Tapi, entah kenapa, ketika aku mencoba untuk mendekat, dia perlahan menjauh. Aku bingung. Berkali mencoba, aku mendapatkan respon yang sama. Apa maunya? Aku tak tahu. Bayangnya terus menaungi anganku. Hingga kuputuskan untuk membuangnya jauh. Namun, layaknya kucing, dia menemukan jalannya kembali. Dan kembali menghantuiku. Laksana malaikat yang menghukumku dengan tamparan sayap-sayap kerinduan. Perih. Namun begitu indah. Mungkinkah dia tercipta hanya untuk kurindukan, bukan kumiliki? Atau aku yang tak pantas untuk memilikinya.
Tuesday, September 04, 2007
Kucing Manis
Pertama kulihat kucing itu, tampak biasa saja. Tapi, entah kenapa, lambat laun, kucing itu tampak semakin menarik. Manis dan lucu. Hingga aku menyebutnya, si manis. Semakin lama melihatnya, rasa ingin memiliki itu semakin menggebu. Hasrat untuk mendekatpun mulai muncul. Apalagi dia begitu menggoda, dengan tingkah polahnya yang lucu.
Tapi, entah kenapa, ketika aku mencoba untuk mendekat, dia perlahan menjauh. Aku bingung. Berkali mencoba, aku mendapatkan respon yang sama. Apa maunya? Aku tak tahu. Bayangnya terus menaungi anganku. Hingga kuputuskan untuk membuangnya jauh. Namun, layaknya kucing, dia menemukan jalannya kembali. Dan kembali menghantuiku. Laksana malaikat yang menghukumku dengan tamparan sayap-sayap kerinduan. Perih. Namun begitu indah. Mungkinkah dia tercipta hanya untuk kurindukan, bukan kumiliki? Atau aku yang tak pantas untuk memilikinya.
Sepanjang angan melayang, selaksa rasa merindu, kubiarkan saja si manis bergelayut dalam jaring-jaring pikirku. Mungkin dengan hadirnya kucing-kucing lain, aku bisa membatasi alam sadarku dari noda-noda masa laluku dengan si manis. Tapi ternyata aku salah. Dia selalu kembali, menjebol benteng-benteng alam sadarku, dan memporak-porandakan serpihan-serpihan rasa yang baru kubangun dengan segenap sisa kekuatanku. Akupun pasrah. Kubiarkan kembali si manis menguasai hamparan asaku. Dan aku hanya bisa melihatnya, tersenyum, kepadaku. Aku hanya bisa merasakan...
Tapi, entah kenapa, ketika aku mencoba untuk mendekat, dia perlahan menjauh. Aku bingung. Berkali mencoba, aku mendapatkan respon yang sama. Apa maunya? Aku tak tahu. Bayangnya terus menaungi anganku. Hingga kuputuskan untuk membuangnya jauh. Namun, layaknya kucing, dia menemukan jalannya kembali. Dan kembali menghantuiku. Laksana malaikat yang menghukumku dengan tamparan sayap-sayap kerinduan. Perih. Namun begitu indah. Mungkinkah dia tercipta hanya untuk kurindukan, bukan kumiliki? Atau aku yang tak pantas untuk memilikinya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
6 comments:
Kalo ngga salah itu namanya malu-malu kucing yip :D, jadi.. hajar bleh..
Gue ngerasa baru sekali ini ada komentar yang agak-agak bener. Tapi emang beneran maksud lo gitu Luh?
ya beneran yip, maksudnya memang begitu, memang apa lagi ?
hahaha... akhirnya ada yang mengerti daku
~biarpun nggak jelas yang penting jelas :p
ehmmm ternyataa si kucing blom bisa dimiliki ya bos???aduhhh peletnya kurang siyhh..kayaknya dia ga mau ikan asin dehh...maunya whiskas...hohohohoho..maklumlahhh kayaknya jeniis persia yaa bos??kekkeke...:P
Emang sih nggak dikasih whiskas, tapi ya masih lebih bagus dari ikan asin lah, hehehe...
Post a Comment