Beberapa hari yang lalu, gue terlibat dalam sebuah percakapan dengan teman (cewe) di telp. Awalnya, gue hanya berbicara dengan dia saja. Sampai pada satu moment, gue menjawab sebuah pertanyaannya (gue lupa pertanyaannya) dengan jawaban "Perasaan adalah bagian dari logika. Tidak ada perasaan yang mutlak. Semua dapat berubah dan dapat dijelaskan dengan logika".
Seketika itu juga, dia memberi tahu ke temen-temen kosnya (cewe semua) yang kebetulan sedang berada satu ruangan di kosnya, tepatnya di ruang tamu. Hasilnya, gue langsung dikeroyok oleh segerombolan makhluk yang cenderung mengandalkan perasaan itu (padahal gue nggak kenal sama mereka :( ). Debatpun dimulai. Gue dianggap sebagai manusia tidak berperasaan. Hanya mikir untung rugi doang. Manusia seperti gue lah yang menyebabkan perasaan orang lain sakit karena tidak menggunakan perasaan. Saat itu, gue benar-benar diserang habis-habisan. Baru kali itu, gue hampir babak belur dihajar kaum hawa.
Untunglah, gue masih bisa bermain-main dengan berbagai logika sehingga gue dapat mempertahankan diri dari serangan bertubi-tubi itu. Gue terus mengelak dan bermanufer. Manufer-manufer itu akhirnya berhasil membawa gue ke atas angin. Mereka kebingungan dengan penjelasan-penjelasan gue. Di situlah akhirnya gue bisa mengendalikan 'permainan' dan akhirnya mengakhirinya sebelum semakin menjadi panjang (sebenernya sih karena takut dikeroyok terus, hehehe...). Sejak saat itu, karena berhasil membingungkan mereka dengan logika-logika, gue dikabarkan oleh temen gue bahwa gue mendapat gelar kehormatan dari kosan temen gue itu sebagai "Bapak Logika" (nggak penting banget ya, hehehe...).
Untungnya gue nggak sempet salah kata ataupun salah logika. Salah-salah, gue bisa-bisa malah menyingung perasaan mereka. Tapi karena gue tetap bermain di area logika, akhirnya mereka pun hanya bingung, bukan sakit perasaannya, hahaha...
Hmm... ini bisa jadi pelajaran buat gue, supaya berhati-hati bermain di area perasaan dengan kaum hawa. Kalo gitu, emang benerlah apa kata Ari Lasso, "Sentuhlah dia tepat di hatinya. Dia akan menjadi milikmu selamanya". Tapi apa jadinya kalo menyentuh dia tepat di otaknya? Mungkin dia akan menjadi bingung selamanya, hahaha... nggak segitunya kali... (peace girls...)
Separah itukah logika gue melihat halusnya perasaan? Terserah lah apa kata sampeyan... Gue hanya mengikuti logika bahwa seorang laki-laki lebih dominan logikanya dibanding perasaannya.
Wednesday, April 25, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment