Monday, August 13, 2007

Oleh-oleh dari Citarik [3]

Cerita sebelumnya

Jam tiga pagi, saung tampak seperti pasar pagi. Rame! Hal yang jarang terjadi di saung. Biasanya pada bangun cuma buat sholat Subuh, terus tidur lagi. Ternyata, saat itu fasilitator meminta kami untuk bangun dan ada acara dini hari. Wakz!!! Masih ngantuk bro! Ngapain lagi nih, tanya gue dalam hati.

Semua peserta outbound dikumpulkan di sebuah aula (?). Kami diberikan petunjuk untuk melakukan sebuah tugas. Menjawab tiga pertanyaan. Sebenernya pertanyaan-pertanyaan itu bisa juga dijawab jam tujuh pagi setelah makan pagi. Namun karena alasan kekhsyukan, kami diminta menjawab tiga pertanyaan itu di sebuah tempat yang sepi dan hanya diterangi sedikit cahaya bulan dan sebuah lampu badai ataupun lilin.

Sepanjang perjalanan menuju tempat 'bersemedi' Yoko ada di belakang gue. Beberapa kali dia nyolek (atau ngapain? gue ngga gitu sadar, masih ngantuk). Sampai pada suatu saat, ada seorang yang nyolek gue dari belakang.

"Apa sih lo, rese banget!" secara reflek gue langsung ngomong gitu sama si penyolek.

"Mas, ngerjainnya di situ tuh, yang ada cahaya kecil." Ternyata dia fasilitator yang mau nunjukkin tempatnya. Duh... malu banget gue...

"Oh, iya mas, maaf mas." kata gue seraya nyelonong ke arah yang ditunjuk.

Setelah menjawab tiga pertanyaan itu, kami diminta untuk menunggu di situ hingga fasilitator memanggil kami. Gue cuma tiduran di bawah pohon (meskipun akhirnya tidur beneran, hehehe). Entah kenapa kalo gue memejamkan mata, gue merasa kalo pohon di sebelah gue bergerak dan berjalan menjauhi gue. Tapi pas gue melek lagi, pohon itu masih di samping gue. Huh! Gara-gara nonton Harpot 2 sebelum outbound nih.

Akhirnya saat itu tiba. Fasilitator menjemput gue dan mengarahkan gue ke tempat berkumpul kembali. Hidangan sudah menunggu kami. Ubi, pisang, dan bandrek. Gue cuma minum bandrek karena masih merasa kenyang akibat perbuatan semalam.

Seperti biasa, kebiasaan sulit setelah Subuh adalah tidur lagi (hal ini tidak berlaku di kosan Lay). Beruntung, Pak Wahyu ngajakin gue jalan-jalan ke belakang. Di sana ada sawah dan hutan. tapi kami cuma berjalan-jalan di sawah. Masuk hutan? Makasih deh, tenaganya buat nanti aja. Masih ada game lain hari ini. Di sawah gue melihat kaki seribu terbesar yang pernah gue lihat. Hi... gede banget. Di sawah ternyata juga ada helipadnya lho. Keren kan? Bo'ong ding, kayanya itu bukan helipad, tapi tempat buat jemur padi. Tapi bener kok, kalo ada helikopter mini yang mau mendarat di situ kayanya juga bisa. Terserah deh.

Sambil menunggu game hari ini, setelah makan pagi gue dan beberapa peserta outbound menyempatkan diri membuat sesi pemotretan dengan sang fotographer (Nyo, mendingan lo bikin web pribadi buat menampung hasil jepretan lo deh). Sekitar pukul delapan, akhirnya kami diminta berkumpul kembali untuk game terakhir di outbound ini.

Untuk game terakhir, semua kelompok dijadikan satu menjadi satu tim besar. Tugas kali ini adalah membuat jembatan untuk menyeberangi anak sungai dan tangga untuk menaiki tanah terjal yang tinggi. Kamipun dibagi menjadi dua bagian besar, tim tangga yang diketuai Pak Afi dan tim jembatan yang dikomandani Pak Gauss. Kami diberi waktu lima belas menit untuk membentuk tim, design dan perkiraan harga material. Ternyata waktunya tidak cukup dan kami juga belum mengetahui kondisi sebenarnya. Nego pun dilakukan. Kami mendapat lima belas menit lagi untuk melakukan survei lokasi dan mematangkan rencana detailnya. Gue, Donny, Pak Do, dan Pak Wahyu menyeberangi sungai untuk melihat kondisi real-nya. Meskipun air sungai sedang 'kering', namun arusnya masih cukup deras untuk dilewati. Kami mancari titik teraman dan akhirnya berhasil menembus aliran deras itu.

Lima belas menit berlalu. Kami mulai belanja material. Gue, Donny, dan Yoko, membuat sebuah jembatan dari tali untuk menyeberangi sungai yang cukup deras itu. Sementara, yang lain berbelangja dan menyiapkan semua material dan peralatan untuk membuat tangga dan jembatan dari bambu. Setelah siap dirakit, material itu dikirim ke seberang untuk dipasang di lokasi. O iya, di sekitar anak sungai itu, ada sebuah peraturan aneh yang melarang para pembuat jembatan untuk menyentuh air. Barang siapa terkena air itu, dia akan terkutuk dan menjadi gagu. Halah, bikin susah aja.

Akhirnya, waktu deadline pun tiba. Tangga sudah berdiri, namun jembatan baru selesai setengah. Itupun masih reyat-reyot. Semua jadi ikutan sibuk, termasuk para cewe yang gemar sekali memaku anak jembatan (kalo ditangga namanya anak tangga, jadi kalo di jembatan namanya anak jembatan). Kalo menunggu sampai benar-benar berhasil, bisa-bisa sampai malampun masih belum berhasil. Akhirnya sebagian dari tim mengutukkan diri dan membatu mendirikan jembatan itu. Setelah bersusah payah, akhirnya jembatan berhasil di selesaikan (dengan hasil yang... yah... gitu deh... hehe...).

Kami tidak kembali ke base camp melalui sungai, tapi melaui udara. Udara? Yup, kami mendapat jatah untuk flying fox. Sesampai di base camp, kami langsung mandi dan makan siang (jam 4 sore lho, baru makan siang). Sekitar satu jam kami mengadakan 'acara penutupan' outbound. Pukul setengah tujuh, kami baru berangkat menuju Jakarta kembali. Uh... Cape banget!!!

Selesai

No comments: