Friday, February 09, 2007

Balada Seorang Pengungsi

Hari Jumat Jakarta diterjang banjir. Perjalanan ke kantor yang biasanya cuma 10 menit, pada hari jumat dibutuhkan lebih dari satu jam untuk sampai ke kantor. Bukan masalah macet, tapi karena muter-muter mencari akses ke kantor. Naik bajai hanya sampai sebelah kantor. Lewat samping tidak mungkin karena kedalaman air mencapai kira-kira perut orang dewasa (lagi berdiri, bukan tiduran). Lewat Cempaka Mas juga tidak bisa, menurut informasi orang AHM yang kebetulan naik motor dan sudah mencoba berbagai alternatif akses ke kantor. Akhirnya jalan menuju kantorpun ditemukan, lewat belakang (toyota). Di kantor hanya setengah hari karena sekitar pukul setengah dua ada instruksi dari atasan untuk pulang karena khawatir banjir semakin menggila dan karyawan tidak dapat pulang.

Sabtu pagi sekitar pukul setengah enam listik di kos mati. Sementara air sudah menggenangi jalan di depan kos, hampir menyentuh pagar depan. Akhirnya diputuskan untuk mengungsi karena tidak mungkin tetap tinggal di kos dalam keadaan tanpa listrik. Tempat pertama yang dituju adalah kos Lay di Depok. Di sana listrik masih normal dan airpun berlimpah. Selama di tempat pengungsian, kegiatan yang saya lakukan adalah main we di kompi nura, nonton D'Bijis di Detos bareng Edi, dan nonton berita-berita di televisi. Tidak ada yang spesial.

Saya baru pulang ke kos minggu siangnya dengan harapan listrik sudah menyala kembali. Tapi sesampai di kos, ternyata listrik masih padam. Akhirnya saya menyiapkan pakaian kembali, packing, dan berangkat ke Depok lagi. Kali ini tujuannya adalah rumah saudara. Meskipun air pam mati, setidaknya listriknya tidak mati. Untuk suplai air, di rumah saudara memang hanya mengandalkan air pam. Beruntung ada tetangga yang menggunakan jetpump dan baik hati. Tetangga-tetangganya yang kekurangan air, dipersilakan mengambil air dengan menggunakan selang panjang sehingga bisa digunakan untuk rumah yang jaraknya cukup jauh.

Hari Senin saya meliburkan diri. Bosan berdiam diri di rumah saudara, tempat yang menjadi pelampiasannya adalah Gramedia dan plasa Depok. Pakaian di kos masih pada belum kering. Kalaupun kering pasti belum disetrika karena setrika tidak dapat digunakan. Sepertinya selain menyediakan lilin untuk penerangan, harus ada juga setrika tradisional yang menggunakan arang, hehehe... Jadi kunjungan ke plasa sekaligus untuk menambah stock pakaian selama mengungsi.

Saya kembali ke kos membawa harapan kembalinya pasokan listrik di daerah kos. Tapi ternyata harapan tinggal harapan. Listrik masih padam. Datangnya pesan SMS dari atasan bahwa Selasa masih libur, membuat saya untuk kesekian kalinya mengepak pakaian dan kembali ke Depok, kos Lay. Tapi sore hari kos masih sepi. Penghuninya masih di kantor. Jadi sekalian menunggu penghuninya pulang, saya mampir dulu ke Blok M 21 untuk nonton Primeval. Setelah nomat, saya meneruskan perjalanan ke Depok.

Hari Selasanya saya habiskan di kos Lay dan di Detos. Sekali lagi, untuk membeli pakaian selama mengungsi. Selain membeli pakaian, saya juga mampir ke Detos 21 untuk sekedar menghabiskan siang. Malamnya saya diajak ke Detos sama Edi ke Detos 21 lagi untuk sekedar menghabiskan malam, hehehe...

Keesokan paginya, saya kembali ke kos untuk siap-siap ke kantor. Kali ini jalan sudah dapat dilalui motor sehingga saya ke kantor naik motor dengan Firman. Lumayan, jalan sudah mulai bebas banjir. Air di dalam pabrik juga sudah mulai surut. Hanya saja akses ke AHM Sunter baru dapat dilalui dengan bebas lewat samping karena kalau lewat depan masih banjir di daerah Kelapa Gading dan perempatan Cempaka Mas atau yang sering disebut perempatan Coca Cola.

Daerah Sunter masih bebas listrik, AC dan lampu di kantor tidak menyala. Panas! di kos juga masih belum menyala. Entahalah apakah setelah pulang akan mengungsi lagi atau tidak. Tapi setelah sampai kos sore harinya, ternyata listrik sudah kembali normal sehingga saya tidak perlu mengungsi lagi.

No comments: