Tuesday, August 07, 2007

Oleh-oleh dari Citarik [1]

Out bound = out of boundaries

Itulah asal kata outbound. Keluar dari lingkungan kebiasaan. Sebenernya outbound bisa dilakukan dimana saja. Tapi untuk sebagian orang sepertinya outbound sudah terlalu identik dengan bertualang ke alam bebas semacam pantai, gunung, bukit, ataupun alam bebas lainnya. Kemarin, selama tiga hari, dari Kamis sampai Sabtu, gue mengikuti acara outbound yang diadakan kantor. Acara ini merupakan salah satu sarana untuk team building sebelum menjalankan sebuah project.

Kamis pagi, rombongan berangkat menuju Citarik. Siangnya, rombongan sampai di tujuan. Acara pertama adalah makan siang (pasti dong). Setelah makan siang, kami dibagi menjadi tiga kelompok, Badak, Cheetah, dan Elang. Tiap kelompok diberikan uang sebesar lima ratus ribu dolar caldera. Uang itu digunakan untuk membelanjakan perlengkapan selama menginap di hutan. Perlengkapan yang dijual beraneka ragam dari mulai tenda, sleeping bag, sampai urusan logistic seperti mie instan, telor, beras, dan sebagainya. Perlengkapan yang dibeli para Badakers dapat dilihat di sini.


Ayo belanja...

Sore harinya, petualanganpun dimulai. Semua HP dan dompet diminta dikumpulkan oleh fasilitator. Sepertinya perjalanan kali ini akan menjadi perjalanan pertama gue tanpa alat komunikasi yang bernama HP itu. Ditambah lagi, gue akan menginap di hutan. Benar-benar jauh dari peradaban. Kami menelusuri jalan setapak yang berkelok-kelok dan menanjak menuju hutan tempat kami menginap. Hutan Balata. Itu nama hutannya. Perjalanan menuju hutan tersebut cukup memakan waktu. Kami tiba di sana setelah satu jam berjalan. Tentu saja bukan seperti satu jam jalan-jalan di mall, tapi satu jam yang dipenuhi dengan pendakian.


Mejeng dulu sebelum berangkat ke hutan

Sesampai di Balata, kami mendirikan tenda. Jarak antar kelompok mungkin sekitar seratus meter. Kelompok gue mendapat view paling bagus (menurut gue). Soalnya gue dapetnya di sebelah jurang, jadi pemandangannya seru abis. Apalagi suara monyetnya rame banget (monyet
beneran lho). Tidak ada acara besar di malam harinya. Setelah mendirikan tenda dan memasak mie instant + kornet dengan bumbu rahasia ala Kelompok Badak (katanya kembali ke alam, tapi makanannya kok ya instant semua ya, hehehe...), fasilitator hanya mengumpulkan kami untuk mereview perjalanan sore tadi menuju gunung dan mengambil insightnya.


Senja di Balata

Malam itu, Ketua Badak, Pak Setia, pulang ke Jakarta. Beliau meninggalkan anak-anaknya, gue, Febri, Donny, Sulkhan, Esti, Mba Valy, Femmy dan menunjuk Febri menggantikan posisinya. Acara malam hanya diisi obrolan malam para Badakers. Kehangatan dalam kebersamaan itu mengusir hawa dingin yang memang belum terlalu dingin itu (ceile... bahasanya...). Ketujuh Badakers itu tidur di tiga tempat. Para cewe tidur di tenda cewe. Sulkhan tidur dengan sleeping bag dengan alasan suka berlatih kungfu kalo lagi tiduran. Sementara sisanya tidur di tenda cowo. Eh, tunggu dulu deh. Emang tenda cewe sama tenda cowo itu beda ya? Pasti beda. Soalnya tenda cewe itu ditempatin cewe, tapi tenda cowo ditempatin cowo. Iya kan? Nggak penting banget sih :p

Bersambung...

No comments: