Friday, August 10, 2007

Masa SD

Aku masuk SD ketika berumur enam tahun, yaitu tahun 1988. Tahun pertama di sekolah, tidak ada yang spesial. Menjelang akhir sekolah, aku tidak bertemu dengan seseorang yang ditakuti seperti you-know-who. Namun ada yang patut aku pertahankan. Prestasi alias peringkat kelas. Aku, Lola dan Untung, selalu mengisi peringkat tiga besar. Yang aku ingat, di kelas satu aku mendapatkan peringkat 2-3-3 untuk tiga catur wulan.

Memasuki tahun kedua, untuk pertama kalinya aku merasakan 'shift' dua. Aku berangkat siang. Karena ruang kelasku sedang direnovasi. Terpaksa aku sekolah menggunakan ruang kelas satu setelah siswa-siswa kelas satu pulang. Di tahun inipun aku hanya menjalani tahun yang biasa. Dalam petualanganku menelusuri ruang-ruang yang sedang direnovasi, aku tidak pernah menemukan buku harian maupun ruang rahasia yang dihuni oleh sesosok monster menyeramkan. Yang aku ingat, di kelas dua aku mendapatkan peringkat 3-2-2 untuk tiga catur wulan.

Tahun ketiga menjadi salah satu tahun yang tak terlupakan buatku. Untuk pertama kalinya, aku berhasil menjadi juara kelas. Peringkatku di tahun ketiga adalah 2-1-1. Tentu saja, dengan kebahagiaan seperti ini, tidak mungkin ada sesosok dementor pun yang mampu menyerap habis semua aura kebahagiaan menjadi kegelapan. Yang ada hanya euforia bahwa akhirnya aku bisa menjadi juara kelas. Di akhir tahun ini, salah satu temanku keluar dari sekolah karena mengikuti orang tuanya yang pindah ke luar kota, yaitu Beni. Kelak, aku bertemu kembali dengan Beni ketika aku duduk di bangkku SMP.

Memasuki tahun keempat, masa-masa SD ku mulai kompleks. Untuk pertama kalinya aku mengikuti program Dokter Kecil. Sebuah program yang memperkenalkan tentang dunia dokter, atau dunia kesehatan pada umumnya kepada siswa SD. Setiap SD diwakili oleh dua orang. Aku lupa siapa yang menemaniku. Selain Dokter Kecil, program lain yang aku ikuti adalah Porseni (Pekan Olah Raga dan Seni). Ini adalah perlombaan olah raga dan seni seperti sastra tingkat SD yang diawali tingkat kelurahan. Untuk mengikuti perlombaan ini, siswa tidak perlu meletakkan kertas yang bertuliskan namanya ke dalam Goblet of Fire. Justru kebanyakan, siswa dipilih oleh guru setelah dimintai keterangan apakah bisa bermain untuk olah raga yang bersangkutan atau tidak. Pertandingannya juga tidak memakan banyak energi. Yang jelas, tidak segarang Triwizard Tournament. Hanya pertandingan antar siswa SD tingkat kelurahan. Para pemenangnya kemudian akan diadu di tingkat kecamatan dan seterusnya. Saat itu, aku terpilih menjadi salah satu wakil untuk pertandingan catur.

Selain kegiatan-kegiatan, kehidupan tahun keempatku di SD juga diwarnai dengan datangnya teman-teman. Setelah kehilangan salah seorang teman di kelas tiga, di kelas empat ini aku kedatangan teman baru dari luar kota, Guntoro. Satu orang lagi yang datang dalam kehidupanku adalah Santi. Dia bukan pindah dari sekolah lain ke sekolahku. Tapi dia datang dalam kehidupanku yang sebenarnya. Ya! Dia masuk dalam kehidupanku karena di tahun keempat ini kami menjadi sepasang kekasih (cie...). Pencarian pasangan ini tidak didasari pencarian teman dansa seperti tradisi dansa sebelum Triwizard Tournament dimulai. Ini hanya sebuah proses kehidupan dimana cinta monyet tumbuh seumur jagung di dalam kehidupan anak-anak. O iya, di tahun keempat ini, aku mendapatkan peringkat 2-3-1.

Di tahun kelima, aku berpisah dengan Santi. Entah apa alasannya, aku lupa. Tapi yang pasti, aku tidak melewati tahun ini dengan Santi. Setelah berpisah dari Santi, tiba-tiba datang sesosok wanita lain yang sebenarnya sudah lama aku kenal. Tiba-tiba kami menjadi dekat (bukan secara fisik, tapi melalui surat). Akhirnya dia pun menggantikan sosok Santi yang sudah usang kisahnya. Dia adalah Lola, teman SD yang sudah bertahun-tahun satu kelas. Dialah salah satu pesaingku dalam menempati posisi tiga besar di kelas. Namun aku tidak terlalu sering berkumpul dengan Lola dan teman-teman seperti Dumbledore's Army. Kami hanya berkirim surat melalui seseorang, bukan melalui Hedwig.

Tahun terakhir tentu menjadi tahun tersibuk. Selain mempersiapkan EBTA dan EBTANAS, aku juga mengikuti dua lomba, yaitu lomba Matematika dan lomba paduan suara antar SD. Dalam lomba matematika itu, aku berhasil menduduki peringkat dua tingkat kecamatan. Namun setelah dilakukan seleksi ulang terhadap lima besar, aku tidak berhasil masuk ke posisi tiga besar untuk mengikuti lomba tingkat kotamadya. Sementara itu, 'horcrux' ku, Lola, berhasil menembus ke tingkat kotamadya dalam perlombaan mengarang. Semua kegiatanku di dua tahun terakhir ternyata tidak membuatku turun peringkat. Di dua tahun terakhirku, aku selalu mendapatkan peringkat 1.


===
In memorial:
Untung - Sekarang sudah menikah dan dikaruniai satu anak. Sekarang tinggal di Tegal.
Lola - Sekarang juga sudah menikah dan dikaruniai dua anak (kabar terakhir yang aku dengar). Sekarang tinggal di Tegal.
Beni - Sekarang tinggal di Tegal dan sedang menanti 'hari H'.
Santi - Sama seperti Untung.
Guntoro - Nasibnya sama seperti aku, merantau, demi sesuap nasi dan segepok berlian. Sekarang tinggal di Jogjakarta. Dan aku yakin, kamu pasti baca blog ini. Karena nama kamu sudah ada di shoutbox blog ini. Semangat untuk skripsinya ya Gun.

No comments: