".

Sunday, December 10, 2006

Jenuh

Setiap orang pasti pernah merasa jenuh. Dan setiap orang pasti memiliki cara yang berbeda untuk mengusir rasa itu. Begitu juga dengan saya.

Akhir-akhir ini, dengan semakin padatnya jadwal pekerjaan, rasa jenuh juga semakin mudah muncul. Ada banyak cara yang saya lakukan untuk mengusir rasa jenuh itu. Tapi saya bukanlah seorang yang harus memiliki tempat khusus untuk melepas kejenuhan. Di manapun, alhamdulilah saya bisa mengusir rasa jenuh. Kalo sudah bosan dengan pekerjaan di kantor, saya bisa bermain pes4 (bola). Kalo sudah bosan juga atau masih banyak orang, biasanya saya menghabiskan waktu dengan browsing atau menulis blog. Seperti sekarang ini.

Bila waktu kerja telah usai, semakin banyak pilihan untuk menyegarkan diri sebelum menginjakkan kaki di rumah. Bioskop, mall, food court, bisa menjadi salah satu alternatif. Toko buku? Sepertinya ini tidak akan mengembalikan kesegaran, tapi justru menguras energi kehidupan.

Ada dua hal yang membuat saya memutuskan untuk ke bioskop. Pertama, ada teman yang mau diajak atau mengajak, apalagi mentraktir, hehehe. Kalau begini, biasanya saya tidak mempedulikan film yang mau saya tonton. Pokoknya nonton bareng. Yang kedua adalah ada film yang memang ingin saya tonton. Kalau yang ini, saya tidak mempedulikan ada teman atau tidak yang mau diajak atau mengajak. Pokoknya saya bisa menonton film tersebut.

Cara lain untuk menghapus kepenatan adalah dengan jalan-jalan ke mall. Tapi saya tidak pernah ke mall tanpa tujuan. Kalau ke mall, saya pasti sudah punya tujuan. Entah mau bertemu dengan teman, ataupun membeli sesuatu. Paling tidak, saya bisa ke food courtnya. Satu hal yang merepotkan adalah jika alasan saya membeli sesuatu ataupun keperluan sehari-hari. Jika otak sudah butek dan akut, akal sehat bisa mengabur. Pertimbangan tidak lagi berdasarkan kebutuhan, tapi merambah ke keinginan. Ini yang gawat. Kalau keinginan sudah muai mendominasi, begitu lihat 'barang bagus', daftar belanja pun bisa membengkak otomatis dan akibatnya over budget. Dulu pernah, hari minggu masuk untuk cek transfer data. Sepulang dari kantor, saya mampir ke carefour karena memang ada kebutuhan kipas angin baru. Kipas angin di kamar (build in bareng kos) sudah layak ganti. Ketika melihat-lihat kipas, saya juga melihat rak buku dan rak TV 'bagus'. Akibatnya keinginan yang masih terpendam, muncul begitu saja. Dan budget pun membengkak. Untunglah, meskipun keinginan mendominasi, tapi masih ada pertimbangan fungsionalitas sehingga tidak sia-sia.

Lain lagi kalo sudah sampai di rumah. Untuk sekedar mengusir kebetean, saya bisa melakukan banyak cara. Tergantung mood juga sih. Kalau mood-nya lagi bener (sayangnya ini jarang terjadi :D), biasanya saya membaca buku-buku spiritual ataupun melanjutkan tafsir Fi Zilalil Quran (beli Desember tahun kemarin tapi setengah pun belum habis sampai sekarang :D). Tapi kalau lagi kacau (ini yang sering terjadi), saya akan mendengarkan radio, mendengarkan lagu dari CD, ataupun nonton DVD. Tentu saja dengan suara di atas batas maksimum etika bertetangga, hehehe... Ya, sepertinya kalo sudah jenuh dan berada di rumah, saya suka sekali sejenak melepas topeng-topeng kerisihan, ketegaan, dan mengenakan topeng-topeng kecuekan dan keegoisan yang sebenarnya tabu bagi saya sejak dulu. Tapi tidak untuk sekarang. Kebetulan empat kamar di kos, dua masih kosong dan yang satu jarang di kos. Sementara keluarga Ibu Kos yang berada di bawah juga cukup jauh untuk merasakan kegaduhan kamar saya. Untunglah, sampai sekarang belum ada komplain dari orang lain, hehehe... Atau... mungkin saya yang tidak tahu diri, hahaha... Ah, biarkan saja.

Tapi... selama masih ada di Jakarta, apalagi masih dekat dengan kantor, nuansa kejenuhan itu sepertinya tidak bisa hilang sama sekali. Berbeda bila saya keluar kota. Selama ini, kota yang telah menjadi pelarian adalah kota halaman, alias kampung halaman, Tegal. Mudik sehari pun saya jalanin. Demi mendapatkan kesegaran. Bertemu orang tua, keluarga, teman-teman. Apalagi ketika bareng teman-teman makan kupat blengong dengan pemandangan alam yang menyejukkan. Di sekitar sawah, di sore hari, sambil mengantarkan kepulangan sang mentari. Hangatnya mentari sorepun seakan merontokkan beban-beban yang ada. Yah... meskipun keesokan harinya harus berjibaku lagi dengan job-job yang sudah menunggu.

Ah... sepertinya sore ini bisa ke Djakarta Theater. Jangan tanya film apa yang mau saya tonton. Tapi tanyalah jam berapa saya mau nonton. Itu pasti bisa saya jawab setelah keluar dari ruangan tempat menulis ini.

Thursday, December 07, 2006

Dunia Tanpa Koma

Dunia terasa semakin cepat

Mendekati Go Live, aktifitas di kantor jadi semakin padat. Beberapa bulan, sabtu tidak pernah berhenti memanggil. Dan dalam waktu dekat ini, minggu serasa tak mau mengalah. Seolah tak ada waktu untuk melambat, apalagi berhenti.

Di akhir weekend, saat orang-orang melepas lelah, di sini masih harus berjibaku dengan deadline yang semakin ketat. Cuti-cuti akhir tahun pun dirampok oleh perusahaan. Saat-saat yang seharusnya menjadi moment indah untuk bertualang, menjadi saat-saat menegangkan karena harus menunggu mesin yang terus berjalan tak kenal lelah.

Hmm... Dunia berjalan begitu cepatnya, tanpa koma, apalagi titik untuk berhenti...

Kehormatan

Alkisah di sebuah negeri antah berantah ada seorang anggota dewan kehormatan yang lagi panik bin bingung. Sebut saja dia AB. Skandalnya dengan seorang artis terungkap di media massa. Kebetulan, waktu itu, seorang temannya, sebut saja CD yang berasal dari Swiss sedang mengunjungi negerinya. Ketika mau kembali ke Swiss, CD mengajak AB untuk mengunjungi Swiss. Untuk menghindari serbuan media massa yang membabi buta, akhirnya AB menerima tawaran CD untuk berlibur ke Swiss.

Di Swiss, AB diajak CD berjalan-jalan melihat perkembangan Swiss. Hingga sampailah kedua orang itu di sebuah pantai. Di pantai tersebut terjadi percakapan di antara mereka.

CD : "Kamu tau nggak? Di sini akan dibangun sebuah pangkalan militer angkatan laut terbesar di Eropa. Pokoknya besar dan canggih deh."
AB : "Hah? Tapi saya bingung, bukannya negara kamu nggak punya angkatan bersenjata. Terus buat apa kamu membangun pangkalan militer?"
CD : "Lho, memangnya kalo mau membangun pangkalan militer harus punya angkatan bersenjata ya? Buktinya, di negara kamu, ada dewan kehormatan. Tapi memangnya kamu punya kehormatan?"







~sumber:IRadio

Tuesday, December 05, 2006

Memalukan

Sekarang sama sekali nggak ada hubungannya dengan Jiffest.

Semalam gue nungguin user yang lagi upload data. Gue balik bareng dia jam 8 lewat (hampir setengah jam lewatnya). Gue berpisah jalan setelah melalui pabrik (biasanya pake lift langsung ke bawah). Gue langsung menuju parkiran. Gue nyalain si BR (Black Red) dan si BR pun menderu-deru di tempat parkir. Tapi ada yang aneh. Suara si BR lain dari biasanya. Sepertinya agak letoy, nggak bersemangat. Setelah cukup panas, gue langsung turun dan kelaur parkiran. Di pintu keluar, ada truk yang lagi mau parkir di depan gue. Jadi gue berhenti. Waktu berhenti, suara si BR seperti sedang sakit, melemah, dan akhirnya mati. Gw coba nyalain lagi, tapi suaranya semakin lemah. Tidak ada tenaga untuk hidup. Oh my God! Bukankah kalo indikator bahan bakar sudah berkedip itu artinya masih ada cadangan sekitar 1 liter lagi. Tapi kenapa si BR jadi nggak bertenaga.

Setelah gue inget-inget lagi, ternyata si BR sudah mulai berkedip sejak hari minggu waktu gue lagi di perjalanan dari depok ke kos. Udah gitu lewatnya muter melalui Fatmawati - Sudirman - Thamrin. Hmm... pantes deh. Tadi pagi gue pikir tenaga si BR masih cukup kuat untuk pulang dan mampir ke POM Bensin yang jaraknya hanya sekitar 200 meter dari kantor. Ternyata, dia sudah terlalu lemah. Dan akibatnya sekarang gue yang kerepotan.

Gue nggak tau harus ngapain lagi. Akhirnya gw iseng coba buka penuh choke-nya. Gue nggak tau apakah itu berpengaruh atau tidak. Ternyata hasilnya memuaskan. Setelah gw nyalain, si BR mulai menderu-deru lagi. Tapi ketika gue masuk ke gigi satu, si BR langsung mati. Akhirnya gw coba langsung masuk gigi satu dan baru gue nyalain si BR. Maksudnya biar begitu nyala langsung bisa ngacir. Tapi ternyata sama saja, si BR tetap tidak mau ngacir.

Akhirnya gue tuntun si BR ke parkiran depan, biar gue bisa beli bensin dulu. Sewaktu menuntun si BR, seorang satpam bertanya
"Kenapa mas, motornya?"

"Abis bensin Pak."

"Abis bensin, masa orang AHM keabisan bensin sih?" katanya sambil bercanda. Dan gue pun ikut tertawa.
Memalukan. Orang yang bekerja di perusahaan yang membuat motor keabisan bensin. Untung nggak di tengah jalan, hehehe... Tapi namanya lupa kan bisa kena ke siapa saja. Termasuk lupa ngisi bensin :D

Gue nitip motor di parkiran depan dan langsung ke POM Bensin naik ojek. Pengennya jalan, tapi... cape dyeh... Ternyata di tengah perjalanan ada yang jualan bensin yang sudah di taro di botol AQUA. Akhirnya gue beli itu aja karena kalo beli di POM Bensin juga nggak tau pake apaan nampung bensinnya. tapi sebenernya itu beresiko juga. Nggak ada jaminan kalo bensin itu murni. Tapi nggak apa-apa lah, darurat.

Sampai parkiran kantor, gue isi si BR. Begitu gue nyalain, dia sudah kembali sehat dan siap untuk ngacir... Alhamdulillah... ternyata masalahnya memang karena bensin. Soalnya kalo masalah mesin, gue masih buta banget.

Hua... nggak lagi-lagi deh nyuekin kedipan si BR, bisa repot ntar...
Memalukan. Tapi nggak sememalukan kasus AB dan CD kan?

Monday, December 04, 2006

Tiketnya...

Sore ini rencananya mau ke Djakarta Theater buat beli tiket Jiffest. Tapi ternyata sampai detik ini saya masih menulis blog ini. Padahal 12 menit lagi tempat pendaftaran akan tutup (pukul 20.00). Sedangkan buat perjalanan ke sana saja bisa memakan waktu 30 sampai 60 menit. Belum lagi untuk turun ke bawah, absen pulang alias ngeprik, dan ke tempat parkir bisa mencapai 15 menitan. Yeah... sepertinya saya harus melupakan tiket Jiffest. Kalau mau melihat filmnya, sepertinya lebih baik datang langsung dan membeli tiket harian saja. Jadi tidak perlu bertarung dengan jadwal kantor. Teman kantor saya yang satu project juga mengatakan hal sama. "Kalau mau nonton Jiffest, nggak perlu pesen tiket. Lebih aman." katanya.

OK Bro... ntar kita nonton bareng ya...
Kalaupun bisanya nonton yang 21.30, hayo aja...
Tarik mang...

Masih tentang Jiffest

Akhirnya hari Minggu kemarin saya sempat juga ke Djakarta Theater. Setelah melalang buana di sekitar Depok dari pagi hingga sore, sekitar pukul 4 sore saya pulang ke kos melalui Fatmawati - Sudirman - Thamrin biar bisa sekalian mampir ke Djakarta Theater. Di sana, saya kebingungan untuk mencari tempat yang menyediakan booklet Jiffest. Dalam kebingungan itu, seorang lelaki mendatangi saya dan menawarkan buku.

"Sudah dapat buku ini Mas?" tawarnya sambil menyodorkan sebuah booklet Jiffet

"Oh, kebetulan sekali Mas. Saya sedang mencari booklet ini. Mau dong Mas." Jawabku. Dan diapun memberikan satu booklet Jiffest kepada saya.
"Emm... mas, bisa minta lebih dari satu nggak? Buat teman saya." Pinta saya lagi. Ya, teman saya di kantor ada yang tertarik juga dengan film-film Jiffest. Jadi sekalian saja saya minta lebih.

"Oh, bisa Mas, mau berapa?"

"Dua atau tiga kalau ada"

"Mau lima juga ada kok. Mau Mas?"

"Boleh deh." Dan kemudian lelaki itu memberikan lima booklet kepada saya.
"Terima kasih Mas." Setelah mendapatkan buku-buku itu, saya memasukkannya ke dalam tas dan langsung pulang.

Sampai kos, saya bingung, buku-buku ini buat siapa saja ya? Teman di kantor yang tertarik dengan Jiffest cuma dua, berarti masih ada sisa dua lagi. Hmm... ya sudahlah, siapa tahu ada yang tertarik lagi. Biar rame sekalian.

Malam harinya, saya melihat-lihat film apa saja yang mungkin saya lihat. Ternyata kebanyakan film-film yang diputar pada pukul 18.30. Kalau melihat jam kerja sih masih mungkin untuk melihatnya. Tapi kalau melihat realitasnya pulang jam berapa, saya jadi ragu. Rencana membeli tiket 10 sekaligus alias Gold Card pun batal. Yang tersisa hanya lima film saja (Silver Card). Untuk yang lain, kalau sempat saja langsung ke sana.

Dari tujuh tempat pemutaran, yang paling memungkinkan hanya dua yaitu TIM dan Djakarta Theater. Tapi berhubung sekarang TIM dan Djakarta Theater studio 3 hanya memutar film-film gratis, jadi tidak termasuk dalam daftar buruan tiket. Yang masuk hanya Djakarta Theater studio 1 dan 2. Dari dua theater ini, ternyata daftar film yang saya pesan ada di Studio 1 semua. Jadi gampang deh, hehehe...

Hmm... sekarang tinggal pesan tiketnya. Kalau nanti sore bisa pulang cepat, atau paling lama jam 6, saya bisa kembali ke Djakarta Theater untuk pesan tiket. Tapi... sebenarnya saya ragu bisa pesan sekarang. Karena waktu sepertinya tidak akan membiarkan saya keluar dari Ruang Prime sebelum pukul tujuh atau delapan. Yah... kapan lagi ya? Nggak tau lah.

Saturday, December 02, 2006

Jiffest oh Jiffest...

Sudah beberapa hari ini rencana untuk mencari booklet Jiffest gagal. Penyebabnya, apalagi kalo bukan pulang malam, jam 7an. Ada lagi sih, kelupaan, hehehe... Padahal beberapa hari ini juga sempat pulang jam 5an. Tapi lupa buat ke Djakarta Theater.

Sebenernya tidak ada yang spesial dengan Jiffest. Filmnya biasa saja (menurut gw). Tapi mungkin eventnya saja yang berbeda. Ini bukan nomat yang muncul seminggu sekali. Ini juga bukan seperti acara nonton DVD di rumah (eh, kosan). Tapi yang jelas, ini bisa menjadi sarana menghabiskan waktu di akhir minggu setelah kerja keras (?) dari Senin sampai Sabtu (Sabtu? ya, karena sudah beberapa bulan ini saya tidak pernah tidak menginjakkan kaki di kantor pada hari Sabtu, kecuali libur lebaran). Lumayan, apalagi bisa berkumpul kembali dengan teman-teman di acara Jiffest. Tahun kemarin, sewaktu menonton film-film jiffest, saya bertemu kembali dengan teman-teman yang sudah cukup lama tidak bersua, yaitu teman ampus dan teman kerja waktu di kampus.

Mungkin itulah salah satu (atau dua?) yang membuat saya begitu menantikan Jiffest. Menghabiskan akhir pekan dan nonton bersama teman-teman. O iya, satu lagi. Sepertinya saya merasa bosan kalau harus dituntut untuk selalu menonton film-film amrik sono. Sudah saatnya mendapat selingan film-film festifal. Apalagi film-film Indonesia. Kalau bukan kita, siapa lagi yang menghargai dan bangga terhadap film-film lokal. Ciee...

Eh, pokoke hari ini atau besok harus sudah dapat bookletnya nih. Biar bisa melihat jadwal film dan memesan tiketnya. Tapi, nanti balik jam berapa ya? Mudah-mudahan usernya balik cepat. Biar saya juga bisa pulang cepat.

Entah

Hari yang terlalu cerah
Untuk memulai hari yang menyebalkan

Entah sudah berapa lama
Berada di kantor di hari Sabtu

Entah sudah berapa banyak
Jumlah cuti yang terkumpul

Entah sudah berapa lama
Tidak bermain bola bersama

Entah sudah berapa banyak
Acara-acara yang tertinggal

Entahlah...