Sebagian orang mungkin langsung tersadar dengan isyarat-isyarat tersebut. Itulah bukti kekuasaan dan kebesaran Allah. Sudah terlalu banyak orang yang menuhankan selain Dia. Celakanya, mungkin ada juga orang yang menganggap dirinya Tuhan. Luar Biasa!!!
Sebagian lagi, yang sudah 'terdaftar' sebagai pemilik keajaiban-keajaiban itu, begitu mengagungkan, begitu terpanggil untuk memeliharanya. Orang yang memiliki 'kambing ajaib' itu, pasti bangga dengan peliharaannya. Apalagi banyak orang yang ingin membuktikan langsung keajaiban Ilahi tersebut dengan mata kepalanya sendiri. Si kambing akan mendapat perhatian khusus dalam perawatannya.
Berbeda lagi dengan Pak Amri, selaku penemu 'pohon Allah' tersebut. Dari awal dia memang sudah mendapatkan beberapa firasat. Mulai bermimpi bertemu dengan anak kecil tiga hari berturut-turut, sampai kemalasan yang tiba-tiba muncul sesaat sebelum membantai pohon Allah. Dan sejak penemuan pohon tersebut, Pak Amri terus begadang untuk menjaga pohon tersebut. Takut terjadi apa-apa katanya.
Sepertinya bangsa kita memang masih banyak yang suka maen fisik (umm...wajar saja kalo pemenang kontes kecantikan adalah orang-orang yang bening, apalagi kalo menyandang gelar 'indo'). Padahal, bisa jadi, itulah isyarat dari-Nya supaya kita senantiasa melihat-Nya (kalaupun tidak bisa, yakinlah bahwa Dia pasti melihat kita). Dia tidak meminta kita hanya melihat kambing itu. Atau mengunjungi pohon yang membawa nama-Nya. Tapi lebih dari itu, dia ingin kita kembali. Kembali pada aturan-Nya. Dia ingin kita mengunjungi rumah-Nya. Baik rumah yang ada di tanah suci (Soale banyak juga orang yang begitu mudah bolak-balik berlibur ke belahan bumi yang lain. Tapi rasanya susah sekali untuk berlabuh sejenak ke tanah suci sekali dalam hidupnya), maupun rumah yang ada di hati suci (Aneh juga. Banyak orang bertualang ke seantero dunia untuk mencari jalan menuju Tuhan. Padahal, Dia punya rumah di dalam dirinya. Tinggal ketok pintu aja kan? Nyampe dah)
"Tiap malam saya jaga pohon ini. Sebab, dalam mimpi saya itu, anak kecil meminta untuk perlindungan. Ya mungkin saja anak kecil dalam mimpi saya itu pohon tersebut," katanya sembari tersenyum.Tanpa bermaksud menampik keindahan pohon itu, mungkin akan terdengar lebih indah kalau kalimat terakhir dari apa yang diucapkan Pak Amri diganti menjadi
Lantas sampai kapan dia akan menjaga pohon itu? "Saya belum bisa pastikan sampai kapan berhenti menjaganya. Kalau malam, kalimat Allah di atas pucuk pohon itu semakin indah. Tak percaya, datanglah nanti malam," kata dia. (Dikutip dari detik. Link ada di atas)
"Kalau malam, kalimat Allah di lidah dan hati itu semakin indah. Tak percaya, cobalah nanti malam,"
===
Argh... jadi malu nulis ginian. Suwer deh...
Tapi bahan buat nulis blog siang ini cuma ini yang terpikir. Mo gimana lagi? hehehe...
No comments:
Post a Comment