Friday, December 28, 2007

Akhir Tahun

Akhir tahun, seperti layaknya umumnya perusahaan, selalu ada libur / cuti bersama. Begitu juga dengan di sini. Kebetulan liburan ini juga dekat dengan liburan idul adha dan natal. Kemarin perusahaan meliburkan dari tanggal 20 sampai 25. Dan nanti, tanggal 29 sampai tanggal 2, perusahaan juga meliburkan.

Tapi... setelah mengatur jadwal persiapan go live project, ternyata 'jatah' libur untukku hanya tanggal 1. Itu pun bukan karena tanggal merah atau tahun baru, tapi karena servernya mati, hehehe... Entah apa yang harus kurasakan. Senang? Sedih? Hmm... keduanya juga boleh sih.

Sepertinya harus menyiapkan kembang api supaya kalau tanggal 31 masuk sampai malam, bisa ikutan menyalakan kembang api di atas gedung ketika tahun berganti, hehe....

Wednesday, December 26, 2007

Counting Down

Enam bulan dilalui sejak Juli 2005, setelah melalui masa penjajakan, akhirnya saya harus mengakhiri hubungan itu. Bukan berakhir total. Tapi berakhir justru dengan sebuah hubungan baru. Sejak saat itu, saya harus menjalani hidup dalam sebuah ikatan.

Tidak terasa, waktu terus berjalan. Hampir dua tahun sejak ikatan itu di deklarasikan, sudah saatnya ikatan itu diputuskan. Membuat saya merasa bebas, hidup tanpa ikatan lagi. Ah... ternyata ikatan itu sirna juga. Sungguh tak terasa. Tapi... setelah melihat masa lalu lagi, ternyata masih ada satu ikatan lagi yang masih membelenggu. Ikatan itu belum benar-benar lepas. Tapi setidaknya, perlahan, ikatan itu mulai lepas satu persatu.

Hidup Kebebasan!!!

Wednesday, December 05, 2007

Menyambut Idul Adha

Diambil dari sebuah milis. Mudah-mudahan bisa menjadi pelajaran untuk kita semua, terutama untuk saya sendiri.

===

Kuhentikan mobil tepat di ujung kandang tempat berjualan hewan Qurban. Saat pintu mobil kubuka, bau tak sedap memenuhi rongga hidungku, dengan spontan aku menutupnya dengan saputangan. Suasana di tempat itu sangat ramai, dari para penjual yang hanya bersarung hingga ibu-ibu berkerudung Majelis Taklim, tidak terkecuali anak-anak yang ikut menemani orang tuanya melihat hewan yang akan di-Qurban-kan pada Idul Adha nanti, sebuah pembelajaran yang cukup baik bagi anak-anak sejak dini tentang pengorbanan NabiAllah Ibrahim & Nabi Ismail.

Aku masuk dalam kerumunan orang-orang yang sedang bertransaksi memilih hewan yang akan di sembelih saat Qurban nanti. Mataku tertuju pada seekor kambing coklat bertanduk panjang, ukuran badannya besar melebihi kambing-kambing di sekitarnya.

" Berapa harga kambing yang itu pak?" ujarku menunjuk kambing coklat tersebut.

" Yang coklat itu yang terbesar pak. Kambing Mega Super dua juta rupiah tidak kurang" kata si pedagang berpromosi matanya berkeliling sambil tetap melayani calon pembeli lainnya.

" Tidak bisa turun pak?" kataku mencoba bernegosiasi.

" Tidak kurang tidak lebih, sekarang harga-harga serba mahal" si pedagang bertahan.

" Satu juta lima ratus ribu ya?" aku melakukan penawaran pertama

" Maaf pak, masih jauh. " ujarnya cuek.

Aku menimbang-nimbang, apakah akan terus melakukan penawaran terendah berharap si pedagang berubah pendirian dengan menurunkan harganya.

" Oke pak bagaimana kalau satu juta tujuh ratus lima puluh ribu?" kataku

" Masih belum nutup pak " ujarnya tetap cuek

" Yang sedang mahal kan harga minyak pak. Kenapa kambing ikut naik?" ujarku berdalih mencoba melakukan penawaran termurah.

" Yah bapak, meskipun kambing gak minum minyak. Tapi dia gak bisa datang ke sini sendiri.

Tetap saja harus di angkut mobil pak, dan mobil bahan bakarnya bukan rumput" kata si pedagang meledek.

Dalam hati aku berkata, alot juga pedagang satu ini. Tidak menawarkan harga selain yang sudah di kemukakannya di awal tadi. Pandangan aku alihkan ke kambing lainnya yang lebih kecil dari si coklat. Lumayan bila ada perbedaan harga lima ratus ribu. Kebetulan dari tempat penjual kambing ini, aku berencana ke toko ban mobil. Mengganti ban belakang yang sudah mulai terlihat halus tusirannya. Kelebihan tersebut bisa untuk menambah budget ban yang harganya kini selangit.

" Kalau yang belang hitam putih itu berapa bang?" kataku kemudian

" Nah yang itu Super biasa. Satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah" katanya

Belum sempat aku menawar, di sebelahku berdiri seorang kakek menanyakan harga kambing coklat Mega Super tadi. Meskipun pakaian "korpri" yang ia kenakan lusuh, tetapi wajahnya masih terlihat segar.

" Gagah banget kambing itu. Berapa harganya mas?" katanya kagum

" Dua juta tidak kurang tidak lebih kek. " kata si pedagang setengah malas menjawab setelah melihat penampilan si kakek.

" Weleh larang men regane (mahal benar harganya)?" kata si kakek dalam bahasa Purwokertoan " bisa di tawar-kan ya mas?" lanjutnya mencoba negosiasi juga.

" Cari kambing yang lain aja kek. " si pedagang terlihat semakin malas meladeni.

" Ora usah (tidak) mas. Aku arep sing apik lan gagah Qurban taun iki (Aku mau yang terbaik dan gagah untuk Qurban tahun ini)

Duit-e (uangnya) cukup kanggo (untuk) mbayar koq mas. " katanya tetap bersemangat seraya mengeluarkan bungkusan dari saku celananya. Bungkusan dari kain perca yang juga sudah lusuh itu di bukanya, enam belas lembar uang seratus ribuan dan sembilan lembar uang lima puluh ribuan dikeluarkan dari dalamnya.

" Iki (ini) dua juta rupiah mas. Weduse (kambingnya) dianter ke rumah ya mas?" lanjutnya mantap tetapi tetap bersahaja.

Si pedagang kambing kaget, tidak terkecuali aku yang memperhatikannya sejak tadi. Dengan wajah masih ragu tidak percaya si pedagang menerima uang yang disodorkan si kakek, kemudian di hitungnya perlahan lembar demi lembar uang itu.

" Kek, ini ada lebih lima puluh ribu rupiah" si pedagang mengeluarkan selembar lima puluh ribuan

" Ora ono ongkos kirime tho...?" (Enggak ada ongkos kirimnya ya?) si kakek seakan tahu uang yang diberikannya berlebih

" Dua juta sudah termasuk ongkos kirim" si pedagangyangcukup jujur memberikan lima puluh ribu ke kakek " mau di antar ke mana mbah?" (tiba-tiba panggilan kakek berubah menjadi mbah)

"Alhamdulillah, lewih (lebih) lima puluh ribu iso di tabung neh (bisa ditabung lagi)" kata si kakek sambil menerimanya " tulung anterke ning deso cedak kono yo (tolong antar ke desa dekat itu ya), sak sampene ning mburine (sesampainya di belakang) Masjid Baiturrohman, takon ae umahe (tanya saja rumahnya) mbah Sutrimo pensiunan pegawe Pemda Pasir Mukti, InsyaAllah bocah-bocah podo ngerti (InsyaAllah anak-anak sudah tahu). "

Setelah selesai bertransaksi dan membayar apa yang telah di sepakatinya, si kakek berjalan ke arah sebuah sepeda tua yang disandarkan pada sebatang pohon pisang, tidak jauh dari X-Trail milikku. Perlahan di angkat dari sandaran, kemudian dengan sigap di kayuhnya tetap dengan semangat. Entah perasaan apa lagi yang dapat kurasakan saat itu, semuanya berbalik ke arah berlawanan dalam pandanganku. Kakek tua pensiunan pegawai Pemda yang hanya berkendara sepeda engkol, sanggup membeli hewan Qurban yang terbaik untuk dirinya. Aku tidak tahu persis berapa uang pensiunan PNS yang diterima setiap bulan oleh si kakek. Yang aku tahu, di sekitar masjid Baiturrohman tidak ada rumah yang berdiri dengan mewah, rata-rata penduduk sekitar desa Pasir Mukti hanya petani dan para pensiunan pegawai rendahan.

Yang pasti secara materi, sangatlah jauh di banding penghasilanku sebagai Manajer perusahaan swasta asing. Yang sanggup membeli rumah di kawasan cukup bergengsi Yang sanggup membeli kendaraan roda empat yang harga ban-nya saja cukup membeli seekor kambing Mega Super Yang sanggup mempunyai hobby berkendara moge (motor gede) dan memilikinya Yang sanggup mengkoleksi “raket” hanya untuk olah-raga seminggu sekali Yang sanggup juga membeli hewan Qurban dua ekor sapi sekaligus. Tapi apa yang aku pikirkan? Aku hanya hendak membeli hewan Qurban yang jauh di bawah kemampuanku yang harganya tidak lebih dari service rutin mobil X-Trail, kendaraanku di dunia fana.

Sementara untuk kendaraanku di akhirat kelak, aku berpikir seribu kali saat membelinya. Ya Allah, Engkau yang Maha Membolak-balikan hati manusia balikkan hati hambaMu yang tak pernah berSyukur ini ke arah orang yang pandai menSyukuri nikmatMu

Tuesday, December 04, 2007

Tour (yang gagal)

Setelah mendiskusikan lewat ym sama sang pencetus dan melempar isu ke milis, ternyata malah gue sendiri yang akhirnya nggak bisa ikutan, hihihi...

Alasan pertama sih tadinya karena cuaca yang mulai nggak asik lagi. Secara sudah beberapa hari ini hujan mulu dan sebagian jalan juga mulai banjir sejenak. Males aja kalo lagi asik-asik touring tau-tau hujan di jalan, kaya touring yang pertama dulu. Gak asik deh bro pokoknya. Kalo touringnya naik bis sih boleh aja. Tapi masa touring pake bis, nggak seru banget, hehehe... Sedangkan alasan kedua, ternyata pada tanggal yang sudah ditentukan, ada temen gue yang menikah. So, kayanya touringnya emang harus diundur.

Monday, December 03, 2007

Liburan

Umm... moodnya sudah mulai nggak asik nih. Sudah mulai kecium hawa liburan, hehe... Padahal masih lama. Dan kemarin pun, gue juga baru balik ke rumah.

Ada temen yang ngajakin jalan. Entah sekedar ke ragunan, taman safari, atau ke Bandung. Ada juga yang ngajakin tour ke Bandung. Tapi melihat kemarin-kemarin yang sudah mulai hujan, jadi agak mikir-mikir lagi. Secara touring pertama ke Bandung dari puncak sampai kota Bogor terus diguyur hujan. Mana pake nyasar lagi, hihi...

Tapi yang jelas, liburan lebaran haji nanti, kayanya giliran jalan-jalan sama orang tua. Salah satu sepupu di Wonosobo menikah. Dan gue pengen banget nganterin mereka jalan. Gue lupa kapan terakhir jalan-jalan sama beliau-beliau. Mungkin ketika masih kelas tiga SMU. Kami bertiga menghadiri acara 'nyewu' mbah di tanah kelahiran, Sumpyuh, sekalian maen ke rumah bude di daerah Gombong dan sekitarnya. Atau... kalo masih dalam lingkup dalam kota, terakhir gue jalan bareng beliau-beliau itu ketika gue wisuda (Feb 2005) dan ketika sepupu gue menikah (Nov 2005).

Tapi yang paling deket, mungkin sekedar 'jalan-jalan' seputar TIM, Djakarta Theater atau Blitz Megaplex. Tentu saja, buat nonton bareng film-film Jiffest. Tapi sampai sekarang kok belum ada yang resmi ngajakin nonton ya?

Jiffest 2007

Untuk kesekian kali, rencana nonton Jiffest kayanya bakalan mendapat hambatan lagi. Dan lagi, sesuatu yang menghambat itu datang dari kantor dengan judul yang sama seperti tahun lalu, 'masa-masa menjelang go live'. Argh...

Sebenernya, dari Jiffest ini, yang paling penting buat gue bukan filmnya sih. Tapi kebersamaannya. Karena gue tidak pernah nonton Jiffest sendirian. Beda dengan nonton film-film yang biasa diputar di bioskop reguler. Selalu ada teman, entah teman yang biasa ketemu atau teman yang sudah cukup lama nggak ketemu. Jiffest mampu menyatukan kami kembali, nggak kaya film-film Amrik yang biasa diputar di bioskop reguler.

Kalo setiap sabtu ada Futsal atau 'bola rumput' yang mempertemukan gue sama teman-teman. Mungkin dalam skala tahunan, Jiffest memiliki peran yang sama. Sebagai ajang rame-rame, nonton bareng. So guys, pada mo nonton apa nih?

Monday, November 26, 2007

Server Baik Hati

Hmm... server di kantor 'baik banget' deh. Sabtu kemarin harusnya gue masuk. Ternyata servernya nggak bisa dipake seharian karena ada keperluan lain. Jadinya gue nggak perlu masuk dan bisa menghabiskan weekend dengan bebas, hehe... Tadinya mau maen bola rumput, tapi ternyata malah 'terjebak' di 21 cineplex dan nggak bisa keluar, hehe... Umm... Sabtu yang paling berkesan selama bekerja di sini... Dan sekarang, server mati lagi, jadinya malah ngisi blog ini,hihihi...

Sunday, November 25, 2007

Keindahan Malam

Malam ini begitu indah. Bintang kecil yang telah lama kutunggu perlahan menampakkan dirinya. Sinar lentiknya menghiasi langit-langit malam. Entah kekuatan apa yang membuatnya memberanikan diri untuk bersanding dalam hamparan angkasa. Atau, luluhkah dia dengan wajah-wajah kesepian yang berbalut lelah menantinya. Entahlah.

Langit terasa begitu cerah. Secerah sinar purnama yang menaungi bumi ini. Anginpun mendesahkan hembusan kelembutan dan kemesraan, seraya membelai jiwa-jiwa lemah yang ingin meronta. Mungkinkah yang kurasa saat ini? Entahlah.Yang kutahu, aku hanya ingin menikmati malam ini. Andai sang waktu bisa kuhentikan, biar kurasakan keindahan malam ini. Sekarang... dan selamanya... bersama bintang kecilku

===
Bisakah aku singgah di hatimu
Berharap sebentuk tempat yang tulus
Sesuatu yang kupercaya
Ada tersimpan di sana

Terlalu lama aku harus terdiam
Atau mungkin ku tak percaya sungguh
Akan kesempatan dan kemungkinan
Yang terjadi nanti

Karena kuyakin ada pintu terbuka
Di antara hatimu dan hatiku

Its been years since we ve met
And days had gone by
Now its time to make up my mind
And I hope that we can make it to the end

Bila firasat ini memang benar
memilikimu adalah maksud
dari sebuah rencana besar
merubah hidupku

Jika aku harus berhitung benar
akan kemungkinan yang bisa ada

Bila kubisa memilikimu bahagialah aku

Perkenankan aku singgah di hatimu
Berharap sebentuk tempat yang tulus
Sesuatu yang kupercaya ada tersimpan di sana


*Padi - Rencana Besar*

Monday, November 19, 2007

Korban vs Warga

"Pak Polisi, saya ini kan korban. Saya kan yang jadi korban pemukulan. Kenapa saya yang ditahan di dalam sel, bukan warga yang yang mukulin saya?"

"Kamu ini bego atau apa ya? Kalau seluruh warga itu yang dimasukkan, mana selnya cukup?"

(Huakakaka.... gue ketawa abis dengan adegan yang satu ini)

===
Dikutip dari salah satu adegan Get Married (maaf kalau kata-katanya nggak pas, tapi intinya sekitar itu lah)

Monday, November 12, 2007

Tour de Sawangan

Minggu kemarin adalah jadwalnya aku datang ke arisan keluarga (arisan sepupu satu embah). Rumah yang kali ini didatangi adalah rumah baru Mas Toni yang terletak di Sawangan. Acara ini sekalian dengan acara syukuran pindah rumah. Aku berangkat dari Pondok Pucung bareng sepupu-sepupuku, Daru dan Herdi dengan dua motor. Berangkat ke sana, rombongan nggak menemui hambatan, kecuali sedan rese yang nggak mau memberi jalan di jalan sempit. Ih, sebel banget ada sedan yang kebut-kebutan nggak jelas di daerah yang jalannya ancur. Mau nyelip dari kanan tapi jalannya banyak yang bolong, takut masuk ke lubang-lubang yang segede gaban itu. Akhirnya aku cuma bisa pasrah di belakang sedan sampai ketemu jalan besar sementara di depan sedan jalannya kosong melompong. Argh...

Pulangnya, rombongan dari Sawangan yang berangkat bersama ada enam motor. Yang di depan kayanya kepedean, maen belok-belok aja, ternyata malah nyasar, hihi... Akhirnya aku yang berada paling belakang langsung ke depan buat nyetop mereka dan menuntun kembali ke jalan yang benar (halah bahasanya, hehe...). Ternyata mereka sudah berhenti sebelum aku sampai karena mereka nggak yakin dengan jalan yang mereka tempuh. Dan pejalanan pun kembali normal.

Menjelang Ciputat, tiga motor di depan sejenak berhenti untuk mengecek rombongan di belakang. Satu motor sudah ketahuan mengambil jalur lain, sementara dua motor yang lain nggak kelihatan. Setelah sekitar dua puluh menit, kami akhirnya kembali melanjutkan perjalanan tanpa dua motor yang tertinggal. Sesampai di rumah, kami dikabari bahwa kedua motor yang 'tertinggal' itu ternyata juga mengambil jalur yang lain. Lah, kalau begitu ngapain pada ditungguin ya?

Monday, October 22, 2007

Mawar Berduri

Mawar yang kutunggu tak pernah tumbuh. Dia takut akan durinya. Duri yang bisa melukai orang yang menikmatinya. Tapi entah dia sadari atau tidak, ketiadaannya justru menimbulkan sepi yang menyayat hati.

Duhai mawarku, jangan pernah takut untuk bersemi. Wangi dan indahmu akan obati semua luka dari durimu. Seandainya air mata ini bisa membuatmu bangkit, akan kuteteskan air mata ini sebelum cahaya membangunkanmu, hingga kau berseri. Hiasilah taman ini dengan rona merahmu. Dan biarkan kunikmati indahnya membelai, mencium, dan mendekapmu...

===

malam ini kusendiri
tak ada yang menemani
seperti malam-malam
yang sudah-sudah

hati ini selalu sepi
tak ada yang menghiasi
seperti cinta ini
yang selalu pupus

tuhan kirimkanlah aku
kekasih yang baik hati
yang mencintai aku
apa adanya

mawar ini semakin layu
tak ada yang memiliki
seperti aku ini
semakin pupus

tuhan kirimkanlah aku
kekasih yang baik hati
yang mencintai aku
apa adanya

*The Rock - Munajat Cinta*

Wednesday, October 10, 2007

Mudik

Hore... akhirnya saat itu tiba juga. Nanti siang, dengan beberapa teman sekaligus, kami minta ijin untuk pulang cepat. Biar bisa berangkat sebelum orang lain berangkat. Secara hari ini hari terakhir kerja, pasti banyak orang yang mulai mudik malam nanti atau pagi besok. Makanya rombongan dari kantor pada berangkat sebelum orang pulang kerja. Mudah-mudahan nggak kena macet banget. Doakan kami...

====

Semoga Allah menerima amalan Romadhon kita semua.
Selamat hari raya Idul Fitri.
Mohon Maaf lahir dan bathin

Monday, October 08, 2007

Hawa Mudik

Hari ini rasanya sudah mulai males. Males kerja, males ngeblog, males sahur. Pikirannya udah packing aja, buat siap-siap mudik, hihi... Stok darurat mi instant juga masih dua dan sarden masih satu. Berarti sekalian diabisin biar nggak repot keluar kalo mau sahur. Satu mi dan sarden buat Senin, satu mi buat Selasa. Rabunya? Lihat nanti deh... Cari jalan tengah, win-win solution. Mungkin buka dan sahur dirapel jadi satu jam 12 malam, kekeke...

Umm... hal yang paling ngerepotin kalo mudik itu bawa titipan dari sodara. Bawaan gue sendiri sih mungkin nggak banyak-banyak amat. Tapi sodara-sodara di sini pada nitipin sesuatu buat orang tua di rumah. Jadi ya mo gimana lagi. Untung kali ini gue mudik nebeng temen naek mobil, jadi mungkin nggak gitu repot naro barangnya. Kalo naek kereta, repot bawa-bawa sama naro-naronya.

My sweet home... im coming...

Thursday, October 04, 2007

Buka Bersama (Lagi)

Dalam tiga hari ini, gue ada undangan untuk berbuka bersama, hari Rabu dan Jumat. Dan uniknya, dua acara itu sebenernya masih dalam komunitas yang sama. Apa nggak bosen ya, hehe... Tapi nggak apa-apa lah. Kan perbaikan gizi buat anak kos, hihi...

Kayanya gara-gara kebanyakan barbeque di acara buka bersama semalam, gue jadi pules banget tidurnya tadi malam. Biarpun sudah dibangunin (ditelpon) sekitar pukul tiga, tetep aja bangunnya jam empat seperempat. Soalnya waktu ditelpon gue pikir masih jam dua-an. Jadi masih santai-santai aja, hehe... Umm... nggak sahur untuk kedua kalinya nih...

Tuesday, October 02, 2007

Tantangan

Sekitar seminggu atau dua minggu sebelum lebaran, aku punya sebuah kebiasaan yang biasa aku lakukan ketika aku masih SMP-SMA. Kebiasaan itu adalah beres-beres rumah. Aku sering kebagian untuk nambal dan ngecet tembok. Bayangin aja bo! Masih seumur gitu sudah diberi kepercayaan untuk melakukan hal-hal yang luar biasa (menurutku pada saat itu). Padahal, hasilnya mungkin cukup jauh dari memuaskan, hehe... Tapi dengan bimbingan ibu dan proses pembelajaran -melihat tukang-tukang bangunan yang sedang bekerja-, kian hari hasil kerjaku makin membaik (meskipun masih tetap jauh dari memuaskan, hehe...)

Dulu mungkin aku termasuk seorang anak yang suka penasaran. Bahkan ketika melihat tembok-tembok sudah mulai agak rusak atau catnya mulai kusam, aku juga penasaran ingin membuat tembok itu menjadi mengkilap kembali. Hingga akhirnya, ibu memberiku sebuah tantangan untuk menumpaskan rasa penasaranku itu. Dan akupun senang sekali dengan tantangan baru itu.

Sebuah tantangan. Sadar atau tidak sadar, itulah yang sering ibu berikan padaku untuk menempa diriku. Ibu sering memberikan tantangan untuk mengobati rasa penasaranku yang pada awalnya hanya sebuah mimpi buatku. Salah satu tantangan yang paling seru adalah ketika di depanku ada sebuah persimpangan. Diam atau hijrah ke Jakarta. Meskipun pada saat itu, hijrah ke Jakarta hanya sebuah mimpi buatku, namun dengan doa dan dukungan keluarga, akhirnya aku mengambil tantangan untuk mencoba menaklukan rimba Jakarta. Dengan tantangan-tantangan itulah aku bisa lebih merasakan hidup menjadi lebih hidup.

Mungkin sudah saatnya sekarang aku membuat tantangan-tantangan sendiri. Tantangan yang sekarang mungkin hanya sebuah mimpi buatku. Menyelami lautan untuk mencari mutiaraku yang hilang dalam sebuah kerang. Atau membelah awan malam supaya bintang kecilku dapat kembali bersinar indah.

Monday, October 01, 2007

Insomnia

Tadi malam aku keasikan maen Football Manager. Nggak sadar, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 00.00. Akhirnya aku coba untuk memejamkan mata. Takut nggak bisa bangun sahur, sebelum tidur, aku menyempatkan diri mengirim sms permohonan untuk membangunkan sahur ke dua sobat langganan, hehehe...

Tapi... ternyata mata nggak mau terpejam. Pengen telpon seseorang, tapi nggak mungkin. Pasti sudah tidur. Akhirnya aku nyalain lagi tv, nonton film ataupun highlight sepakbola. Hmm... bosen nonton TV, aku kembali membuka salah satu memori yang tersimpan dalam sebuah file berekstensi .dat. Di akhir memori itu, terdapat sesosok yang tadi ingin aku telp, yang ingin aku lihat lagi wajahnya, yang selama ini masih bergelayutan dalam jaring-jaring benakku. Dan khayal pun kembali terbang, berharap dapat menjemputnya di alam mimpinya. Argh... aku kan kan belum tidur, gimana bisa terbang ke alam mimpi. Dan malam itupun menjadi dipenuhi sepi meskipun suara tv dan mp3 dari notebook menggema di ruangan itu. Dan sekali lagi, aku teraniaya sunyi oleh sebuah keramaian malam.

===

seandainya kau tau
betapa
ku sangat inginkan dirimu
seandainya kau tau
apa yang
ada di dalam isi hatiku


akankah bisa ku nyatakan
rasa cinta dalam hatiku
dan apakah bisa ku nyatakan
bahwa kaulah yang terindah
untukku…


masih disini menantimu
berharap kau akan memikirkanku
masih disini menunggumu
menanti jawaban atas cintaku


masih disini menantimu
berharap cinta kita kan bersatu
masih disini menunggumu
menanti dirimu kembali
untuk ku…


*Ungu-Disini Untukmu*

===

~ kok jadi kaya blognya ali sih? hahaha...

Friday, September 28, 2007

Kebakaran

Dalam dua hari berturut-turut, gue melihat kebakaran di sekitar kantor. Gue menyaksikan kebakaran itu dari gedung tempat gue bekerja.

Kemarin, setelah solat asar, dari jendela kaca terlihat asap hitam dari arah GS (pabrik baterei di belakang kantor). Orang-orang yang masih berada di masijd bergegas ke jendela dan melihat kebakaran di bagian atap salah satu gedung di GS. Salah satu cerobong asap yang ada berlubang dan mengeluarkan asap. Ya iyalah! Namanya juga cerobong asap. Yup, kebakaran itu memang terjadi di area salah satu cerobong asap. Entah karena apa. Tapi kemungkinan sih kecelakaan kerja atau kelalaian aja.

Pagi tadi, ketika mendengarkan Pagi-pagi di I Radio, ada salah satu berita kebakaran di daerah Pedongkelan. Kayanya gue pernah dengar daerah itu. Ternyata itu di dekat perempatan coca-cola. Gue dan teman-teman langsung keluar dan melihat asap hitam membumbung tinggi dari balik jendela kaca. Hmm... ternyata 'tetangga' kita sedang terkena musibah. Entah apa penyebabnya. Tapi... kalo diperhatikan lagi. Di daerah situ bakalan ada pelebaran jalan untuk proyek busway. Dan gosipnya, di situ juga bakalan ada penggusuran buat pelebaran jalan itu. Terus ada kabar juga kalo di situ bakalan dibuat mall. Wuah.... gosip abis!!! Hehehe... Tapi kalo melihat 'SOP' di negara ini, hmm... jadi berpikir-pikir nih... Apa ini bagian dari 'SOP' itu. Yah... berburuk sangka lagi deh. Be Positive dong! Fiuh... Wallahu alam.

Buka Bersama

Puasa kali ini, gue sudah buka bersama dua kali dan akan bertambah dua kali lagi. Pertama dengan sepupu-sepupu di bintaro Sabtu kemarin. Kedua di kantor semalam. Yang ketiga (ini baru calon) nanti malam buka bareng anak DOA di Semanggi. Dan jadwal terakhir, buka bersama angkatan di rumah Cepi di Bintaro hari Sabtu ini.

Yang belum apa ya? Kayanya buka bersama Material dan P3M belum ada jadwal nih. Orangnya pada kemana ya? Kan itung-itung menjaga silaturahim.

Thursday, September 27, 2007

Bangun Siang

Sudah dua hari ini gue bangun siang. Tapi untung hari ini masih sempat sahur. Kemarin bangun jam 4.22. Sekarang bangun 3.17. Ternyata kemarin Tv yang gue pikir nggak nyala, sebenernya nyala. Tapi karena nggak ada respon dari si empunya selama beberapa puluh menit, akhirnya TV ini mati sendiri. Gue aja baru tau kalo TV gue bisa gitu, hihihi...

Berbeda dengan hari sebelumnya yang nggak mendengar apapun (kecuali suara masjid pada jam 4.22 itu :D), hari ini gue masih bisa mendengar alarm HP dan TV yang nyala. Tapi mungkin karena badan lagi drop, jadi nggak bisa ngerespon alarm itu. Satu-satunya 'alarm' yang gue respon adalah sms dari temen. Hmm... untung dia ngirim sms sesuai janjinya di malam sebelumnya. Makasih ya... jadinya gue masih bisa menikmati sahur lagi.

Wednesday, September 26, 2007

Nganggur

Hari ini belum ada yang mau dikerjain. Target yang harus selesai hari ini, sudah kelar kemarin, hehe... Nganggur deh. Enaknya ngapain ya? :D

Kesiangan

Huh... hari ini adalah hari pertama gue bangun kesiangan. Gue bangun jam 4.22.

Banyak kondisi yang menyebabkan gue akhirnya bangun siang. Pertama, sudah beberapa hari ini memang gue lagi nggak fit banget. Pusing-batuk-pilek dalam stadium yang cukup berat sedang menyerang gue. Jadi hawanya juga nggak enak banget, pengennya istirahat mulu (baca:tidur). Kemudian TV yang biasanya jadi petugas yang bangunin gue sahur, tadi pagi nggak nyala, padahal semalam sudah gue set jam dua buat nyala sendiri dengan volume yang cukup berisik, hihihi... (kali TVnya kasian ngeliat tuannya yang lagi sakit, jadi nggak mau gangguin). Alarm HP juga tadi malam tidak berpengaruh. Temen-temen dan ibu yang biasanya mengirim sms buat bangunin sahur juga pagi tadi tumben nggak ada yang mengirim sms. Dan terakhir, semalam gue tidur dalam posisi kebalik. Biasanya posisi kepala gue di barat dan kaki di timur, tapi semalam posisi kepala gue di timur, kaki di barat (emang ngaruh ya?).

Monday, September 24, 2007

Buka Bersama dan Ban Bocor

Tadi malam gue abis buka bersama sepupu-sepupu. Sejak gue bekerja, hal ini emang sudah jadi tradisi tersendiri buat gue. Yah... itung-itung menjaga silaturahim dan 'memanjakan' sepupu-sepupu yang masih sekolah / kuliah.

Semalam ada kejadian yang cukup merepotkan ketika berbuka. Dalam perjalanan menuju Bintaro Plasa, motor yang dikendarai sepupu gue bannya bocor, entah kena apa. Dan dia ada di belakang gue, jadi gue nggak liat. Akhirnya mereka hanya mengendarai pelan-pelan menuju BP. Pantesan ditungguin di BP lama banget. Hmm... untungnya mereka kecil-kecil, coba kalo motor yang bocor itu yang gue pake, terus boncengan. Bisa jebol kali bannya, hehehe...

Akhirnya pulang dari BP, kami harus mencari bengkel tambal ban yang jauhnya kira-kira 500 meteran (atau lebih ya?) Nggak tau kuat apa nggak, kami nekat untuk tetap mengendarai motor bocor tersebut. Tentu saja dengan formasi yang berbeda. Formasi yang tadinya dua-dua, diganti menjadi tiga-satu. Untunglah bengkelnya masih buka, jadi kami masih selamat, tidak perlu mencari-cari bengkel lain. Ternyata yang bocor nggak cuma satu, tapi dua. Dan nggak ada paku atau apalah yang menempel di ban. Jadi inget kejadian dulu bareng Wiwit waktu mau maen ke rumah Gatot. Gue juga mengalami ban bocor menjelang BP, persis seperti kejadian semalam. Ban bocor menjelang BP. Hmm... ada apa dengan BP dan ban bocor? Ah... nggak baik berburuk sangka. Apalagi ini bulan puasa, bisa menurunkan nilai puasanya. Ya kan?

Thursday, September 20, 2007

Hunting

Saatnya hunting tiket lagi. Berdasarkan pengumuman dari 'orang dalam', libur di kantor itu mulai tanggal 11 Okt sampai 21 Okt. So, rencana gue balik ke Jakarta itu tanggal 20. Biar tanggal 21 nya masih sempet silaturahim ke rumah sodara-sodara / temen-temen di Jakarta. Dan pagi tadi, gue dah request ke kakak buat pesenin tiket kereta untuk tanggal 20 Okt.

Blog Aneh

Dari kemarin, gue nggak bisa ngakses blog gue sendiri. Kalo masuk ke menu sih bisa. Tapi giliran masuk ke blognya itu yang nggak bisa. Jadi ini tulisan ketiga yang belum sempet gue liat sendiri di blog gue, hihihi... Blog yang aneh. Bisa bikin tapi nggak bisa liat

Wednesday, September 19, 2007

Jilbab

Membaca tulisan Amir tentang jilbab (ini dan ini), aku jadi teringat salah satu obrolanku dengan seorang teman cewe (berjilbab) via telepon. Dalam obrolan itu, kami tiba pada salah satu tema, yaitu kriteria pilihan hidup.

...

”Mas, pasangan yang mas cari itu kriterianya seperti apa?”


”Muslim, pasti. Terus berjilab.”


”Jilbab? Emang kenapa mas?”


”Pengen aja, hehe...”


”Masa pengen aja? Pasti ada alasannya lah.”


”Ya... Menurutku sih, jilbab itu membuat cewe keliatan lebih feminim, lebih anggun. Dan jilbab itu nggak menghilangkan kecantikan kok.”


”Gitu doang? Masa gitu doang sih? Pasti ada alasan agama. Ya kan? Ngaku deh! Tapi mas, jilbab itu kan tidak menjamin kelakuan si pemakainya? Sebaliknya banyak orang baik yang tidak memakai jilbab. Ya kan? Jadi kenapa harus berjilbab?”


”Hmm... jadi serius nih. Sekarang gini deh. Gantian aku yang nanya. Kalau kamu cari pasangan, pasti yang muslim kan?”


”Iya.”


”Pake jilbab kan? Eh, pasti nggak lah, hehe... Seandainya ada orang muslim bener-bener tipe kamu deh, terus baiiikkkk banget sama kamu, kamu mau nggak?”


”Pasti mau lah.”


”Tapi kalo dia tidak pernah solat, atau paling nggak jarang solat deh, masih mau nggak?”


”Nggak.”


”Lho kenapa nggak? Dia itu tipe orang yang kamu banget lho. Terus baik banget sama kamu. Perhatian banget sama kamu. Masa nggak mau sih? Lagian, orang yang rajin solat juga belum tentu berkelakuan baik kan? Solat itu bukan jaminan kan? Lalu kenapa kamu masih ngotot pengen sama orang yang solat.”


”Ya nggak semudah itu dong mas. Gimanapun juga solat itu kan wajib. Dan solat itu kan bisa membuat seseorang jadi lebih baik kelakuannya.”


”Kalo gitu, kalo emang kita masih sering ’urakan’, itu justru cuma menodai solat itu sendiri. Jadi mendingan kita nggak usah solat dong. Tunggu sampai kita sudah merasa ’baik’, baru kita solat. Iya kan?”


”Ya nggak gitu dong mas. Solat itu kan bukan cuma untuk orang baik aja. Tapi untuk semua muslim. Dan kalau solat kita benar, itu akan memperbaiki kelakuan kita. Jadi, pokoknya aku maunya sama orang yang rajin solat. Kalaupun tidak pernah atau jarang solat, paling nggak, kalau aku memang suka sama dia, aku mau bujuk dulu sampai dia jadi lengkap solatnya. Gitu mas.”


”Hmm... jadi gitu...”


”Iya. Dan sekarang, giliran mas dong jawab pertanyaanku tadi, kenapa harus milih yang berjilbab.”


”Lho, kamu kan barusan jawab pertanyaanmu sendiri.”


”Maksudnya???”

...

Minuman Dingin

Sudah dua hari dalam beberapa hari ini gue tarawih di rumah. Penyebabnya adalah pusing yang hanya menyerang setelah berbuka. Yup, sesaat setelah berbuka, gue langsung merasa pusing. Dan setelah diinget-inget, gue merasa pusing setelah banyak minum air dingin.


Hari Sabtu kemarin, gue berbuka di rumah bude. Di sana disediakan berbagai minuman dingin. Nggak enak kalau ditolak (atau nggak enak kalau dibiarin, mubazir, hehe... secara anak kos gitu lho). Akibatnya, sesaat setelah berbuka tiba-tiba gue mulai merasa pusing. Beruntung pusingnya masih bisa ditahan, jadi masih sempet isya dan tarawih di rumah. Abis itu langsung tidur deh.


Dua hari kemudian, gue juga mengalami hal yang sama, bahkan lebih dahsyat. Berbuka di kosan, gue membatalkan puasa dengan es buah dari ibu kos. Setelah solat, gue makan dan minum es jeruk. Tidak lama kemudian, kepala tiba-tiba menjadi pusing. Lebih parah dari hari Sabtu yang lalu. Bahkan untuk memejamkan mata saja masih terasa pusingnya. Akhirnya gue langsung tidur dan baru solat isya jam satuan.


Hmm... baru kali ini gue dikalahkan oleh minuman dingin di saat buka puasa.

Tuesday, September 18, 2007

Mencari Tuhan

Bila mendengar kata mencari, yang muncul di pikiran adalah tentang dua hal yaitu menemukan kembali sesuatu yang hilang atau menemukan sesuatu yang belum pasti keberadaanya.
Mencari Tuhan! Itu adalah salah satu kalimat yang sering digunakan oleh para petualang spiritual. Tapi aku merasa kurang pas dengan istilah itu.


Mencari Tuhan? Memangnya tuhan pernah hilang? Tuhan itu maha besar. Dia yang menciptakan ruang dan waktu. Dia tidak mungkin terselip di antara ruang yang Dia ciptakan. Dia tidak mungkin tertinggal oleh waktu yang Dia ciptakan. Rasanya terlalu bodoh untuk mengatakan kalau Tuhan hilang.


Mencari Tuhan? Memangnya tuhan tidak ketahuan keberadaannya? Tuhan ada di mana-mana. Dia ada dalam bumi yang bertasbih. Dia ada dalam langit yang bertahmid. Dia ada dalam semesta yang bertakbir. Dia dekat dengan manusia, lebih dekat daripada aliran darahnya sendiri. Bahkan Dia juga punya ’rumah’ di tanah suci. Keberadaan tuhan terlalu jelas untuk dipertanyakan.


Lalu, untuk apa Dia dicari?

Monday, September 17, 2007

Kerang

Kerang itu masih kusimpan. Kata orang, mutiara yang indah itu terbuat dalam sebuah kerang. Dan aku selalu berharap, kerangku menyimpan sebuah mutiara. Kerang inilah satu-satunya yang berharga yang kupunya Itulah sebabnya, kerang itu masih kusimpan.


Tapi, tidak semua kerang menyimpan mutiara. Begitulah seorang teman berkata. Tidak seharusnya aku terus menyimpan kerang itu. Mutiara hanya akan terlihat berkilau jika dia dikeluarkan dari kerang. Tapi, bagaimana jika ketika kerang itu kubuka, hanya kekosongan yang kutemukan. Aku sudah terlanjur menyukai kerang ini. Mungkin akan lebih baik kalau kubiarkan saja kerang ini tertutup. Biar aku dapat terus berharap, suatu saat mutiara itu akan muncul dari balik kerangku.


Gila! Mungkin itu yang orang pikir tentang aku. Meyimpan kerang tanpa pernah tahu isinya dan hanya berharap. Mereka mungkin benar. Aku harus berani menghadapi kenyataan terburuk, jika kerang itu memang kosong. Sudah seharusnya aku membuka kerang itu. Kalaupun kerang itu kosong, aku harus bisa membuangnya jauh. Karena sebenarnya yang kubutuhkan bukanlah kerang yang menyimpan mutiara. Tapi mutiara itu sendiri, mutiaralah yang kucari selama ini, bukan kerangnya. Tapi, entah kenapa, masih sulit rasanya untuk membuka kerang itu.

Friday, September 14, 2007

Iklan

Di jual*!!! Satu tiket kereta api (no tempat duduk 13B) Argo Muria jurusan Semarang untuk tanggal 12 Oktober. Berangkat dari Gambir pukul 07.00 am.

Kondisi tiket : masih mulus 100% (ya... pernah dipegang-pegang dikit lah)
Alasan dijual : bosen naek kereta, pengen naek pesawat (halah.... gaya lu tu ye... kliatan bo'ong banget ya :p)

*) Syarat dan ketentuan berlaku (halah... gaya banget sih... )

Mimpi

Kulihat bintang di sana, di sana, dan di sana. Bintang-bintang itu bertaburan, temani sang rembulan yang bersinar terang. Bintang-bintang itu berkerlip jadikan langit malam bak lukisan sang maestro. Mata ini pun seakan tak mau lepas memandangnya. Namun, ketika mata ini berkedip, semua musnah. Hanya mendung yang kulihat. Ah... ternyata cuma mimpi.

Thursday, September 13, 2007

Hari Ini Adalah Puasa

Hari ini adalah puasa. Kata-kata ini selayaknya terucap dari seorang muslim di setiap lembaran baru hidupnya. Bukan hanya setelah merasakan nikmatnya kebersamaan sahur. Menuntut ilmu dan bekerja, tidak ada yang berbeda antara hari ini dan hari esok. Setiap hari kita diwajibkan untuk menuntut ilmu. Kita juga diwajibkan untuk mengejar dunia seolah-olah kita hidup di dunia untuk selamanya. Namun dalam setiap aktifitas apapun yang kita lakukan hendaknya kita tetap memegang teguh semangat kejujuran dan kebersamaan dalam berpuasa. Kalau begitu, apa bedanya belajar dan bekerja di hari ramadhan dan di luar hari ramadhan?


Dalam kehidupan sesama, salah dan khilaf menjadi salah satu kodrat yang tak bisa lepas dari manusia. Namun tidak seharusnya rasa dendam tersimpan dalam hati, apalagi sampai mengakar ke relung hati. Kesabaran untuk menjaga hawa nafsu, mengendalikan aura kemarahan dan menanamkan bibit-bibit rasa saling memaafkanlah yang seharusnya menghiasi hati. Kalau begitu, apa bedanya hidup dalam kebersamaan di hari ramadhan dan di luar hari ramadhan?


Ketika bertemu dengan si fakir dan si miskin, entah di jalan, entah di sekitar rumah, entah di mana saja, apa yang kita rasakan. Tentu kita berempati dengan bagaimana perjuangan mereka untuk bertahan hidup. Bekerja demi sesuap nasi dengan perut yang lapar. Kita beruntung, meskipun bekerja di siang hari dengan diliputi kelaparan, kita masih bisa merasakan nikmatnya kenyang di malam hari. Sementara mereka, tidak ada yang menjamin bahwa kelaparan akan terusir oleh datangnya senja. Rasa ingin berbagi dengan sesama tentu akan muncul ke permukaan. Kalau begitu, apa bedanya berbagi di hari ramadhan dan di luar hari ramadhan?


Setiap hari dalam hidup kita, senantiasa diisi dengan ibadah. Tidak ada yang berbeda dengan ibadah kita, entah di bulan ramadhan atau bukan. Semua dilakukan karena Allah semata. Namun, seringkali kita terpesona dengan imbalan yang begitu dahsyat di bulan ramadhan hingga kita begitu giat mengumpulkan pundi-pundi amal. Tidak ada yang salah dengan hal itu. Tapi hendaknya kita juga mengaca pada diri sendiri. Sudah pantaskah kita menerima imbalan atas apa yang yang kita lakukan. Sudah sempurnakah apa yang kita persembahkan padaNya. Seandainya Allah hanya menggunakan keadilanNya, mungkin kita hanya mendapatkan sebutir pasir dari dari alam semesta yang dimilikiNya. Tapi Dia maha penyayang dan pengasih. Segalanya dapat Dia berikan pada hamba-hambaNya meskipun mereka sering mengkhianatiNya. Ramadhan atau bukan, mungkin hanya suasana dan reward yang membedakan. Pada hakikatnya, kapanpun kita menyembahNya, Dialah tujuan kita, bukan mendapatkan pahala, bukan mendapatkan surga, bukan menhindari dosa, bukan menghindari neraka. Kalau begitu, apa bedanya beribadah di hari ramadhan dan di luar ramadhan?


Semua hari adalah milik Allah. Sudah selayaknya, di setiap hari-hari yang diberikan olehNya, dalam setiap permulaannya, kita berucap, ”Hari ini adalah puasa!”



===

Ya Allah, berilah hambaMu kekuatan untuk menjadikan hari-hariMu puasa bagiku.

Wednesday, September 12, 2007

Menjelang Senja

Mentari perlahan memerah. Burung-burung beterbangan, berebut pulang ke rumah. Angin menahan hembusnya, dan kini, hanya mendesah mesra, seraya membelai dedaunan yang baru saja merasakan sejuknya senja. Pepohonan tertunduk khusyuk, meresapi heningnya malam. Suasana yang mengundang rindu. Hening, sunyi, senyap, membuat sisi insani perlahan terkuak, setelah terpendam pikuknya dunia.


Ramadan tlah tiba. Saat yang tepat untuk memulai lembaran baru. Memadamkan amarah yang melingkupi perasaan. Menahan nafsu-nafsu yang menjebak.Menundukkan hati yang ternoda gemerlapnya dunia.Bersembah sujud dalam ukiran dzikir mencari untaian cinta yang hilang, sebagai bekal kembali menuju istanaNya.


Dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati, saya mengucapkan mohon maaf lahir bathin. Selamat meningkatkan ibadah di bulan ramadan, semoga apa yang kita persembahkan di bulan ini semakin mendekatkan pada sang Maha Cinta.

Tuesday, September 11, 2007

Kucingnya...

Duh... kucingnya kok makin menggemaskan aja sih. Tapi dasar kucing, seperti kata galuh, suka malu-malu kucing, hehehe...

Monday, September 10, 2007

SOP Membeli Tiket Mudik

Dulu (setelah masuk AHM)
- Gue minta tolong pada kakak di Tegal untuk membeli tiket mudik & balik. Malas mengantri kalo membeli sendiri. Apalagi kalo harus ijin dari pekerjaan.
- Minggu pertama di bulan puasa atau minggu terakhir sebelum puasa, gue balik ke Tegal untuk mengambil tiket yang sudah dibeli kakak di Tegal. Sekalian untuk silaturahmi ke keluarga dan tetangga di Tegal menjelang puasa.
- Hari-H, mudik deh...

Sekarang (mulai hari ini)
- Gue telp ke speed dial-nya Pak Zul untuk pesan tiket. Tinggal bilang kapan, kereta apa, dan berapa banyak. Dia yang nanti ngurusin.
- Kalo dia sudah dapat, tiket akan diantar ke meja kerja. Wah enak... nggak perlu ngantri... praktis...

Komentar Pertama

Jumat kemarin, abis makan siang, gue ketemu dengan teman lama. Komentar pertamanya cukup mengejutkan gue. "Hi Rif, kurusan lo sekarang." What... pikir gue. Komentar pertama yang bilang kaya gitu tuh :p Masa sih, nggak percaya deh, hehe....

Sabtunya, gue, Ronal dan Edi maen ke rumah Ali di sore hari. Kebetulan, di rumah Ali ada timbangan. Akhirnya untuk mengobati rasa penasaran gue, gue coba nimbang di situ. Ternyata turun sembilan kilo dari sewaktu medical chekup pertengahan Juli lalu. Hah??? Bisa turun segitu? Emang gue ngapain aja ya? Perasaan nggak ada aktifitas yang ekstrim deh. Apa gara-gara mikirin kucing itu ya, jadi kurusan gitu, kekeke... Kalo gitu, mikirin terus aja ah, biar turun lagi :D Tapi, masih ada masalah klasik, yaitu masalah distribusinya, hahaha...

Kampung Kita

“Aneh ya kampung kita?”

“Apanya yang aneh?”

“Itu lho, di kampung sebelah, kalo bawa mobil, lewat gang yang bagus itu, kan diminta buat ngasih sumbangan. Ya… sekedar bantuin buat benerin gangnya itu lah.”

“Lho, bukannya di sini juga gitu?”

”Iya sih, tapi kok, di kampung sebelah jalannya makin bagus aja. Di kampung kita? Tunggu aja pas musim hujan nanti. Keliatan nggak, mana jalan mana selokan?”

”O gitu...”

”Trus kalo di kampung sebelah, biasanya standar sumbangannya makin lama tuh makin murah, akhirnya malah gratis. Tapi di kampung ini, makin hari kok makin mahal ya? Dewan Kampungnya pada kemana ya?”

”Masa sih?”

”Lho, emang bapak nggak tahu? Bukannya bapak sering pake mobil lewat gang itu juga?”

”Iya, tapi kalo petugasnya ngeliat stiker mobil saya, dia langsung mempersilakan saya lewat. Jadi mana saya tahu soal tarif-menarif sumbangan itu?”

”Wah... asik ya. Emang ada stiker apa di mobil bapak?”

”Itu lho, stiker 'Aku Anggota Dewan Kampung'.”

”Oalah... dasar kampret! Pantesan adem ayem. Dasar wong ora nduwe udel!”

Friday, September 07, 2007

Amigos 12

Pernah mendengar Ocean 12? Pasti pernah kan? Yup, itu adalah judul film tentang sekelompok orang yang memiliki misi di tiap filmnya (11-13). Misinya adalah mencuri sesuatu.

Tapi... pernahkah mendengar Amigos 12? Pasti belum! Karena adegannya baru di buat kemarin. Tapi sayang, adegan itu bukan untuk publik. Penasaran dengan ceritanya? Ini gue ceritain.

===

Alkisah pada suatu siang, menjelang saat makan siang, sekelompok anggota tim bingung membicarakan mau makan dimana. Sebagian memutuskan untuk makan di kantin. Sementara yang lain, sibuk membicarakan hal yang tak berujung. Akhirnya, diputuskan untuk makan di Pak Ugi, Kelapa Gading. Seorang anggota tim mengajak gue untuk ikutan. "Emang masih cukup mobilnya?" tanya gue, kata dia sih masih bisa. Gue liat-liat, orangnya emang sekitar delapan. Dengan mobil Panther, pasti cukup lah.

Akhirnya para anggota tim yang turun ke bawah untuk menunggu si Panther di depan lift gedung belakang. Tapi... ternyata yang ikutan turun ada dua belas orang. Hah!?!? Ketika si Panther datang, para anggota tim mulai ragu. "Mana cukup dua belas orang dengan satu Panther?" Mungkin begitulah pikiran yang lain. Tapi... akhirnya empat orang langsung ke belakang. Dengan asumsi di depan muat untuk dua orang, berarti masih tersisa enam orang untuk di bagian tengah. Hmm... hayo gimana ngaturnya. Akhirnya satu orang ke belakang dan lima orang sisanya duduk di bagian tengah. Silakan bayangkan sendiri gimana posisinya, hehehe...

Di tengah perjalanan, seperti biasa, masih ada diskusi mengenai tujuan. Setelah muncul dua opsi, Pak Ugi dan Amigos, diputuskan untuk ke Amigos karena lebih banyak variasi makanan (jadilah tim ini dinamakan Amigos 12, hehehe...). Di Amigos, Amigos 12 terpisah menjadi dua bagian. Satu ke Sriwijaya, satunya lagi ke mana sih?

Saat-saat kembali ke kantor juga tidak kalah menarik. Si empunya Panther mampir di tempat isi nitrogen. Wah, kasian si Panther, overload banget, haha... Normalnya, ban belakang diisi dengan 33. Tapi sewaktu mengisi, si abang pengisi bingung karena bannya tidak kunjung menormal. Dia pun bertanya pada si empunya Panther,
"Emang di mobil ada berapa orang mas?"
"Dua belas..." jawab si empunya sambil tersipu malu. Abangnya cuma nyengir aja, hehe...
Akhirnya sama abangnya ditambahin lagi jadi 35. Ketika si Panther meninggalkan tempat, si abang mengantarkan kami dengan senyuman. Entah, senyuman macam apa itu...

===
Amigos 12 members:
Febri, si empunya Panther
Sulkhan
Nyanyo
Widodo
Iman
Wahyu
Ayip
Duta
Esti
Helva
Ninid
Siska

Next time project: Amigos 13, menjelang puasa... hahaha...

Thursday, September 06, 2007

40 M

Belakangan ini muncul gosip kalo di gedung sono ada yang mau direnovasi. Biayanya? Nggak tanggung-tanggung, 40 M bo!
Umm... kalo dibeliin minyak tanah dapet berapa liter ya?
Kalo dijadiin meja, kursi, ruang kelas, jadi berapa banyak ya?
Kalo buat training kewirausahaan untuk para pengangguran bisa berapa orang ya?
Kalo dibeliin sembako bisa buat berapa keluarga miskin ya?
Kalo dibuatin rumah susun murah (apalagi gretong) untuk yang serig digusur bisa berapa tingkat ya?
Kalo dibeliin motor dapat berapa unit ya?
Kalo buat gue mau gue beliin apa aja ya? Jalan-jalan? Naik haji? Rumah? Mobil? Sekolah gratis? Rumah sakit gratis? Masjid gratis? Lho??? Ada usulan lain?

Wednesday, September 05, 2007

Menjelang Puasa

Kurang dari dua minggu lagi, kita sudah memasuki bulan puasa. Beberapa rencana dan rutinitas pun siap menghiasi hari-hari.

Cari tiket mudik sebelum puasa. Itu hal wajib yang nggak boleh terlupakan. Biasanya gue mudik H-2. Berarti, sebulan sebelumnya (mungkin tanggal 11 atau 12 nanti), gue harus berjibaku untuk mendapatkan selembar tiket kereta. Males deh... Ada yang mau dititipin nggak?

Tahun kemarin, setelah ada motor, gue jadi rutin tarawih di Istiqlal. Entah kenapa, kalo solat di situ nuansanya beda aja. Mungkin karena jumlah jamaah yang luar biasa banyaknya. Sehingga bisa merasakan kebersamaan dalam meraih CintaNya (taela... bahasanya :p). Sebelumnya, biasanya gue cuma tarawih di musola atau masjid yang jamaahnya tidak sedahsyat Istiqlal. Gimana kalo solat di Masjidil Haram ya? Ih, jadi pengen deh. Kapan ya bisa silaturahim ke rumahNya? Mengenai buka puasa, di Istiqlal juga disediakan buka bersama dengan sebungkus nasi dan air minum. Kalaupun ingin menyegerakan maghrib, bisa sekedar buka dengan air dan kurma yang disediakan pengurus masjid. Selanjutnya, bisa 'makan besar' setelah solat maghrib di sekitar Istiqlal. Di bulan puasa, banyak penjual makanan menjelang buka puasa hingga sebelum sahur di komplek Istiqlal. Tapi... dengan deadline proyek yang ketat, sepertinya agak diragukan kalo gue bisa rutin tarawih di Istiqlal. Umm... kalo qiyamullail dan subuh di Istiqlal kaya apa ya (ya sama lah, qiyamul lail pasti malam hari dan subuh pasti dua rokaat :p) Ada yang mau gabung???

Rutinitas yang agak merepotkan di bulan puasa adalah... apa hayo... Sahur? Betul sekali... Ya, secara gue masih ngekos dan nggak ada fasilitas makan pagi. Jadi selain bangun pagi, gue juga harus bergerilya mencari warteg atau warung-warung yang lain (itupun kalo bisa bangun paginya). Hmm... coba ada yang bangunin dan masakin (wah... jangan ngasih saran yang nggak-nggak ya :p).

Tuesday, September 04, 2007

Kucing Manis

Pertama kulihat kucing itu, tampak biasa saja. Tapi, entah kenapa, lambat laun, kucing itu tampak semakin menarik. Manis dan lucu. Hingga aku menyebutnya, si manis. Semakin lama melihatnya, rasa ingin memiliki itu semakin menggebu. Hasrat untuk mendekatpun mulai muncul. Apalagi dia begitu menggoda, dengan tingkah polahnya yang lucu.

Tapi, entah kenapa, ketika aku mencoba untuk mendekat, dia perlahan menjauh. Aku bingung. Berkali mencoba, aku mendapatkan respon yang sama. Apa maunya? Aku tak tahu. Bayangnya terus menaungi anganku. Hingga kuputuskan untuk membuangnya jauh. Namun, layaknya kucing, dia menemukan jalannya kembali. Dan kembali menghantuiku. Laksana malaikat yang menghukumku dengan tamparan sayap-sayap kerinduan. Perih. Namun begitu indah. Mungkinkah dia tercipta hanya untuk kurindukan, bukan kumiliki? Atau aku yang tak pantas untuk memilikinya.

Sepanjang angan melayang, selaksa rasa merindu, kubiarkan saja si manis bergelayut dalam jaring-jaring pikirku. Mungkin dengan hadirnya kucing-kucing lain, aku bisa membatasi alam sadarku dari noda-noda masa laluku dengan si manis. Tapi ternyata aku salah. Dia selalu kembali, menjebol benteng-benteng alam sadarku, dan memporak-porandakan serpihan-serpihan rasa yang baru kubangun dengan segenap sisa kekuatanku. Akupun pasrah. Kubiarkan kembali si manis menguasai hamparan asaku. Dan aku hanya bisa melihatnya, tersenyum, kepadaku. Aku hanya bisa merasakan...

Monday, September 03, 2007

Es Dalam Lemari Es

"Menimbun dan menyimpan rapi masalah dalam hati laksana menyimpan es dalam sebuah lemari es. Ketika membuka lemari es, kita akan selalu berjumpa kembali dengan es tersebut."

===
Diambil dan diedit dari buku Cassandra

Batal ke Puncak

Beberapa hari yang lalu, gue memposting sebuah rencana jalan-jalan ke Puncak. Tapi kemarin, ketika gue menghadiri pernikahan sepupu gue, muncul undangan untuk arisan dan perayaan ulang tahun sepupu gue di Bintaro. Alamat deh gagal rencananya. Soalnya gue pikir sekalian juga untuk silaturahmi sebelum puasa. Jadi, gue batalin rencana ke puncak dan memilih datang ke Bintaro minggu ini.

Thursday, August 30, 2007

Menjemput Ibu

Hari ini Ibu datang ke Jakarta. Ada sepupu yang mau nikah besok. Tadinya aku pikir Ibu berangkat jam 8-an karena waktu jam 7-an kutelpon sudah ada di bis. Ternyata bis berangkat jam 10-an. Berarti kira-kira sampai Jakarta jam 5-an. Wah... nggak jadi IMP deh. Tadinya kalo ibu berangkat jam 8-an sampai Jakarta mungkin jam 3-an. Berarti harus ijin dan cabut jam 2-an buat menjemput ibu. Ternyata nggak jadi :( Ya sudahlah, ngelarin blueprint dulu. Nanti pulang tenggo aja, langsung ke Pulo Gadung.

Wednesday, August 29, 2007

Nggak Mood

Tadi pagi kayanya nggak mood banget buat kerja. Tapi ternyata akhirnya kelar juga (jam kerja maksudnya, hehehe...). Tapi sekarang malah jadi males balik. Berhubung 'dipaksa' sama Febry buat nomat di Gading XXI, akhirnya gue luluh juga. Balik dulu ah...

Tuesday, August 28, 2007

Nonton Gerhana

Ini bukan gerhana yang di tipi itu lho. Tapi gerhana bulan beneran. Dari sini nggak keliatan gerhananya. Y a iyalah. Orang sekarang gue di dalam ruang projek, gimana mau keliatan, hehehe... Yang keliatan nasi padang sama bika ambon doang. Udah ah, balik dulu.

Bintang Kecilku

Purnama-purnama tlah berlalu
Ku masih di sini
Menanti bintang kecilku yang meredup

Kembalilah bintang kecilku
Bersinarlah bintang kecilku
Hadirmu obati rinduku
Terangi malam-malamku

Cobalah kau mengerti
Mengapa kudisini
Cobalah kau pahami
Mengapa kumenanti

Setulusnya aku
Ingin menggapaimu
Mendekap erat cahyamu
Hingga tiada malam menjemput

Sabit-sabit tlah mengembang
Meski kutahu
Gelap kulihat
Dingin kurasa
Sunyi kudengar
Kumasih disini, menanti, dan bermimpi
Kau hadir dan membelai malamku

Wahai peri malamku
Bangkitkan jiwaku
Jika bintang kecilku
Bukan lagi milikku

Monday, August 27, 2007

Gerhana Bulan

Tadi baru baca di detik. Besok katanya ada gerhana bulan yang berlangsung sekitar pukul lima sampai pukul tujuh. Hmm... sebenernya enakan kalo liat dari planetarium di TIM. Tapi kalo ngeliat jadwal proyek, kayanya nggak mungkin kalo jam segtu gue bisa berada di planetarium. So, salah satu pilihannya adalah ngeliat dari 'helipad' yang ada di atas gedung (ya iyalah, masa bawah gedung sih :p). Kliatan nggak ya?

Over Budget

Gara-gara ada barang baru di kosan, meskipun gue nggak ngeluarin duit, tapi efeknya luar biasa bikin kantong jebol. Sekarang gue jadi berpikiran buat beli eksternal harddisk, perangkat ngenet (hp maupun perangkat lain seperti wimode), mouse, colokan kabel, dan teman-teman yang lainnya. Wadaw!!! Siap-siap over budget nih...

Capsa

Kemarin, gue, uyo, dan mamat berencana menculik abiep buat ngadain touring lagi. Tujuan kali ini adalah ke puncak. Nginep di sana sambil maen kartu sepuasnya. Tapi sampe berita ini diturunkan, gue belum menghubungi abiep buat ngasih tau rencana ini, hehehe... Dia kan 'cowo gampangan', pasti mau lah kalo diajak touring gitu. Tapi mungkin mamat atau uyo sudah menghubungi dia. Who knows? OK biep? Hari Sabtu, tanggal 8 Sept, abis subuh kita cabut ya. Malam Sabtunya kita nginep di kosan lay.

Friday, August 24, 2007

Notebook

Hari ini adalah jadwal gue untuk mengambil notebook di gudang. Yuhuu!!! Akhirnya pake notebook juga. Cape mindahin komputer terus. Emang kita OB? Hehehe... Jadi yang harus dipikirin sekarang adalah nyari installer-installer, game-game, lagu-lagu, dan perangkat buat ngenet, hehehe...

Wednesday, August 22, 2007

Mutilasi

Mulai Senen kemarin, gue memutilasikan diri untuk posting. Karena mulai Senen kemarin, tim project baru saja me-launching sebuah blog sebagai sarana komunikasi antar anggota tim. Karena itu, sekarang gue mungkin jadi jarang ngeblog nih.

Tuesday, August 21, 2007

Ilusi

Apakah kau seperti fatamorgana
yang menghampar asa
dan fana dalam perjumpaan

Ataukah kau seperti kabut
yang menghijab pelita
dan membutakan

Atau....
mungkin kau hanya ilusi
tapi terasa begitu nyata
senyata rindu di ruang hati

Monday, August 20, 2007

Tampilan Baru

Yuhuu!!! Nyobain tampilan baru nih.

Generasi Anjing dan Kucing

Aku punya anjing kecil
Kuberi nama Heli
Heli, guk guk guk
Kemari, guk guk guk
Ayo lari lari...

Itulah sepenggal bait lagu Heli yang sering kita mainkan dulu waktu kecil.

Kelakuan si kucing garong
kalau lihat mangsa mengeong
Main sikat main embat
mangsa yang lewat

Kalo yang ini adalah sepenggal bait lagu Kucing Garong.

Generasi Anjing dan Kucing. Itulah kata yang pas menurutku. Dahulu, aku dan teman-teman suka menghafal dan melafalkan lagu anak-anak. Heli adalah salah satu lagu favorit yang dinyanyikan bersama. Sekarang juga demikian. Anak-anak kecil sekarang suka menyanyikan lagu-lagu 'anak-anak' dan bergoyang mengikuti irama lagunya. Namun, berbeda dengan dahulu, 'standar' lagu anak-anak jaman sekarang sudah berubah. Sekarang anak-anak lebih mudah menghapal lagu-lagu yang sedang trend, seperti lagu-lagu Ungu, dan lagu di atas, Kucing Garong. Rupanya anak-anak sekarang sudah cepat berkembang (?). Memang hal ini tidak terjadi pada semua anak. Namun telah terjadi kecenderungan yang dapat 'dimaafkan' oleh publik.

Lihatlah televisi jaman sekarang. Kalau melihat anak kecil dengan fasihnya menyanyikan lagu Kucing Garong, aku jadi rindu dengan masa kecilku, di mana masih banyak lagu anak-anak yang sebenarnya. Tariannya pun masih 'tarian anak-anak'. Tapi wajar saja. Mungkin lagu-lagu seperti bintang kecil, naik-naik ke puncak gunung, dan yang sejenisnya memang sudah tidak laku di pasaran. Karena itulah lagu-lagu seperti itu jarang sekali (atau bahkan tidak pernah) muncul di di televisi dalam acara musik anak-anak. Tapi, ternyata lagu-lagu itu sesekali masih muncul dalam iklan-iklan produk untuk perkembangan anak kecil atau bayi. Bahkan dengan improvisasi anak kecil (dalam iklan-iklan tersebut), lagu-lagu itu dijadikan sebagai salah satu simbol kecerdasan dalam perkembangan anak. Kenapa bukan lagu seperti kucing garong yang dijadikan lagu dalam iklan-iklan tersebut? (Tanya kenapa?)

Pola pikirku sebagai orang awam kemudian membuat kesimpulan tersendiri. Para pembuat iklan sadar bahwa lagu anak-anak dapat menjadi simbol kecerdasan emosional dan intelektual anak. Tapi para pembuat acara musik sadar bahwa lagu-lagu yang sedang trend saat ini dan kemudian disulap menjadi 'lagu anak-anak' lebih menjual daripada lagu anak-anak sebenarnya. Dari sini, sepertinya konsumsi lagu dapat menjadi salah satu faktor perkembangan anak yang dengan mudahnya menyerap apa yang dia lihat, dia suarakan, dan dia praktekan.

Entah kenapa sekarang aku merasa beruntung menjadi anak kecil di jaman dulu waktu aku masih kecil. Beruntung sekali anak-anak yang menjadi anak-anak di jaman dulu. Kasihan sekali anak-anak jaman sekarang. Umm... ternyata susah menjadi orang tua ya (halah... mikirnya kejauhan nih, hehe...)

Thursday, August 16, 2007

Bosen

Bener-bener bosen! Coba tadi ngajak Cassandra ke sini, mungkin nggak sebosen sekarang :(

Tong Sampah

Bukan tong sampah yang biasanya ada di tiap ruangan atau di tempat-tempat publik itu yang mau gue tulis. Tapi 'tong sampah'. Tempat 'membuang sampah', ato kerenan dikitnya, tempat berbagi dan *mungkin* meminta saran.

Banyak orang bilang gue orangnya tertutup, pemalu, introfert. Jadi, wajar kalo gue suka menutup diri dari pihak luar, terutama mengenai hal-hal pribadi. Tapi, ternyata gue nggak gitu-gitu banget kok. Buktinya, nggak tanggung-tanggung, setidaknya gue punya empat kategori 'tong sampah'.

Tong sampah pertama adalah 'orang tua'. Kenapa pake tanda petik segala? Karena orang tua yang gue maksud bukan orang tua kandung gue. Mungkin sudah bawaan keluarga. Orang tua gue orangnya pendiem, makanya wajar kalo gue juga pendiem. Orang tua yang menjadi 'tong sampah' gue adalah tante gue. Dia orangnya emang care banget sama 'anak-anaknya'. Makanya gue juga nggak sungkan kalo mau cerita hal-hal yang pribadi sama dia. Dengan berbagi sama beliau, gue jadi mendapatkan banyak petuah dan pengalaman hidup sekaligus melihat sebuah permasalahan dari sudut pandang orang tua yang sepertinya sekarang sudah jarang digunakan oleh anak-anak muda jaman sekarang (sotoy banget yak :D)

Temen cowo menjadi 'tong sampah' kedua. Inilah 'tong sampah' pertama yang gue miliki. Gue mulai memilikinya semenjak kuliah. 'Tong sampah' yang satu ini biasanya gue pake biar gue bisa bebas mengekspresikan diri gue sebagai cowo. Dari sini, gue bisa dapat sudut pandang cowo dalam menghadapi pilihan-pilihan hidup yang cukup rumit ini. Meskipun terkadang emang agak ancur-ancur gitu tapi justru karena itulah gue jadi merasa enjoy, hahaha...

Yang ketiga, 'tong sampah' yang biasa gue pake adalah temen cewe. Tong sampah generasi yang ini baru gue temukan setelah lulus kuliah. Mungkin karena mulai muncul kebutuhan untuk memahami mereka (cie...). Yup, berbekal pola pikir dan sudut pandang cowo saja tentu tidak cukup untuk menjalani kehidupan yang satu itu. Apalagi pola pikir dan sudut pandang cewe itu emang beda secara mendasar. So, kalo nggak ada integratornya pasti susah nyambungnya (halah, bahasanya rek...). Karena itulah tong sampah itu dibutuhkan (bahkan lebih dari satu lho). Ternyata gue bisa rame juga kan... Masih berpikir gue introfert?

Blog adalah sarana terakhir dalam berbagi suka duka. Bisa dibilang bahwa media terakhir ini merupakan gabungan dari ketiga media sebelumnya. Di sini gue bisa menceritakan apapun dengan bebas sesuka hati.

Merdeka

Merdeka! Masa sih, kapan ya?

Wednesday, August 15, 2007

Seminar Sehari [2]

Seminar yang gue pikir menjemukan, ternyata ada baeknya juga buat gue. Soalnya di akhir sesi pertama, sebelum makan siang, gue mendapatkan dorprais sebuah topi. Lumayan lah, hehehe...

Seminar Sehari

Hari yang menjemukan. Hari ini gue mendapat undangan untuk mengikuti seminar SOA. Seharian! Dari pukul delapan pagi sampai pukul setengah lima sore. Fiuh... cape deh... ngantuk deh... b**o deh... Apalagi... yang ngasih seminar you-know-who and team.

Tuesday, August 14, 2007

Arti Nama Kota & Negara

Hasil blogwalking nih. Gue jadi pengen ketawa sendiri baca tulisan ini (eh, udah ding). Tulisan berikut diambil dari sini.

***

Berikut ini adalah kepanjangan dari nama-nama negara/kota di dunia:

H.O.L.L.A.N. D
Hope Our Love Lasts And Never Dies

I.T.A.L.Y.
I Trust And Love You

L.I.B.Y.A.
Love Is Beautiful ; You Also

F.R.A.N.C.E.
Friendships Remain And Never Can End

C.H.I.N.A.
Come Here..... I Need Affection

B.U.R.M.A.
Between Us, Remember Me Always

N.E.P.A.L.
Never Ever Part As Lovers

I.N.D.I.A.
I Nearly Died In Adoration

K.E.N.Y.A
Keep Everything Nice, Yet Arousing

C.A.N.A.D.A.
Cute And Naughty Action that Developed into Attraction

K.O.R.E.A.
Keep Optimistic Regardless of Every adversity

E.G.Y.P.T.
Everything's Great, You Pretty Thing !

M.A.N.I.L.A.
May All Nights Inspire Love Always

P.E.R.U.
Phorget (Forget) Everyone... Remember Us

T.H.A.I.L.A. N.D.
Totally Happy, Always In Love And Never Dull

J.A.K.A.R.T. A
Jambret Ada, Koruptor Ada, Rampok Tentu Ada

Ngeblog

Hari ini masih nggak ada kerjaan. So, gue cuma blogwalking. Soalnya kalo posting terus ntar takut ngalahin detik. Makanya cuma blogwalking.

Salah satu kesamaan tema dari blog-blog yang gue kunjungi adalah mengenai blogging. Jadi tertarik nih, hehehe...

Lima alasan ngeblog:
1. Mencatat sejarah (anggap aja my e-diary).
2. Mencetak para pembaca sejarah (alias blogwalker).
3. Menciptakan para pemerhati sejarah (alias ABC, Ayipi' Blog fans Club).
4. Mengajarkan orang untuk belajar dari sejarah (ambil aja yang baik-baik dari blog gue ya).
5. Mengajarkan orang untuk tidak mengulangi sejarah yang suram (biar pengalaman buruk gue tidak diulang sama blogwalker / ABC).

Lima tipe blog yang disukai:
1. Sering diupdate.
2. Tentang kehidupan.
3. Filosofis.
4. Lucu.
5. Nggak jelas.

Lima blog yang sering dikunjungi:
1. Blog gue dong.
2. Amir.
3. Ali (update dong Li).
4. Gita (update juga dong Git).
5. Detik (ini yang paling sering diupdate, meskipun bukan blog, tapi terserah gue dong!)

Futsal 180807

Entah ini untuk yang keberapa kalinya. Setelah kemarin rehat menyambut Isra Miraj, Saturday Futsal Fever kembali berlanjut.

Hari / Tanggal : Sabtu, 18 Ags 2007
Tempat : Metro Futsal, Pd Indah
Pukul : 9-11 am

So, be there prens...

Pembagian Jatah

Setelah enam belas hari mengikuti training SAP - HR, akhirnya tibalah saatnya pembagian 'jatah'. Kemarin para peserta training dikumpulkan. Pada meeting tersebut, pihak management mengalokasikan resource-resource yang ada untuk bergabung dalam tim SAP - HR. Di tim ini, gue mendapatkan dua tempat, yaitu di tim MD dan OM.

Umm... sejauh ini kegiatan project masih santai karena belum ada kerjaan yang bisa dikerjain. Tapi nggak tau deh ntar. Kayanya bakalan sering absen di saturday futsal fever nih. Mudah-mudahan Sunday futsal fever yang sedang di develop bisa go live dalam waktu dekat, biar ada alternatif lain.

Monday, August 13, 2007

Hukum Kekekalan

Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Tapi energi dapat berubah dari suatu bentuk energi ke bentuk energi lain (hukum kekekalan energi).

Begitu juga dengan kepribadian. Kepribadian tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Tapi kepribadian dapat berubah dari suatu kepribadian ke kepribadian lain (ayip).

Oleh-oleh dari Citarik [3]

Cerita sebelumnya

Jam tiga pagi, saung tampak seperti pasar pagi. Rame! Hal yang jarang terjadi di saung. Biasanya pada bangun cuma buat sholat Subuh, terus tidur lagi. Ternyata, saat itu fasilitator meminta kami untuk bangun dan ada acara dini hari. Wakz!!! Masih ngantuk bro! Ngapain lagi nih, tanya gue dalam hati.

Semua peserta outbound dikumpulkan di sebuah aula (?). Kami diberikan petunjuk untuk melakukan sebuah tugas. Menjawab tiga pertanyaan. Sebenernya pertanyaan-pertanyaan itu bisa juga dijawab jam tujuh pagi setelah makan pagi. Namun karena alasan kekhsyukan, kami diminta menjawab tiga pertanyaan itu di sebuah tempat yang sepi dan hanya diterangi sedikit cahaya bulan dan sebuah lampu badai ataupun lilin.

Sepanjang perjalanan menuju tempat 'bersemedi' Yoko ada di belakang gue. Beberapa kali dia nyolek (atau ngapain? gue ngga gitu sadar, masih ngantuk). Sampai pada suatu saat, ada seorang yang nyolek gue dari belakang.

"Apa sih lo, rese banget!" secara reflek gue langsung ngomong gitu sama si penyolek.

"Mas, ngerjainnya di situ tuh, yang ada cahaya kecil." Ternyata dia fasilitator yang mau nunjukkin tempatnya. Duh... malu banget gue...

"Oh, iya mas, maaf mas." kata gue seraya nyelonong ke arah yang ditunjuk.

Setelah menjawab tiga pertanyaan itu, kami diminta untuk menunggu di situ hingga fasilitator memanggil kami. Gue cuma tiduran di bawah pohon (meskipun akhirnya tidur beneran, hehehe). Entah kenapa kalo gue memejamkan mata, gue merasa kalo pohon di sebelah gue bergerak dan berjalan menjauhi gue. Tapi pas gue melek lagi, pohon itu masih di samping gue. Huh! Gara-gara nonton Harpot 2 sebelum outbound nih.

Akhirnya saat itu tiba. Fasilitator menjemput gue dan mengarahkan gue ke tempat berkumpul kembali. Hidangan sudah menunggu kami. Ubi, pisang, dan bandrek. Gue cuma minum bandrek karena masih merasa kenyang akibat perbuatan semalam.

Seperti biasa, kebiasaan sulit setelah Subuh adalah tidur lagi (hal ini tidak berlaku di kosan Lay). Beruntung, Pak Wahyu ngajakin gue jalan-jalan ke belakang. Di sana ada sawah dan hutan. tapi kami cuma berjalan-jalan di sawah. Masuk hutan? Makasih deh, tenaganya buat nanti aja. Masih ada game lain hari ini. Di sawah gue melihat kaki seribu terbesar yang pernah gue lihat. Hi... gede banget. Di sawah ternyata juga ada helipadnya lho. Keren kan? Bo'ong ding, kayanya itu bukan helipad, tapi tempat buat jemur padi. Tapi bener kok, kalo ada helikopter mini yang mau mendarat di situ kayanya juga bisa. Terserah deh.

Sambil menunggu game hari ini, setelah makan pagi gue dan beberapa peserta outbound menyempatkan diri membuat sesi pemotretan dengan sang fotographer (Nyo, mendingan lo bikin web pribadi buat menampung hasil jepretan lo deh). Sekitar pukul delapan, akhirnya kami diminta berkumpul kembali untuk game terakhir di outbound ini.

Untuk game terakhir, semua kelompok dijadikan satu menjadi satu tim besar. Tugas kali ini adalah membuat jembatan untuk menyeberangi anak sungai dan tangga untuk menaiki tanah terjal yang tinggi. Kamipun dibagi menjadi dua bagian besar, tim tangga yang diketuai Pak Afi dan tim jembatan yang dikomandani Pak Gauss. Kami diberi waktu lima belas menit untuk membentuk tim, design dan perkiraan harga material. Ternyata waktunya tidak cukup dan kami juga belum mengetahui kondisi sebenarnya. Nego pun dilakukan. Kami mendapat lima belas menit lagi untuk melakukan survei lokasi dan mematangkan rencana detailnya. Gue, Donny, Pak Do, dan Pak Wahyu menyeberangi sungai untuk melihat kondisi real-nya. Meskipun air sungai sedang 'kering', namun arusnya masih cukup deras untuk dilewati. Kami mancari titik teraman dan akhirnya berhasil menembus aliran deras itu.

Lima belas menit berlalu. Kami mulai belanja material. Gue, Donny, dan Yoko, membuat sebuah jembatan dari tali untuk menyeberangi sungai yang cukup deras itu. Sementara, yang lain berbelangja dan menyiapkan semua material dan peralatan untuk membuat tangga dan jembatan dari bambu. Setelah siap dirakit, material itu dikirim ke seberang untuk dipasang di lokasi. O iya, di sekitar anak sungai itu, ada sebuah peraturan aneh yang melarang para pembuat jembatan untuk menyentuh air. Barang siapa terkena air itu, dia akan terkutuk dan menjadi gagu. Halah, bikin susah aja.

Akhirnya, waktu deadline pun tiba. Tangga sudah berdiri, namun jembatan baru selesai setengah. Itupun masih reyat-reyot. Semua jadi ikutan sibuk, termasuk para cewe yang gemar sekali memaku anak jembatan (kalo ditangga namanya anak tangga, jadi kalo di jembatan namanya anak jembatan). Kalo menunggu sampai benar-benar berhasil, bisa-bisa sampai malampun masih belum berhasil. Akhirnya sebagian dari tim mengutukkan diri dan membatu mendirikan jembatan itu. Setelah bersusah payah, akhirnya jembatan berhasil di selesaikan (dengan hasil yang... yah... gitu deh... hehe...).

Kami tidak kembali ke base camp melalui sungai, tapi melaui udara. Udara? Yup, kami mendapat jatah untuk flying fox. Sesampai di base camp, kami langsung mandi dan makan siang (jam 4 sore lho, baru makan siang). Sekitar satu jam kami mengadakan 'acara penutupan' outbound. Pukul setengah tujuh, kami baru berangkat menuju Jakarta kembali. Uh... Cape banget!!!

Selesai

Kelewatan

Entah apa kegiatanku kemarin, semalam aku jadi ngantuk banget di bis. Ketika terbangun, aku melihat sebuah papan iklan sebuah perumahan di Bekasi dan ada jalus busway di bawahnya. "Sepertinya aku pernah lihat papan ini deh. Habis ini jangan-jangan ada 'jembatan'". Begitu pikirku ketika terjaga dari kantukku. Dan ternyata benar. Sesaat setelah aku memikirkannya, bis yang aku naiki pun melewati sebuah 'jembatan'. "Yup, kelewatan lagi! Cempaka Putih sudah lewat. Sekalian aja lah turun di Pulo Gadung." Dan akhirnya, dari Pulo Gadung aku naik bis kota ke arah cempaka putih dan naik ojek.

Lagi? Untuk di Jakarta, ini memang pertama kalinya aku kelewatan karena tertidur. Tapi sebelumnya, aku sudah pernah mengalami hal seperti ini ketika dalam perjalanan ke Tegal. Ketika terbangun, aku seperti baru melewati jalanan yang seperti itu. Ternyata feelingku benar. Aku sudah sampai di Pemalang, setengah jam dari Tegal. Akhirnya aku turun dan kembali naik bis malam ke arah yang berlawanan. Sepanjang perjalanan, aku terus berusaha untuk membuka mata supaya tidak sampai di Brebes. Syukurlah, akhirnya aku berhasil dan turun di tempat yang semestinya.

Friday, August 10, 2007

Masa SD

Aku masuk SD ketika berumur enam tahun, yaitu tahun 1988. Tahun pertama di sekolah, tidak ada yang spesial. Menjelang akhir sekolah, aku tidak bertemu dengan seseorang yang ditakuti seperti you-know-who. Namun ada yang patut aku pertahankan. Prestasi alias peringkat kelas. Aku, Lola dan Untung, selalu mengisi peringkat tiga besar. Yang aku ingat, di kelas satu aku mendapatkan peringkat 2-3-3 untuk tiga catur wulan.

Memasuki tahun kedua, untuk pertama kalinya aku merasakan 'shift' dua. Aku berangkat siang. Karena ruang kelasku sedang direnovasi. Terpaksa aku sekolah menggunakan ruang kelas satu setelah siswa-siswa kelas satu pulang. Di tahun inipun aku hanya menjalani tahun yang biasa. Dalam petualanganku menelusuri ruang-ruang yang sedang direnovasi, aku tidak pernah menemukan buku harian maupun ruang rahasia yang dihuni oleh sesosok monster menyeramkan. Yang aku ingat, di kelas dua aku mendapatkan peringkat 3-2-2 untuk tiga catur wulan.

Tahun ketiga menjadi salah satu tahun yang tak terlupakan buatku. Untuk pertama kalinya, aku berhasil menjadi juara kelas. Peringkatku di tahun ketiga adalah 2-1-1. Tentu saja, dengan kebahagiaan seperti ini, tidak mungkin ada sesosok dementor pun yang mampu menyerap habis semua aura kebahagiaan menjadi kegelapan. Yang ada hanya euforia bahwa akhirnya aku bisa menjadi juara kelas. Di akhir tahun ini, salah satu temanku keluar dari sekolah karena mengikuti orang tuanya yang pindah ke luar kota, yaitu Beni. Kelak, aku bertemu kembali dengan Beni ketika aku duduk di bangkku SMP.

Memasuki tahun keempat, masa-masa SD ku mulai kompleks. Untuk pertama kalinya aku mengikuti program Dokter Kecil. Sebuah program yang memperkenalkan tentang dunia dokter, atau dunia kesehatan pada umumnya kepada siswa SD. Setiap SD diwakili oleh dua orang. Aku lupa siapa yang menemaniku. Selain Dokter Kecil, program lain yang aku ikuti adalah Porseni (Pekan Olah Raga dan Seni). Ini adalah perlombaan olah raga dan seni seperti sastra tingkat SD yang diawali tingkat kelurahan. Untuk mengikuti perlombaan ini, siswa tidak perlu meletakkan kertas yang bertuliskan namanya ke dalam Goblet of Fire. Justru kebanyakan, siswa dipilih oleh guru setelah dimintai keterangan apakah bisa bermain untuk olah raga yang bersangkutan atau tidak. Pertandingannya juga tidak memakan banyak energi. Yang jelas, tidak segarang Triwizard Tournament. Hanya pertandingan antar siswa SD tingkat kelurahan. Para pemenangnya kemudian akan diadu di tingkat kecamatan dan seterusnya. Saat itu, aku terpilih menjadi salah satu wakil untuk pertandingan catur.

Selain kegiatan-kegiatan, kehidupan tahun keempatku di SD juga diwarnai dengan datangnya teman-teman. Setelah kehilangan salah seorang teman di kelas tiga, di kelas empat ini aku kedatangan teman baru dari luar kota, Guntoro. Satu orang lagi yang datang dalam kehidupanku adalah Santi. Dia bukan pindah dari sekolah lain ke sekolahku. Tapi dia datang dalam kehidupanku yang sebenarnya. Ya! Dia masuk dalam kehidupanku karena di tahun keempat ini kami menjadi sepasang kekasih (cie...). Pencarian pasangan ini tidak didasari pencarian teman dansa seperti tradisi dansa sebelum Triwizard Tournament dimulai. Ini hanya sebuah proses kehidupan dimana cinta monyet tumbuh seumur jagung di dalam kehidupan anak-anak. O iya, di tahun keempat ini, aku mendapatkan peringkat 2-3-1.

Di tahun kelima, aku berpisah dengan Santi. Entah apa alasannya, aku lupa. Tapi yang pasti, aku tidak melewati tahun ini dengan Santi. Setelah berpisah dari Santi, tiba-tiba datang sesosok wanita lain yang sebenarnya sudah lama aku kenal. Tiba-tiba kami menjadi dekat (bukan secara fisik, tapi melalui surat). Akhirnya dia pun menggantikan sosok Santi yang sudah usang kisahnya. Dia adalah Lola, teman SD yang sudah bertahun-tahun satu kelas. Dialah salah satu pesaingku dalam menempati posisi tiga besar di kelas. Namun aku tidak terlalu sering berkumpul dengan Lola dan teman-teman seperti Dumbledore's Army. Kami hanya berkirim surat melalui seseorang, bukan melalui Hedwig.

Tahun terakhir tentu menjadi tahun tersibuk. Selain mempersiapkan EBTA dan EBTANAS, aku juga mengikuti dua lomba, yaitu lomba Matematika dan lomba paduan suara antar SD. Dalam lomba matematika itu, aku berhasil menduduki peringkat dua tingkat kecamatan. Namun setelah dilakukan seleksi ulang terhadap lima besar, aku tidak berhasil masuk ke posisi tiga besar untuk mengikuti lomba tingkat kotamadya. Sementara itu, 'horcrux' ku, Lola, berhasil menembus ke tingkat kotamadya dalam perlombaan mengarang. Semua kegiatanku di dua tahun terakhir ternyata tidak membuatku turun peringkat. Di dua tahun terakhirku, aku selalu mendapatkan peringkat 1.


===
In memorial:
Untung - Sekarang sudah menikah dan dikaruniai satu anak. Sekarang tinggal di Tegal.
Lola - Sekarang juga sudah menikah dan dikaruniai dua anak (kabar terakhir yang aku dengar). Sekarang tinggal di Tegal.
Beni - Sekarang tinggal di Tegal dan sedang menanti 'hari H'.
Santi - Sama seperti Untung.
Guntoro - Nasibnya sama seperti aku, merantau, demi sesuap nasi dan segepok berlian. Sekarang tinggal di Jogjakarta. Dan aku yakin, kamu pasti baca blog ini. Karena nama kamu sudah ada di shoutbox blog ini. Semangat untuk skripsinya ya Gun.

Karangan Bebas

Sekarang aku jadi merasa muda lagi, seperti anak SD lagi. Biasanya setelah liburan, begitu masuk sekolah, aku diminta untuk membuat essay atau karangan tentang liburan itu. Sama seperti sekarang. Hampir setiap kali jalan-jalan entah kemana (Bandung, Kepulauan Seribu, Citarik, atau lainnnya), aku membuat karangan tentang perjalanan itu. Bedanya, kalau dulu dikumpulkan ke Ibu / Bapak Guru dan mungkin hanya dibaca oleh beliau. Tapi sekarang, karangan itu dikumpulkan dalam salah satu media online (blog) dan dapat dibaca siapa saja.

Jadi kangen dengan masa SD. Terakhir mengadakan reuni tiga tahun setelah lulus SD, yaitu tahun 1997. Sudah sepuluh tahun tidak berkumpul bersama. Tiga tahun aku di Tegal, dan sisanya aku habiskan untuk merantau mencari kehidupan yang lebih baik, di Jakarta. Empat setengah tahun menuntut ilmu dan dua setengah tahun menuntut penghasilan.

Kemana wahai teman-teman lamaku?

Oleh-oleh dari Citarik [2]

Cerita sebelumnya

Pagi hari -mungkin sekitar pukul satu-, udara menjadi dingin sekali. Gue yang hanya memakai celana pendek dan kaos biasa, mengigil setengah mati. Mungkin inilah hawa dingin terparah yang pernah menusuk tulang rusuk. Gue hanya bisa meringkuk karena tidak adanya pelindung dingin yang menempel di badan. Kaki ditekuk, paha menempel pada tangan yang tertekuk di depan dada. Anjrit! Masih dingin. Gue nggak bawa jaket. Ada celana training panjang di tas. Tapi hawa dingin itu telah membunuh hasrat untuk keluar tenda menuju tempat tas berada.

Sekitar pukul empat -mungkin-, terdengar riuh suara monyet -di sini bukan ayam yang jadi petugas buat bangunin orang tidur-. Dan salah satu monyet -sepertinya- membuat suara aneh di sekitar tenda. Febri yang pertama mendengar.

"Pak, denger suara aneh gitu nggak? Takutnya monyet tuh, mo ambil barang-barang kita." Tanya dia sama gue.

"Nggak tau tuh," kilah gue yang masih terkantuk-kantuk dalam hawa dingin yang begitu dahsyat.

Akhirnya Febri keluar tenda dan menanyakan hal serupa pada Sulkhan. Dengan tegas Sulkhan juga menjawab nggak. Akhirnya Febri pun masuk lagi ke dalam tenda. Tiba-tiba Sulkhan mengikuti jejak Febri memasuki tenda. Hahaha... sepertinya Sulkhan tidak yakin dengan jawabannya sendiri barusan. Daripada tidur ditemani monyet, akhirnya dia memilih tidur di dalam tenda. Dia melepas sleeping bagnya. Kebetulan, sleeping bag itu gue pakai buat penangkal dingin. Lumayan, ada perubahan.

Sekitar pukul lima, ketika para ibu mulai memasak sarapan -nasi, mie, kornet, ikan sarden- gue bangun dari tidur dingin gue -bukan tidur pules-. Seumur-umur, baru kali ini lah -di hutan ini- gue solat tanpa wudhu, tapi dengan tayamum. Di sekitar sini tidak ada sumber air. Satu-satunya sumber air adalah air mineral beberapa botol yang kami bawa dari base camp -caldera-. Itupun untuk minum, masak, dan cuci peralatan makan.

Hal yang cukup merepotkan di pagi hari di tempat yang tidak ada air adalah -sebenernya mungkin terlalu 'vulgar' untuk menceritakan ini, tapi kayanya sayang kalo nggak diceritain, seru banget sih, hehehe- memenuhi panggilan alam. Gue sudah berusaha menahan diri. Tapi apa daya perut terlanjur protes. Akibatnya, gue langsung mengambil senter untuk mencari koordinat yang pas. Akhirnya, lega juga. Lain lagi cerita Febri, ketika melewati 'dapur', dia diminta untuk melakukan sesuatu. Tapi dengan tangkas dia langsung menepis request itu dan berlari mencari koordinat juga. Yang lainpun segera mengerti dengan apa yang barusan terjadi, hahaha. Di kelompok lain juga terjadi hal yang sama. Ada Nyanyo dan Pak Wahyu yang juga berlomba mencari koordinat di gelapnya pagi. Nyanyo mungkin menjadi salah satu peserta outbound terajin karena dia menggunakan golok untuk mengubur sisa-sisa kehidupannya. Dan goloknya... ah... sudah lah, terlalu dalam untuk dibahas, hahaha...

Sekitar pukul tujuh, setelah makan dan bebenah -tas, tenda, matras, dan sleeping bag- kami berkumpul semua -semua tim- untuk melanjutkan perjalanan. Perjalanan kali ini adalah pencarian azimut dengan kompas. Kami diberi dua puluh lima azimut untuk mencari target akhir. Sebuah saung di atas kolam yang dialiri air yang begitu menyegarkan. Setiap tim dibekali dua buah kompas dan secarik kertas dimana tersimpan kedua puluh lima azimut yang harus kami temukan.

Kami berjalan menyusuri jalan setapak selama kurang lebih setengah jam. Akhirnya kami tiba di sebuah 'pasar air'. Pasar air adalah pasar kaget yang menjual air mineral -isi ulang- dengan harga empat ribu dolar caldera per botol ukuran satu setengah liter. Mahal! Tapi tak ada pilihan. Karena itu adalah sumber kehidupan kami. Di tempat ini, berkuran glagi salah satu Badakers, Mba Valy, karena ada keperluan di Jakarta. Perjalanan dilanjutkan dengan alat transportasi darat, mobil bak. Tapi itu tidak diperoleh secara gratis. Kami harus membayar dua puluh ribu dolar caldera. Tapi kami beruntung memiliki ibu-ibu yang pandai menawar, terutama Femmy. Perjuangannya untuk mendapatkan harga miring sungguh fantastis. Ketika kelompok lain tetap membayar dua puluh ribu, kami 'hanya' membayar lima belas ribu. Akhirnya kami pun menggunakan transportasi darat menuju titik awal pencarian jejak.

Pada pencarian titik A, Donny dan Febri bertugas sebagai explorer yang mencari target -kertas kotak kecil berwarna ungu yang menempel di sebuah pohon-. Setelah ditemukan, semua tim pun menyusul ke titik A. Pada pencarian titik B, terjadi kesalah pahaman. Donny melihat sebuah kertas di pohon. Semua tim pun beranjak dari titik A menuju titik B. Namun ternyata kertas yang dilihat Donny milik kelompok lain. Akhirnya gue dan Donny kembali mencari titik A untuk memulai lagi pencarian titik B. Sementara itu, yang lain masih mencoba mencari-cari di sekitar ditemukannya 'salah kertas' tadi. Dalam pencarian titik B ini, gue sempat jatuh terjerembab karena kaki gue masuk lubang yang tidak kelihatan di tanah miring. Untung lah tanah miring itu tidak terlalu tinggi sehingga tangan yang mencoba menahan dada ketika terjatuh tidak terlalu sakit. Tapi tetap saja sakit itu cukup menggangu perjalanan.

Mulai pencarian titik C, kemampuan Esti menggunakan ajian mata elang sangat membantu pencarian kertas ungu itu. Dalam jarak yang cukup jauh -mungkin lebih dari lima puluh meter, atau bahkan seratus meter lebih-, dia dapat melihat target. Luar biasa! Makan apa sih ini anak. Matanya kok bisa tajam banget. Puncaknya adalah menjelang akhir. Sebelum kompas mendekat ke mata gue, dia sudah teriak, "Woi... ketemu!!!" Gila ini anak. Gue belum 'nembak', dia sudah nemuin duluan. Wah... pokoke T-O-P-B-G-T deh si Esti.

Di bawah titik terakhir, ada kolam yang airnya sungguh menyegarkan. Kami beristirahat di kolam tersebut. Gue membasahi tangan, kaki, muka, dan kepala. Swueger!!! Ternyata pencarian jejak ini bukan game terakhir. Setelah menyegarkan diri, kami bermain spider web. Itu lagi-itu lagi. Sudah lebih dari tiga kali gue mengikuti game seperti ini. Sebenernya bosen juga sih. Tapi kalo berhasil melewati tantangan ini, kami diiming-imingi uang sebesar tujuh puluh lima ribu. Lumayan buat tabungan, hehehe.

Hari itu hari jumat. Masih ada setengah jam untuk menuju perkampungan terdekat yang ada masjidnya. Setengah jam kami berjalan, ternyata yang kami temukan bukan masjid, tapi sebuah madrasah. Dan untuk menuju masjid, kami masih harus berjalan setengah sampai satu jam. Kalaupun berangkat, mungkin solat jumat sudah selesai. Akhirnya, kami para lelaki muslim solat duhur dan asar bersama di madrasah itu sementara yang lain menyiapkan makan siang, nasi dan mie -lagi?-.

Perjalanan berikutnya, kami menggunakan transportasi darat kembali. dan seperti biasa, sang penawar dari tim Badak, Femmy, berhasil membayar lima belas ribu dari harga yang sudah dipatok, dua puluh ribu. Kami berangkat menuju 'pelabuhan', transportasi terakhir menuju base camp. Dan di sini, sang penawar juga berhasil menego harga lagi. Sebenernya, kalau air sungainya berlimpah, perjalanan ini dapat disebut sebagai rafting. Tapi sayang, sungai sedang kering. Kami lebih banyak mendayung daripada bertualang menaklukan jeram. Instruktur berkali-kali turun dari perahu karena perahu nyangkut di antara bebatuan.

Ternyata perahu bukanlah transportasi terakhir. Dari 'pelabuhan' kami masih harus menggunakan transportasi darat lagi menuju base camp yang sebenarnya. Kami merupakan tim pertama yang berangkat menuju base camp kembali. Kami turun di tengah jalan dan kemudian meneruskan perjalanan melewati jembatan gantung yang bergoyang-goyang. Ketika sampai di base camp, ternyata ada kelompok lain yang sudah sampai di base camp. How Come? Kami berangkat duluan dari pelabuhan. Ternyata mereka diantar sampai depan base camp. Sementara kami diturunkan di pinggir jalan dan harus melewati jembatan gantung. Damn! Inikah penghargaan terhadap tim yang seharusnya sampai base camp duluan?

Lelah! Seru! Itulah rasanya. Untunglah malamnya tidak ada acara lagi. Hanya makan malam, kambing guling, kue putu, kelapa muda, dan jagung bakar -yang gagal keluar karena orangnya sudah pada tidur-. Biasanya gue kalo makan dikit. Tapi malam itu, adalah malam pembalasan. Gue beberapa kali bolak balik menuju meja hidangan mencoba semua menu yang disediakan. Ah... kenyang sekali!!!

Bersambung...

Thursday, August 09, 2007

Usang

Lembaran itu telah usang
menyisakan kisah indah
dan terselip goresan duka

Tidak...
bukan terselip
tapi menghantui

Entah mengapa begitu sulit
melipat lembaran usang itu

Perlahan mengusik
ketika membuka lembaran baru

Atau...
kubakar saja lembaran itu

Tapi...
terlalu indah untuk dibakar
meskipun harus dibayar dengan luka

Tuesday, August 07, 2007

Oleh-oleh dari Citarik [1]

Out bound = out of boundaries

Itulah asal kata outbound. Keluar dari lingkungan kebiasaan. Sebenernya outbound bisa dilakukan dimana saja. Tapi untuk sebagian orang sepertinya outbound sudah terlalu identik dengan bertualang ke alam bebas semacam pantai, gunung, bukit, ataupun alam bebas lainnya. Kemarin, selama tiga hari, dari Kamis sampai Sabtu, gue mengikuti acara outbound yang diadakan kantor. Acara ini merupakan salah satu sarana untuk team building sebelum menjalankan sebuah project.

Kamis pagi, rombongan berangkat menuju Citarik. Siangnya, rombongan sampai di tujuan. Acara pertama adalah makan siang (pasti dong). Setelah makan siang, kami dibagi menjadi tiga kelompok, Badak, Cheetah, dan Elang. Tiap kelompok diberikan uang sebesar lima ratus ribu dolar caldera. Uang itu digunakan untuk membelanjakan perlengkapan selama menginap di hutan. Perlengkapan yang dijual beraneka ragam dari mulai tenda, sleeping bag, sampai urusan logistic seperti mie instan, telor, beras, dan sebagainya. Perlengkapan yang dibeli para Badakers dapat dilihat di sini.


Ayo belanja...

Sore harinya, petualanganpun dimulai. Semua HP dan dompet diminta dikumpulkan oleh fasilitator. Sepertinya perjalanan kali ini akan menjadi perjalanan pertama gue tanpa alat komunikasi yang bernama HP itu. Ditambah lagi, gue akan menginap di hutan. Benar-benar jauh dari peradaban. Kami menelusuri jalan setapak yang berkelok-kelok dan menanjak menuju hutan tempat kami menginap. Hutan Balata. Itu nama hutannya. Perjalanan menuju hutan tersebut cukup memakan waktu. Kami tiba di sana setelah satu jam berjalan. Tentu saja bukan seperti satu jam jalan-jalan di mall, tapi satu jam yang dipenuhi dengan pendakian.


Mejeng dulu sebelum berangkat ke hutan

Sesampai di Balata, kami mendirikan tenda. Jarak antar kelompok mungkin sekitar seratus meter. Kelompok gue mendapat view paling bagus (menurut gue). Soalnya gue dapetnya di sebelah jurang, jadi pemandangannya seru abis. Apalagi suara monyetnya rame banget (monyet
beneran lho). Tidak ada acara besar di malam harinya. Setelah mendirikan tenda dan memasak mie instant + kornet dengan bumbu rahasia ala Kelompok Badak (katanya kembali ke alam, tapi makanannya kok ya instant semua ya, hehehe...), fasilitator hanya mengumpulkan kami untuk mereview perjalanan sore tadi menuju gunung dan mengambil insightnya.


Senja di Balata

Malam itu, Ketua Badak, Pak Setia, pulang ke Jakarta. Beliau meninggalkan anak-anaknya, gue, Febri, Donny, Sulkhan, Esti, Mba Valy, Femmy dan menunjuk Febri menggantikan posisinya. Acara malam hanya diisi obrolan malam para Badakers. Kehangatan dalam kebersamaan itu mengusir hawa dingin yang memang belum terlalu dingin itu (ceile... bahasanya...). Ketujuh Badakers itu tidur di tiga tempat. Para cewe tidur di tenda cewe. Sulkhan tidur dengan sleeping bag dengan alasan suka berlatih kungfu kalo lagi tiduran. Sementara sisanya tidur di tenda cowo. Eh, tunggu dulu deh. Emang tenda cewe sama tenda cowo itu beda ya? Pasti beda. Soalnya tenda cewe itu ditempatin cewe, tapi tenda cowo ditempatin cowo. Iya kan? Nggak penting banget sih :p

Bersambung...

Nulis cerita outbound

Pengen nulis cerita outbound kemarin, abisnya seru banget sih.
Tapi males...
Tunggu ya, sampe batas waktu yang tidak ditentukan

Golput

Besok gue ikutan liburnya aja ah... tapi nggak ikut nyoblos buat pilkada DKI. Mau tahu alasan gue kenapa mau liburnya aja dan memutuskan nggak ikut nyoblos? Itu karena gue warga Depok yang kerja di Jakarta coy, bukan warga DKI. Makanya gue nggak ikutan nyoblos, hahaha...