Tuesday, May 08, 2007

Tour de Parahyangan

Jumat, 4 Mei
Pukul 9 malam gue meluncur ke arah depok untuk ngumpul di kosan Lay. Sesampai di sana, Abiep sudah dateng duluan dan lagi nonton tv ama lay.

Sabtu, 5 Mei
Gue dan Abiep bersiap-siap untuk memulai perjalanan jauh. Setelah nungguin Uyo di pertigaan Jalan Juanda, sekitar pukul 7 lewat kami bertiga berangkat menuju Bandung. Abiep sendirian dengan Megapro-nya, sedangkan gue ama Uyo dengan Supra125-nya. Kami mengambil jalan raya Bogor sebagai permulaan perjalanan setelah menembus jalan Juanda.

Selepas jalan Raya Bogor, memasuki kota Bogor, petualangan di mulai. Di pertigaan pertama, tidak ada papan penunjuk sementara ada dua jalur di depan, kiri dan lurus. Akhirnya kami mengambil jalur kiri. Setelah beberapa (puluh?) kilo meter, Uyo seperti merasakan nuansa dejavu. Uyo seperti agak familiar dengan jalan yang kami lewati. Ditambah lagi dengan adanya bis-bis besar dengan jurusan Priuk - Cibinong, UKI Cibinong. Setelah berdikusi bertiga, akhirnya kami pun putar balik dan mengambil jalur lurus yang tadi kami cuekin. Sampai menuju puncakpun kami tidak menemui hambatan yang berarti. Semua papan penunjuk yang mengarahkan ke puncak dapat kami interpretasikan dengan benar hingga akhirnya kami berhenti di Puncak Pas. Satu-satunya masalah adalah jalan menanjak yang membuat motor kami ngos-ngosan. Apalagi sempat mati meskipun dapat di atasi dengan baik. Ketika sedang menikmati bandrek dan mie rebus, gue menghubungi Rais selaku penyambut rombongan yang akan menjemput kami di cimahi. Dia pula yang mencarikan penginapan buat kami bertiga.

Ketika turun dari puncak dan melalui jalan Raya Cianjur, kami juga dengan lancar mengendarai motor kami masing-masing hingga akhirnya kami berhenti di jalan Raya Padalarang. Sesuai instruksi Rais, kami harus berhenti di dekat sebuah Dealer Honda. Kami berhenti tepat di depan Delar Honda, tapi gue ngerasa namanya sama sekali nggak ada mirip-miripnya dengan yang disebutkan Rais. Akhirnya gue menghubungi Rais dan Rais melanjutkan perjalanan dan meminta supaya gue berhenti di dekat masjid yang dekat dengan alun-alun Cimahi. Setelah melanjutkan perjalanan yang cukup jauh, alun-alun yang kami cari tidak kunjung kami lihat. Kami takut kalo kami salah jalan. Akhirnya kami berhenti di sebuah pertigaan. Gue mencoba menghubungi Rais kembali tapi tidak ada respon. Gue pun menanyakan pada orang di sekitar situ dan kemudian melanjutkan perjalanan untuk mencari masjid yang dekat dengan alun-alun, katanya sih dekat. Namun setelah beberapa puluh meter, masjid itu tidak pernah terlihat, dan Uyo tiba-tiba bilang, "Yip, tadi di sebelah alun-alun persis itu kayanya ada masjid deh." Dan akhirnya kamipun berhenti dan gue menghubungi Rais kembali. Gue menginformasikan posisi kami bertiga dan Rais bilang dalam waktu kurang lebih 20 menit dia akan ke tempat gue.

Kami memarkirkan motor di pinggir jalan dan kamipun berteduh di emperan toko. Ketika kami sedang menunggu Rais, tiba-tiba ada ibu-ibu yang berpakaian lusuh (dan maaf, kayanya 'agak-agak' gitu deh) nyerocos ke Uyo dengan bahasa Sunda. Nggak tau apa yang dirasakan Uyo, tapi gue ma Abiep saling melempar pandang sambil tersenyum.
"Nggak tau plat B apa?" gumam Abiep. Hahaha... namanya juga orang 'agak-agak' Bip.

Setelah sekitar 1 jam, Rais tidak menampakkan batang hidungnya. Gue curiga kalo bangunan tadi tuh bukan alun alun. Gue coba untuk hubungi Rais, ternyata tadi kami salah pengertian dan dia sekarang ada beberapa ratus meter di depan rombongan. Kami pun melanjutkan perjalanan dan akhirnya bertemu dengan Rais. Rais menuntun kami ke arah penginapan. Kami sampai di penginapan sekitar jam 2.30 dan akhirnya kami pun dapat beristirahat.

Jam tigaan, kami keluar dari penginapan untuk mengisi perut yang dari siang belum diisi. Kami melewati beberapa penjual makanan di belakang gedung Sate, tapi kami memutuskan untuk makan di depan gedung Sate (Gazebo) karena yang di belakang gedung Sate tidak menarik. Kami berjalan melalui pintu belakang gedung Sate. Ternyata di gedung Sate sedang ada 'acara pejabat', kampanye nasional "Cuci Tangan Pakai Sabun". Boro-boro pakai sabun, cuci tangan aja nggak :p Sesampai di pintu gerbang depan, kami menemui kesulitan, pintu-pintu tertutup sehingga kami tidak dapat keluar menuju Gazebo yang sudah terlihat di depan mata. Akhirnya kami berjalan lewat belakang kembali dan Abiep menghubungi Komala untuk dijadikan sebagai guide.

Sekitar lima menit kemudian, Komala datang dengan motornya. Dialah yang akhirnya menunjukkan tempat makan siang kami yang kesorean. Usai makan siang, kami melanjutkan acara jalan-jalan ke BABE di jalan Martadinata. Sekitar jam 5 lewat, kami pulang ke penginapan.

Hp menunjukkan pukul 7 lewat. Gue nyalain TV dan nonton MU vs MC sambil nungguin berangkat untuk makan malam dan jalan-jalan. Score sudah 1-0 untuk kemenangan MU. Setelah kami siap, kami meluncur ke BIP untuk makan malam. Interpretasi yang kurang tepat dari instruksi yang diberikan Komala selaku guide menyebabkan kami sedikit nyasar. Namun banyaknya papan penunjuk di setiap perempatan jalan cukup membantu kami untuk kembali ke jalan yang benar. Di BIP, Komala sudah menunggu dengan temannya di food court.

Setelah makan malam, kami berpindah tempat ke Dago. Di sana kami hanya berdiri di depan Plasa Dago sambil memperhatikan keramaian yang jarang gue dapatkan setiap malam minggu (secara malam minggu biasanya cuma nonton TV di kos Lay :D). Entah apa yang gue dapetin. Kata Abiep sih suasana baru. Emang beda sih. Kalo di Jakarta namanya keramaian Jakarta, tapi kalo di Bandung namanya keramaian Bandung, hehehe... Bosan dengan keramaian Dago, kami mencoba suasana baru lagi dengan mencicipi soerabi di jalan Setiabudi. Setelah satu jam lebih, beberapa menit menjelang pergantian hari, kami beranjak dari warung soerabi itu dan pulang ke penginapan.

Minggu, 6 Mei
Keesokan paginya, setelah nonton Sport7, sekitar jam setengah tujuh pagi kami keluar untuk sarapan dan menikmati keramaian Gazebo. Kami berkeliling menyusuri celah-celah Gazebo yang dipenuhi oleh penjual dan pembeli. Di sini, hampir terjadi aksi pencopetan yang melibatkan gue sebagai calon korban. Selama jalan di Gazebo, gue jalan di depan sementara Uyo dan Abiep ada di belakang gue. Uyo seperti merasakan ada seseorang yang sedang 'mengintai' dan membuntuti kami. Dia pun langsung memindahkan barang-barang berharga ke depan, ke tempat yang lebih aman. Ketika posisi kami berubah, gue di belakang sementara Abiep dan Uyo di depan gue, tiba-tiba ada seorang pengemis (?) menarik-narik celana gue dari belakang dengan posisi jongkok sambil menengadahkan tangannya untuk meminta sesuatu. Otomatis perhatian gue langsung tertuju ke belakang, ke pengemis itu. Tapi entah kenapa tiba-tiba tangan kanan gue juga reflek mendarat di saku kanan celana gue yang berisi HP gue. Ketika tangan gue sudah mendarat di saku kanan dan merasakan HP, sesaat kemudian ada tangan lain yang mendarat di atas tangan gue. Sepertinya prosesor gue lagi lambat (atau emang lambat ya :D), gue tidak langsung menyadari apa yang terjadi. "Tangan siapa ya?" pikir gue. Setelah itu gue baru sadar bahwa itu mungkin salah satu modus pencopetan. Ketika gue mengalihkan muka ke sebelah kanan, tangan itu tentu saja sudah melepaskan diri dan gue lihat ada beberapa orang yang ada di sebelah kanan. Masa mau gue tanyain satu-satu sih? (lagian cowo semua, buat apa :p kalo ada yang minta lagi gimana? ih.... serem...). Setali tiga uang, Uyo ternyata juga tidak langsung menyadari apa yang sebenarnya terjadi. "Kok ada orang yang pegangin saku celana Ayip ya?" mungkin itu pikir Uyo. Setelah ngeh, baru dia bertanya, "Yip, dompet lo aman?" gue juga nggak ngeh dengan dompet gue. Tapi untungnya pas gue cek kantong belakang celana gue masih utuh. "Aman Yo. Tadi ada yang ngincer HP gue nih. Tangan gue sampai dipegang-pegang. Hi..."

Kami melanjutkan perjalanan untuk mencari sarapan sambil membahas insiden itu. Ketika melewati sebuah 'pos' sebuah yayasan untuk mencari sumbangan, seorang bapak dari yayasan tersebut berteriak memperingatkan seisi pengunjung yang melewatinya. "Bapak-bapak, Ibu-ibu. Hati-hati dengan barang bawaan anda selama ada di tengah-tengah Gazebo. Banyak pencopet yang beraksi untuk mendapatkan dompet. Apalagi HP. Lindungi barang bawaan anda selama di tengah Gazebo. Berhati-hatilah" Yah... telat Pak, gumam gue. Tadi hampir jadi korban nih.

Setelah sarapan di sebelah gedung Sate, kami kembali ke penginapan. Tapi di tengah perjalanan, kami melihat acara kampanye di gedung sate mau dimulai. Abiep begitu antusias utuk melihatnya. Akhirnya kami memasuki gedung sate melalui salah satu pintu gerbang. Untuk menuju ke tempat berlangsungnya acara, kami harus melewati salah satu pos satpam. Kami 'diusir' karena ini acara tertutup. Kami tidak menyerah. Keluar dari pintu yang sama sewaktu kami masuk, kami 'tawaf', mengitari gedung sate. Namun jalan itu tak kunjung ditemukan. Akhirnya kami menyerah dan kembali ke penginapan.

Sekitar pukul sebelas, kami check out dari penginapan. Tujuan terakhir kami di Bandung adalah Kartika Sari di Dago dan Level FO karena di situlah bis penjaja brownies berada. Setelah belanja oleh-oleh, kami makan siang di sekitar gedung sate lagi dan kembali ke Jakarta.

Hujan menghiasi perjalanan kami ketika kami sudah setengah jalan menuruni puncak. Laju kendaraan mulai melambat. Namun kami masih beruntung karena menggunakan motor. Kami masih bisa mencari celah di antara antrean mobil yang memenuhi jalan raya puncak. Ketika hujan turun, gue sama Uyo mulai terpisah dengan Abiep. Gue sama Uyo berhenti dan mengenakan jas hujan, sementara Abiep menerabas derasnya hujan. Sejak saat itu, kami mulai terpisah jauh.

Memasuki kota bogor, gue dan Uyo mulai 'bergerilya' lagi. Setelah melewati sebuah jalan yang memberlakukan satu jalur, kami mulai merasakan sensasi yang aneh. Sepertinya ini jalan menuju ke ketersesatan. Ternyata benar, kami berputar-putar di kota bogor sekitar satu jam. Ketika kami menemukan perempatan yang ada papan penunjuk yang menginformasikan kalan ke Depok dan Jakarta, maka selamatlah kami. Ya, mengikuti petunjuk itu, akhirnya kami bisa kembali ke Depok.

Alhamdulillah, terima kasih ya Allah karena telah memberikan kami kesempatan untuk menikmati indahnya puncak. Megahnya puncak membuat kami merasakan betapa kecilnya kami. Apalagi bila dibandingkan dengan kemegahan diriMu, kami bukanlah apa-apa. Terima kasih juga telah memberikan kami keselamatan sehingga kami dapat kembali ke rumah masing-masing dalam keadaaan tak kurang sesuatu apapun.


===
Nextime => Ciater? Anyer? ???

No comments: